Aceh Barat – Tren olahraga bersepeda mulai ramai diminati warga di Indonesia di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, tidak kecuali di Aceh, animo masyarakat Aceh bersepeda begitu tinggi, mereka yang bersepeda berasal dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Ini pun tidak hanya kaum pria saja, tetapi kini wanita pun sudah mulai banyak yang menggemari olahraga yang satu ini.
Meningkatnya minat warga yang bersepeda ternyata ikut mempengaruhi penjualan sepeda bekas di Aceh. Hal ini seperti diungkapkan Ahmad dan Ani pasangan suami istri penjual sepeda bekas di Desa Gunong Kleng, Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat, Aceh. Mereka menjual berbagai jenis dan ukuran sepeda, mulai dari sepeda santai dan sepeda olahraga serta sepeda anak-anak hingga sepeda orang dewasa.
Alhamdulilah selama pandemi ini lumayan banyak sepeda yang laku, yang paling banyak laku itu sepeda jenis BMX.
Ani mengatakan, sepeda yang mereka jual merupakan sepeda bekas pakai yang sudah rusak kemudian diperbaiki hingga bisa digunakan lagi seperti layaknya sepeda baru. “Iya sebelumnya kami beli yang rongsokan gitu, ada yang udah gak ada bannya, ada yang enggak ada stangnya ya namanya sepeda yang udah rusak,” kata Ani kepada Tagar, Selasa, 22 Juli 2020.
Sebelumnya ia bersama suami berjualan sepeda bekas di kampung yang jauh dari pusat keramaian, sehingga sepeda-sepeda bekas yang mereka jual jarang laku karena tidak banyak orang yang tau.
Baca juga:
- Menengok Gaya Bersepeda di Negeri Syariat Islam
- Gowes Sepeda Mendadak Tren Lagi di Abdya Aceh
- Pesepeda Berbaju Seksi Heboh di Banda Aceh
“Alhamdulillah di sini usaha sepeda bekas kami lumayan laku karena di pinggir jalan besar kan jadi orang lalu-lalang, bahkan kadang banyak juga orang yang dari Medan yang kebetulan lewat di sini kemudian beli sepeda,” kata Ani.
Menurut Ani, mahalnya harga sepeda baru salah satu alasan warga lebih memilih membeli sepeda bekas yang harganya relatif murah dan terjangkau. Sepeda-sepeda bekas tersebut Ani dan suaminya dapatkan dari warga sekitar yang menjual kembali sepeda bekas karena sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi, tapi di tangan Ani dan suaminya sepeda bekas tersebut di modifikasi dan diperbaiki hingga bisa dipergunakan dan dijual kembali.
“Biasanya kami beli dari warga itu dengan hitungan perkilo, per kilonya itu kami beli empat ribu, rata-rata per sepeda itu beratnya ada yang 15 kilogram terus ada yang 17 kilogram tergantung ukuran besar atau kecilnya,” ucap Ani.
Harga sepeda bekas yang sudah diperbaiki kemudian mereka jual kembali dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 700 ribu rupiah tergantung dari jenis sepeda dan besar kecilnya ukuran sepeda. “Alhamdulilah selama pandemi ini lumayan banyak sepeda yang laku, yang paling banyak laku itu sepeda jenis BMX gitu,” katanya.
Sementara itu, Ahmad suami Ani yang bertugas sebagai mekanik untuk memperbaiki sepeda-sepeda rusak yang mereka beli dari warga mengatakan, untuk proses perbaikan satu unit sepeda menghabiskan waktu sekitar satu hingga dua hari untuk proses perbaikan dan pengecetan ulang hingga bisa digunakan lagi. “Karena kami di sini yang kerja ada tiga orang, jadi setiap hari itu bisa selesai tiga atau empat sepeda,” katanya.
Selain menjual sepeda bekas, mereka juga menjual berbagai spare part sepeda bekas mulai dari batangan sepeda, pelek sepeda dan yang lainnya dengan harga yang lebih murah dari harga pada pada umumnya yang dijual di toko-toko sepeda. “Jualan sepeda bekas ini inisiatif sendiri, karena dari pada ditumpuk di rumah kan jadi kita coba perbaiki dan kita pajang di sini dan alhamdulilah peminatnya ada,” katanya.
Ahmad menambahkan, untuk bisa memperbaiki sepeda yang sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi harus memiliki skil yang cukup memadai karena setiap sepeda memiiki tingkat kesulitan yang bebeda-beda. []