Gus Syafruddin Dukung MUI Jatim Tak Salam Agama Lain

Khatib Syuriah Nahdlatul Ulama Jatim Syafruddin Syarif mendukung imbauan MUI Jatim agar pejabat muslim tidak mengucap salam agama lain.
Khatib Syuriah PWNU Jatim, KH Syafruddin Syarif. (Foto: PWNU Jatim)

Surabaya - Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur (MUI Jatim) mengeluarkan surat berisi imbauan umat Islam dan pejabat, untuk menghindari pengucapan salam agama lain saat membuka acara resmi. 

Meski surat tersebut mendapat sorotan, tetapi dukungan secara pribadi datang dari Khatib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Syafruddin Syarif.

Syafruddin mengatakan surat MUI Jatim tersebut sudah tepat dan tidak akan mengganggu toleransi beragama di Jatim. Ia mengatakan toleransi dalam beragama tidak perlu masuk dalam prinsip agama masing-masing.

"Artinya orang Islam cukup dengan cara Islam, agama lain juga begitu, tanpa harus diganggu. Yang Islam pakai salamnya Islam, Budha, Kristen, Hindu dan sebagainya juga gunakan salam masing-masing. Menurut saya itu surat MUI Jatim sudah pas," ujarnya kepada Tagar melalui telepon, Minggu, 10 November 2019.

Ia menilai surat MUI Jatim sudah sesuai dengan prinsip Lakum Dii Nukum Wa Liya Diin dalam Islam.

"Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Cuma itu prinsip akidah Islam yang mesti dipegang dan dianut setiap muslim," kata Gus Syafruddin.

Artinya orang Islam cukup dengan cara Islam, agama lain juga begitu, tanpa harus diganggu.

Ia menegaskan toleransi antarumat beragama tidak mencampuradukkan prinsip-prinsip beragama. Tetapi, bagi dirinya toleransi adalah bagaimana saling menghargai antarumat beragama.

"Saya pikir tidak betul, karena toleransi bukan mencampuradukkan agama. Tapi saling menghargai tanpa harus yang Islam ke gereja, yang Kristen ke masjid, yang Budha ke masjid dan tempat peribadatan yang lain," ucapnya

Sementara itu, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar dikonfirmasi enggan berkomentar terkait surat yang dikeluarkan MUI Jatim. Ia beralasan, dirinya belum melihat dan membaca surat MUI Jatim.

"Saya belum bisa berkomentar. Saya belum tahu seperti apa isi surat MUI," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Buchori membenarkan MUI Jatim mengeluarkan surat resmi tentang imbauan umat Islam dan pejabat, untuk menghindari pengucapan salam dari agama lain saat membuka acara resmi.

Abdusshomad mengungkapkan surat yang dikeluarkan oleh MUI Jatim merupakan tindak lanjut dari rekomendasi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI di Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu.

"Ini hasil rekomendasi dari Rakernas MUI di NTB. Jadi itu tidak boleh salam sederet itu semua agama yang dibacakan oleh pejabat," kata Abdusshomad.

Ia menilai dalam Islam, salam merupakan doa. Sehingga doa tidak terpisahkan dari ibadah. Bahkan di dalam Islam doa adalah inti dari ibadah.

"Ucapan assalamualaikum itu doa. Salam itu termasuk doa dan doa itu adalah ibadah," ucapnya.

Ia tidak sepakat tentang adanya penilaian surat tersebut sebagai bentuk tidak ada toleransi dan upaya menghargai perbedaan. Baginya, dalam pengucapan salam tidak boleh mencampuradukkan agama lain.

"Kita setuju dalam perbedaan, saling menghormati, menghargai. Tapi menyebut salam agama lain, itu bisa merusak ajaran agama tertentu," kata dia.

Berikut delapan poin surat MUI Jatim.

1. Bahwa agama adalah sistem keyakinan yang di dalamnya mengandung ajaran yang berkaitan dengan masalah akidah dan sistem peribadatan yang bersifat eksklusif bagi pemeluknya, sehingga meniscayakan adanya perbedaan-perbedaan antara agama satu dengan agama yang lain.

2. Dalam kehidupan bersama di suatu masyarakat majemuk, lebih-lebih Indonesia yang mempunyai semboyan Bhinneka tunggal ika, adanya perbedaan-perbedaan menuntut adanya toleransi dalam menyikapi perbedaan.

3. Dalam mengimplementasikan toleransi antarumat beragama, perlu ada kriteria dan batasannya agar tidak merusak kemurnian ajaran agama. Prinsip tolerasi pada dasarnya bukan menggabungkan, menyeragamkan atau menyamakan yang berbeda. Toleransi adalah kesiapan menerima adanya perbedaan dengan cara bersedia hidup bersama di masyarakat dengan prinsip menghormati masing-masing pihak yang berbeda.

4. Islam pada dasarnya sangat menjunjung tinggi prinsip toleransi, yang antara lain diwujudkan dalam ajaran tidak ada paksaan dalam agama (QS. al-Baqarah [2]: 256); prinsip tidak mencampur aduk ajaran agama dalam konsep “Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku sendiri”. (QS. al-Kafirun [109]: 6), prinsip kebolehan berinteraksi dan berbuat baik dalam lingkup muamalah (QS. al-Mumtahanah [60]: 8), dan prinsip berlaku adil kepada siapapun (QS. al-Ma’idah [8]: 8).

5. Jika dicermati, salam adalah ungkapan doa yang merujuk pada keyakinan dari agama tertentu. Sebagai contoh, salam umat Islam, “Assalaamu’alaikum” yang artinya “semoga Allah mencurahkan keselamatan kepada kalian”. Ungkapan ini adalah doa yang ditujukan kepada Allah Swt, Tuhan yang Maha Esa, yang tidak ada Tuhan selain Dia. 

Salam umat Budha, “Namo buddaya”, artinya terpujilah Sang Budha satu ungkapan yang tidak terpisahkan dengan keyakinan umat Budha tentang Sidarta Gautama. 

Ungkapan pembuka dari agama Hindu, “Om swasti astu”. Om, adalah panggilan umat Hindu khususnya di Bali kepada Tuhan yang mereka yakini yaitu “Sang Yang Widhi”. “Om”, seruan ini untuk memanjatkan doa atau puja dan puji pada Tuhan yang tidak lain dalam keyakinan Hindu adalah Sang Yang Widhi tersebut. 

Lalu kata swasti, dari kata su yang artinya baik, dan asti artinya bahagia. Sedangkan Astu artinya semoga. Dengan demikian ungkapan Om swasti astu kurang lebih artinya, “Semoga Sang Yang Widhi mencurahkan kebaikan dan kebahagiaan”.

6. Bahwa doa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ibadah. Bahkan di dalam Islam doa adalah inti dari ibadah. Pengucapan salam pembuka menurut Islam bukan sekadar basa basi tetapi doa.

7. Mengucapkan salam pembuka dari semua agama yang dilakukan oleh umat Islam adalah perbuatan baru yang merupakan bid’ah yang tidak pernah ada di masa yang lalu, minimal mengandung nilai syubhat yang patut dihindari.

8. Dewan Pimpinan MUI Provinsi Jawa Timur menyerukan kepada umat Islam khususnya dan kepada pemangku kebijakan agar dalam persoalan salam pembuka dilakukan sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Untuk umat Islam cukup mengucapkan kalimat, “Assalaamu’alaikum. Wr. Wb.” Dengan demikian bagi umat Islam akan dapat terhindar dari perbuatan syubhat yang dapat merusak kemurnian dari agama yang dianutnya. []

Baca juga:

Berita terkait
PWNU Jatim Imbau Warganya Tak Hadiri Sidang MK
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jatim mengimbau warganya untuk tidak berangkat ke Jakarta menghadiri sidang sengketa Pemilu 2019 di MK
Empat Seruan PWNU Jatim Menolak Aksi People Power
PWNU Jawan Timue mengeluarkan empat poin terkait aksi people power. Ini isi surat edaran tersebut.
Puisi Sukmawati, PWNU Jatim: Sangat Bertentangan dengan Sikap dan Perilaku Bung Karno
"Puisi itu sangat bertentangan dengan sikap dan perilaku Bung Karno yang sangat menghormati agamanya." - Ketua PWNU Jatim KH M Hasan Mutawakkil Alallah
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.