GP Ansor Sebut Prabowo-HTI Jalin Hubungan Saling Menguntungkan

'Prabowo-HTI jalin hubungan saling menguntungkan. Prabowo menang, HTI dakwahkan paham bertentangan Pancasila dan NKRI.' - GP Ansor
Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas (Foto: Dok Pribadi/Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta, (Tagar 7/3/2019) - Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas melihat bahwa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan ormas radikal lainnya saat ini berada di belakang kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Gus Yaqut senada dengan penilaian Ketua Umum PPP Romahurmuziy belum lama ini.

Anak dari pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) KH Muhammad Cholil Bisri ini mengatakan, cara pandangnya dengan Romahurmuziy dalam konteks ini tidak berbeda. 

"Kami melihat memang kelompok-kelompok yang selama ini berpikiran keras menyatu di sana (kubu Prabowo)," katanya kepada awak media di Yogyakarta, Rabu (6/3).

Menurut Gus Yaqut, kelompok yang berpikiran keras tidak lain adalah HTI maupun mereka yang selama ini menyebarkan paham Islam yang radikal.

Kenapa mereka ada di sana (Paslon 02), karena mereka melihat peluang paling mudah jika paslon 02 menang  bisa kembali mendakwahkan paham yang bertentangan dengan Pancasila dan NKRI

Gus Yaqut berpendapat, dalam Pilpres 2019 ini eks HTI memilih pasangan Prabowo-Sandi bukan tanpa alasan. Kelompok garis keras itu merasa peluang untuk menyebarkan pahamnya ke tengah-tengah masyarakat Indonesia kembali terbuka jika Prabowo terpilih. Berbeda jika Jokowi kembali terpilih, eks HTI dan kelompok radikal lainnya meyakini tertutup mengusung ideologinya.

"Kenapa mereka ada di sana (Paslon 02), karena mereka melihat peluang paling mudah jika paslon 02 menang  bisa kembali mendakwahkan paham yang bertentangan dengan Pancasila dan NKRI ini. Tapi kalau di Jokowi yang terpilih hal itu tertutup, sulit. Kalau di Prabowo itu relatif lebih longgar," tambah Yaqut.

Menurut Yaqut, hubungan Prabowo-HTI atau ormas radikal lainnya merupakan hubungan yang saling menguntungkan untuk saat ini. Walaupun secara ideologis mereka sangat berbeda. "Ini lebih pada kepentingan taktis saja di Pemilu," imbuhnya.

Dia menambahkan, pasca Pemilu belum tentu kedua pihak ini akan tetap bersatu. Alasannya karena secara ideologi memang berbeda. "Jadi, ini lebih kepada hubungan untuk Pilpres saja, di mana mereka sama-sama ingin melawan Jokowi," ujarnya.

Sebelumnya, Romahurmuziy menyebut kelompok yang menginginkan khilafah dan mengubah Pancasila seperti HTI saat ini berkumpul di kubu Prabowo-Sandiaga. Bagi HTI, tidak ada pilihan lain kecuali mendukung paslon 02. Sebab, jika Jokowi terpilih lagi HTI sudah pasti tidak bisa lagi berkembang di Indonesia.

Dia menyebut, Presiden Jokowi membubarkan HTI setelah berkonsultasi dengan ormas-ormas besar Islam dan pimpinan partai politik Islam. Jika Prabowo menang, HTI berharap bisa mengembangkan paham khilafah termasuk paham intoleran lainnya. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.