Glenn Hutajulu, Anak Siantar Kreatif di Era Pandemi

Dikenal sebagai sosok young entrepreneur, bergerak di sektor event di Kota Pematangsiantar dan daerah lainnya di Sumatera Utara.
Glenn Biondi Hutajulu. (Foto: Tagar/Glenn)

Pematangsiantar - Glenn Biondi Hutajulu, usianya masih terbilang muda, yakni 31 tahun. Dikenal sebagai sosok young entrepreneur, penggelar beragam event di Kota Pematangsiantar dan daerah lainnya di Sumatera Utara. Dia lebih suka dilabeli event planner, dan bukan event organizer atau EO.

Sebagai event planner, Glenn-begitu dia disapa-sejumlah event sudah ancang-ancang segera digeber tahun 2020. Namun semua buyar, mendadak diundur bahkan ada yang batal akibat terpaan pandemi Covid-19.

Salah satu event besar yang bakal dia garap adalah festival musik tahunan di Kabupaten Samosir, kerja sama dengan Henry Manik dan Pemerintah Kabupaten Samosir. Semula dihelat pada Agustus. Namun batal dan digeser ke tahun depan.

"Jadi memang banyak sekali event yang batal atau diundur sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan, termasuk event Samosir Music International 2020 yang harusnya diadakan 7-8 Agustus 2020," ujar Glenn, awal Juni 2020.

Karena memang jiwa wirausahanya sudah terbentuk, Glenn tak patah arang. Pandemi Covid-19 tak membuat dia berpangku tangan.

"Tetap belajar. Aku sendiri selama masa pandemi ini sedang mendalami ilmu mengenai investasi saham, yang ternyata sangat menjanjikan. Bahwa betul apa kata pepatah, jika satu pintu tertutup cobalah pintu yang lain. Itu sangat memberi makna di masa pandemi ini," jelas Glenn.

Dia hendak beralih jalur dari yang membuatnya dikenal selama ini? Glenn mengatakan tidak. Namun, dia tidak pernah menutup peluang bisnis apapun yang bisa membuatnya survive terutama di masa wabah virus yang sedang menggerogoti sektor dunia hiburan.

Kini dia menjalankan sebuah usaha yang adaptif dan tidak melanggar protokol kesehatan di masa pandemi. Memanfaatkan media sosial, Glenn mengajak Kementerian Pariwisata membuat konser virtual.

"Untuk tetap produktif kami kerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba mengadakan konser secara virtual. Konsep dasarnya adalah pariwisata Danau Toba, bagaimana tetap menggaungkan namanya melalui dunia hiburan," kata dia.

Konser virtual ini sendiri sudah berjalan beberapa kali sejak dimulai 22 April 2020 lalu. Konser virtual, apa itu? Kata pria berkaca mata ini, polanya diadakan secara live di media sosial Instagram di akun @sunsetmusicthekaldera.

"Kenapa melalui Instagram? Karena yang pertama milenial lebih banyak aktif di sana dan fitur-fiturnya yang lebih simpel dibandingkan platform digital lainnya," tukasnya. 

Coba gali lagi kemampuan kita atau passion kita dunia digital ini sudah punya market yang sangat besar

"Konser virtual konsepnya adalah menggunakan fitur live yang ada pada Instagram. Jadi akun Instagram kami pinjamkan kepada artis untuk dia bisa perform dari kediamannya," jelasnya kebih detail.

JekaJeka, salah satu artis yang perform di konser virtual yang digagasi Glenn Biondi Hutajulu pada 16 Mei 2020. (Foto: Tagar/Glenn)

Untuk audiens, terang pria yang belum lama menikah itu, ada tiga target, yaitu followers akun @sunsetmusicthekaldera, kedua followers artis yang bersangkutan, dan ketiga penonton umum yang bukan merupakan followers akun @sunsetmusicthekaldera dan artis, tetapi ingin menikmati hiburan.

"Konsepnya kami pikirkan bersama sehingga muncul ide ini. Keuntungan finansial yang diperoleh tetap ada tapi tidak sesignifikan jika konser secara outdoor. Cost-nya lebih rendah. Artis yang sudah perform ada Gok Malau, Dbamboo, Jeka, Jubing Kristianto, dan Josh," ujarnya.

Dia mengakui, masih sebatas mengandalkan kerja sama dengan Kemenpar dan BODT, sementara pihak swasta atau sponsor belum ada. "Karena mungkin benefit sales-nya mereka tidak dapatkan seperti konser outdoor," ujarnya.

Glenn menyebut, dari sisi sustainibility tidak bisa dipastikan apakah orang akan terus bisa menikmati konser virtual, jika kelak pandemi sudah berlalu dan kehidupan normal sudah di depan mata.

"Belum bisa saya pastikan apakah ini akan menarik ke depan, sementara konser secara umum yang kami kenal identik dengan keramaian, beragam aktivitas dan dentuman musik serta tata cahaya yang apik," katanya.

Mungkin ke depannya, ujar dia, konser virtual tetap akan ada namun untuk hal yang lebih spesifik atau bersifat urgen seperti penggalangan dana untuk korban bencana alam atau hal lain yang membutuhkan perencanaan dan eksekusi dalam waktu yang cepat.

"Kalau hanya untuk menikmati aku rasa orang akan tetap ke konser sebagaimana yang kami kenal selama ini. Tapi yang pasti kami sudah mengenal jenis baru dari pertunjukan hiburan melalui platform digital yang bisa dilakukan selain konser outdoor yang identik selama ini dilakukan," tukasnya.

Disinggung soal bagaimana setiap orang survive menghadapi pandemi, Glenn menyebut pentingnya multiple stream income. Dia merekomendasi pemanfaatan media sosial.

"Coba gali lagi kemampuan kita atau passion kita dunia digital ini sudah punya market yang sangat besar, tidak terbatas ruang dan waktu, juga platform-nya sudah sangat tersedia. Kita mau konser online bisa melalui Instagram, FB dan YouTube. Mau jualan bisa ke berbagai marketplace, mau bikin podcast bisa melalui platform audio streaming dan masih banyak lagi. Tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya sebaik mungkin sesuai passion dan kemampuan kita," tuturnya.[]

Berita terkait
5 Warga Siantar Positif Corona dalam 3 Hari Terakhir
Kasus positif corona di Pematangsiantar terus bertambah. Dalam tiga hari terkahir hingga Minggu kemarin bertambah lima warga dinyatakan positif.
Siasat Anak Siantar Produktif di Masa Sulit
Di masa pandemi Covid-19, sejumlah orang kreatif di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, tetap produktif secara ekonomi meski stay at home.
Mensos Minta Alumni SMA Budi Mulia Siantar Lokomotif New Normal
Menteri Sosial Juliari Batubara meminta alumni SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar sebagai lokomotif mensosialisasikan tatanan new normal.