Siasat Anak Siantar Produktif di Masa Sulit

Di masa pandemi Covid-19, sejumlah orang kreatif di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, tetap produktif secara ekonomi meski stay at home.
Dari kiri ke kanan atas: Glenn Biondi Hutajulu, dan Togu Simorangkir. Kiri ke kanan bawa: Dosmaria boru Saragih dan Roselina boru Sitepu. (Foto: Tagar/Istimewa)

Pematangsiantar - Dua bulan terakhir, Dosmaria boru Saragih, 40 tahun, jurnalis di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, jualan sayuran, dan buah secara online. 

Dosma, begitu dia sering disapa, juga pengelola koran lokal, tidak mau berdiam diri melihat tekanan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Konon bisnis koran sedang lesu.

"Dampak pandemi sangat berpengaruh terhadap media, terutama media cetak. Harus bisa berinovasi, ketika pemerintah menerapkan stay at home. Kami juga harus bisa cari makan. Terbersitlah niat jualan, tapi tak berhubungan langsung dengan orang banyak," tuturnya kepada Tagar pada Minggu, 31 Mei 2020.

Niat itu langsung dia eksekusi. Dia kebetulan mengenal banyak petani. Dia memutuskan untuk berjualan, bahannya diambil langsung dari petani, tidak melalui agen.

"Kami jualan online kebutuhan sehari-hari. Produk yang dijual harus terjamin kualitas dan harga lebih murah dari harga di pasaran. Itu trik menarik minat pembeli," ujarnya.

Petani dia temui di Kabanjahe dan Berastagi, Kabupaten Karo serta Saribudolok dan Raya di Kabupaten Simalungun. Karena didasari saling percaya, pengiriman barang dilakukan secara rutin ke alamat tinggal Dosma di Kota Pematangsiantar.

Jika petani sudah memanen, barang difoto dan direkam bentuk video lalu dikirim ke Dosma. Barang yang dia jual, seperti tomat, cabai merah, cabai rawit, wortel, buncis, bawang merah, kentang, terong; mangga, jeruk, dan salak.

"Dia (petani) telepon ada barang, tunjukkan foto dan video, kami transfer uangnya. Barang dikirim via bus dan kami jemput di simpang rumah. Jadi ngak harus turun lagi belanjanya," terang wanita yang bersuamikan marga Purba itu.

Perbedaan harga dari petani dan agen cukup besar. Dia memberi contoh, untuk cabai dari petani seharga Rp 8 ribu per kilogram (Kg). Sementara dari agen Rp 10 ribu-Rp 11 ribu per Kg. 

"Kalau barang dari agen menjual ke konsumen Rp 15 ribu-Rp 16 ribu per Kg, maka dari petani bisa menjual ke pembeli langsung Rp 13 ribu per Kg," terangnya.

Cara Dosma jualan, memakai media sosial Facebook, dan WhatsApp. Dia jualan di sejumlah grup media sosial.

"Produk diunggah ke Facebook, kadang kami live dengan menampilkan produk yang dijual. Dari situ masuklah pertanyaan para pembeli. Bahkan ada yang masih mau menawar harga. Untuk pembayaran dilakukan setelah barang kami antar, namun ada juga via rekening," tuturnya.

Karena barang yang mereka jual bagus, tak jarang pembeli pesan ulang. Bahkan banyak yang melakukan reseller. Mayoritas pembeli adalah warga Kota Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun bahkan Kota Tebing Tinggi dikirim lewat bus.

Omzetnya minimal Rp 500 ribu per hari. Meski tidak terlalu besar, namun penghasilan dari jualan online itu sangat membantu ekonomi keluarganya. 

Dan satu hal yang pasti, Dosma tetap menjalankan tugas jurnalistiknya. Sebagai pengelola media koran, malam harinya dia tetap melakukan editing berita-berita wartawan. Dia menyebut jurnalis adalah panggilan jiwa.

"Tidak ada yang bisa dikeluhkan. Corona bukan penghalang buat mencari nafkah. Asal ada kemauan pasti ada jalan," katanya.

Kuliner Rose

Aktivitas Roselina boru Sitepu, 39 tahun, yang terbiasa di ruang terbuka, sebagai master of ceremony, event organizer dan wedding organizer, praktis tak bisa berjalan selama masa pandemi. Tapi bukan berarti roda ekonomi berhenti.

Wanita yang pintar memasak ini pun memanfaatkan keahliannya, dan berjualan secara online. Rose dalam meracik makanan selama stay at home, tetap menjaga higienis makanan dan harga terjangkau.

Untuk bahan-bahan, dia belanja sendiri ke pasar, dan selalu menggunakan alat pelindung diri sewajarnya, semisal masker, sarung tangan, topi, dan jaket.

Jenis makanan yang banyak diproduksi Rose, seperti masakan lokal mi gomak, lontong sayur, bolu jadul, dan kue tradisional. Camilan yang sudah dia racik bersama ibundanya, lalu diunggah di media sosial seperti Facebook.

Untuk metode pengiriman ke pembeli, Rose memberdayakan ojek online dengan syarat tetap melihat kebersihan mereka. "Setiap produk yang saya jual melihat kebutuhan pasar yang bisa jadi orang lain malas keluar atau mengolah makanan," terangnya.

Rose tidak terlalu kaku hanya jualan kuliner secara online. Dia juga jualan pakaian yang sering dan biasa dipakai orang di rumah, jasa menitip untuk pembelian produk barang atau makanan yang susah dijangkau orang, seperti gula merah, dan buah.

Menurut Rose, bisnis yang dia jalani di masa pandemi ini, ke depan bisa jadi akan digeluti lebih serius.

"Kalau profesi yang saya geluti pasti berat dijalankan, dan saya memutar otak untuk melihat cara bisnis orang luar juga sudah mulai putar arah. Mengasah potensi diri yang bisa saya dikembangkan di bidang kuliner," katanya.

Rose bersyukur jualannya tetap diminati pembeli. Karena dia sangat menjaga kualitas, terutama rasa. Produk yang dia jual selalu ludes dan bisa order by request. Dia setiap hari belajar melihat peluang, dari sosial media dan juga pasar nyata.

Rose selalu menjaga bahan yang baik untuk dikonsumsi, seperti tidak pakai perasa berlebih, bahan cabai atau yang lain semua harus yang bagus. 

"Yang pasti jika konsumen komplain saya akan ganti atau atasi segera. Kalau ada human error, semisal kesalahan cara pengolahan, kurang manis atau kurang garam, saya tawarkan ganti atau uang kembali. Tapi mereka berulang beli karena saya fast respons," terangnya.

Rose mengakui, omzetnya tidak bisa dibilang menjulang, tapi cukup untuk income harian. Setidaknya tidak memberatkan pemerintah di masa pademi. 

"Tapi saya optimis ini bisa saya kembangkan di kemudian hari. Saya melihat metode negara luar juga sudah mengarah ke sistim online dan menggunakan aplikasi media marketplace, yang kita lihat masyarakat juga akan berubah dalam pola hidup ke depannya," tukas ibu satu putra itu.

Rose punya saran di masa pandemi, untuk menjaga kesehatan, ikuti aturan pemerintah, dan jangan berpangku tangan. "Gali potensi diri, lihat peluang, jangan pernah menyerah serta jalani proses dengan optimis. Pasti ada jalan," katanya.

Planner Event

Bagi Glenn Biondi Hutajulu, 31 tahun, bisnis konser musik yang biasa dia helat dengan mendatangkan banyak orang sudah pasti tidak bisa dijalankan. Protokol kesehatan pemerintah tentang Covid-19, kerumunan adalah musuh.

Glenn mengaku, banyak event batal atau diundur termasuk Samosir Music International Festival di Kabupaten Samosir yang harusnya diadakan 7-8 Agustus 2020.

Bisnis Glenn pun lumpuh? Ternyata pria yang lebih suka disebut planner event itu tak habis ide, dia tetap organize konser secara virtual meski dalam fase stay at home.

Dia kerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Badan Pelaksana Otorita Danau Toba untuk mengadakan konser virtual.

Konsep dasarnya adalah pariwisata Danau Toba, bagaimana tetap menggaungkan namanya melalui dunia hiburan. Konser sudah berjalan empat kali sejak 22 April 2020 lalu, dan digelar secara live di media sosial Instagram di akun @sunsetmusicthekaldera.

"Kenapa melalui Instagram? Karena yang pertama milenial lebih banyak aktif di sana, dan fitur-fiturnya lebih simpel dibandingkan platform digital lain," terangnya.

Melalui konser virtual, tetap mengingatkan anak muda untuk stay at home, menikmati hiburan dari rumah, demi memutus rantai penyebaran Covid-19, dan yang paling utama tetap menceritakan keindahan Danau Toba.

Nanti setelah pandemi berlalu, keinginan untuk mengunjungi Danau Toba tidak pudar bahkan melebihi masa-masa sebelumnya.

"Konser virtual konsepnya adalah menggunakan fitur live yang ada pada Instagram. Jadi akun Instagram kami pinjamkan kepada artis untuk dia bisa perform dari kediamannya," jelasnya.

Untuk audiens sendiri ada tiga target, yaitu followers akun @sunsetmusicthekaldera, kedua followers artis yang bersangkutan, dan ketiga penonton umum yang bukan merupakan followers akun sunsetmusicthekaldera dan artis tetapi ingin menikmati hiburan.

Konser ini tentu menghasilkan keuntungan baginya. Glenn mengaku, soal besar kecilnya sangat relatif.

"Cukup tidaknya relatif ya. Karena ada beberapa bidang lain yang dikerjakan melalui online juga seperti berjualan makanan dan barang layak bekas pakai terutama teknologi," tuturnya.

Pesan Glenn, di masa pandemi tetap harus jaga kesehatan dan coba terus digali kemampuan. Dunia digital sudah punya market yang sangat besar, tidak terbatas ruang dan waktu, juga platformnya sangat tersedia.

"Kita mau konser online bisa melalui Instagram, FB dan YouTube, mau jualan bisa ke berbagai marketplace, mau bikin podcast bisa melalui platform audio streaming dan masih banyak lagi. Tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkannya sebaik mungkin sesuai passion dan kemampuan kita," kata dia.

Aktivis dan Penjual Minuman

Berbeda dengan Togu Simorangkir, 43 tahun, pegiat sosial yang tetap harus produktif selama wabah. Aktivitas outdoor tetap dia lakoni sebagai penjual air minum isi ulang. Togu memastikan mengikuti protokol kesehatan selama jualan air mineral.

Dia mengusahai Bos Lebay (Beras Organik, Sapi Lele, Bebek, Ayam) tetap berjalan di markasnya, Nagori Sei Serapuh, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun. Untuk jualan produk ini, Togu mengandalkan media sosial sebagai media promo.

"Tetap jualan air minum isi ulang dengan menerapkan pakai masker dan jaga jarak. Tetap urus Bos Lebay, dan warung bambu masih tutup," katanya.[]

Berita terkait
Pasien Positif Covid-19 di Siantar Tambah Jadi 13 Orang
Gugus Tugas Covid-19 Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, mengungkapkan bertambahnya jumlah pasien positif terkonfirmasi menjadi 13 orang.
Siantar Terima Bantuan APD dari Martin Manurung
Anggota DPR Martin Manurung kirim 20.000 masker kain, 60 liter hand sanitizer dan 10.000 brosur yang berisi informasi penting terkait Covid-19.
Mensos dan Menkes Pembicara Webinar Alumni SMA Budi Mulia Siantar
Mensos Juliari Batubara dan Menkes dr. Terawan akan jadi pembicara webinar Alumni SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar tentang New Normal.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.