Gerombolan Perusuh Wamena Bukan Penduduk Asli Baliem

Polisi menyebutkan pelaku pembakaran dan tindak pidana kekerasan di Wamena, bukan orang Lembah Baliem.
Tampak warga Baliem mengevakuasi warga non Papua dalam kerusuhan di Wamena, Jayawijaya, pada 23 September 2019. (Foto: Tagar/Paul Tambunan)

Jayapura – Polisi menyebutkan pelaku pembakaran dan tindak pidana kekerasan di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, bukan orang Lembah Baliem atau penduduk asli setempat. Hal ini menyusul hasil penyelidikan kepolisian, pada Minggu 29 September 2019 malam.

Fakta ini pun berdasarkan hasil pengembangan dari keterangan tiga orang yang sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian Resor Jayawijaya, pada Kamis 26 September 2019.

Tiga tersangka itu yakni SE, 40 tahun; IG, 29 tahun; dan YE, 53 tahun. Mereka dijerat Pasal 160 KUHP tentang Makar dan Pasal 170 KUHP tentang Penghasutan yang mengakibatkan kerugian material atau mencelakakan nyawa orang.

"Pelaku pembakaran bukan penduduk asli Wamena (orang lembah Baliem). Mereka justru banyak membantu memberi perlindungan kepada para pendatang dengan mengamankan di rumah warga maupun gereja," kata Kepala Bidang Humas Polda Papua, Komisaris Besar Ahmad Musthofa Kamal, di Jayapura, Senin 30 September 2019 siang.

Kamal menegaskan, Polri bersama TNI menjamin keamanan bagi seluruh warga Wamena. Ia membantah informasi di media sosial yang menyebutkan Wamena kini tidak terkendali.

Sasaran kekerasan tidak hanya ditujukan kepada etnis tertentu saja yang tinggal di Wamena

Bahkan, pihaknya pun mengajak semua suku bangsa yang ada di Papua untuk bersama-sama menjaga kedamaian dan terus meningkatkan rasa persaudaraan.

Anak-anak WamenaAnak-anak saat mengantre makanan dalam pengungsian, di Wamena, Jumat 27 September 2019. (Foto: Tagar/Paul Tambunan)

"Sehingga tidak mudah diprovokasi oleh pihak luar yang menginginkan terjadinya perpecahan dan kerusuhan di Bumi Cendrawasih tercinta ini," tandasnya.

Kepala suku Lembah Baliem, Agus Hubi Lapago secara khusus meminta para migran (pendatang–red) untuk tidak mengungsi. Pihaknya yakin para perusuh itu adalah kelompok di luar Wamena.

"Masyarakat asli Wamena sangat mencintai masyarakat lainnya yang tinggal di Papua. Sasaran kekerasan tidak hanya ditujukan kepada etnis tertentu saja yang tinggal di Wamena," kata Agus Hubi seraya mengutuk para pelaku kerusuhan yang meluluhlantakkan ibu kota Kabupaten Jayawijaya itu.

Informasi yang dihimpun Tagar hingga Senin 30 September 2019 siang, TNI dan Polri dengan menggunakan alutsistanya telah mengevakuasi 3.213 orang dari Wamena ke Kota Jayapura.

Sebanyak 543 orang di antaranya masih bertahan di lima titik penampungan, antara lain 101 orang di Lanud Silas Papare Jayapura, Rindam Jayapura 104 orang, Yonif 751/VJS 172 orang, Paguyuban Minang 106 orang, dan di Mussalah Attaqwa 66 orang.

"Proses evakuasi warga ini tak lain untuk menghindari hal yang tidak diinginkan," jelas Kamal. []

Berita terkait
34 Warga Sampang di Wamena Dipulangkan
Akibat kerusuhan yang terjadi di Wamena Papua, 34 warga Sampang dipulangkan.
Pesan Terakhir Sebelum Meninggal di Kerusuhan Wamena
Kisah satu keluarga di Pesisir Selatan, mengembuskan napas terakhir bersama-sama, terjebak dalam toko yang dibakar dalam kerusuhan di Wamena.
Wamena Terkini, Layanan Internet Sudah Dibuka
Pemerintah pusat telah membuka kembali layanan data internet di Kabupaten Wamena, Provinsi Papua pada Sabtu, mulai pukul 09.00 WIT.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.