Gerakan Literasi: Buku Harus Dipastikan Terdistribusi

Penerapan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) menjadi salah satu kendala untuk dilaksanakan selama masa pandemi Covid-19.
Ilustrasi anak membaca buku. (Foto: Unsplash)

Jakarta - Literasi membaca pada siswa di masa pandemi Covid-19 didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.

Program gerakan literasi yang dijalankan diharapkan dapat tertanam dalam kegiatan pembelajaran di dirumah. Disisi lain, gerakan literasi juga dipersiapkan dalam rangka menghadapi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).

"Ini dua hal yang berbeda ya, jadi kita program litarasi yang secara umum ada juga yang terkait AKM karena dengan kondisi seperti ini, AKM ini adalah bentuk asesmen yang baru yang menuntut guru untuk bisa mengartikan kecakapan berpikir tingkat tinggi yang memerlukan strategi penangannan khusus," Anggota Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sofie Dewayani, kepada Tagar, Selasa, 27 Juli 2021.

Menurut Sofie, penerapan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) menjadi salah satu kendala untuk dilaksanakan selama masa pandemi Covid-19. Tetapi, kata Sofie, Ditjen Paudasmen juga telah melakukan sosisaliasi program-program literasi dengan melibatkan pemangku kepentingan di daerah.


Jadi, tidak hanya guru menugaskan buku teks atau buku paket kepada siswa tanpa menjelaskan maksud materinya tetapi bagaimana guru misalnya bisa bekerja sama dengan guru lain dalam menyiapkan beberapa materi pelajaran.


Yakni, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di 34 provinsi dari tingkatan pemerintah daerah, dinas pendidikan, dan pegiat literasi didorong untuk membentuk tim pendamping literasi daerah agar berinovasi memberikan upaya-upaya kegitan literasi tetap bisa dilakukan selama masa pandemi Covid-19.

"Dan kalau bicara literasi itu tidak hanya mementingkan kegiatan membaca untuk kesenangan atau reading for pleasure ya, kalau kita bicara itu harus memastikan buku terdistribusi, kegiatan membaca menyenangkan, tapi juga bagaimana literasi dalam pembelajaran," kata dia.

Kegiatan literasi yang dilaksanakan, lanjut Sofie, para guru tidak hanya mengajarkan kurikulum secara efektif dan bermakna. Hal itu dapat membantu siswa agar tetap termotivasi dan tercapainya jam belajar sehingga siswa bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat.

"Jadi, tidak hanya guru menugaskan buku teks atau buku paket kepada siswa tanpa menjelaskan maksud materinya tetapi bagaimana guru misalnya bisa bekerja sama dengan guru lain dalam menyiapkan beberapa materi pelajaran. Ini akan lebih bermakna dibanding mengajarkan dan memaksakan mata pelajaran yang harus dituntaskan," katanya.

"Dampaknya, guru dan siswa menghadapi penugasan-penugasan yang tidak terkoordinir sehingga terjadi di banyak tempat anak-anak mengerjakan tugas yang malah lebih banyak dari pada di masa sebelum pandemi dan mereka tidak paham materinya kerana guru tidak menjelaskan," ujarnya. []

Baca Juga: Amerika Serikat Tunda Ujian Nasional Membaca dan Matematika

Berita terkait
5 Tips Memaksimalkan Manfaat Membaca Buku
Membaca buku merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Agar memperoleh manfaat maksimal dari membaca buku, maka lakukanlah mulai dari mencacat.
Seminar Nasional UII: Membaca Masa Depan Palestina
Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan seminar dengan tema membaca masa depan Palestina yang saat ini terlibat konflik dengan Israel.
Pandji Pragiwaksono Banyaklah Membaca dan Mendengar
Pandji Pragiwaksono, teruslah berbicara masalah kemasyarakatan, politik, tapi sebelum itu banyak-banyaklah membaca, banyak-banyaklah mendengar.