Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data terbaru sebanyak 56 orang tewas akibat gempa Magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat. Sejumlah relawan dari berbagai instansi terus berupaya mengevakuasi dan memberikan pertolongan darurat bagi para korban.
"Sebanyak 47 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan sembilan orang di Kabupaten Majene," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati melalui siaran pers diperoleh Tagar, Minggu, 17 Januari 2021.
BNPB juga merinci adanya 637 korban luka di Kabupaten Mejene dengan perincian 12 orang luka berat, 200 orang luka sedang, dan 425 orang luka ringan. Di Kabupaten Memuju, 189 orang mengalami luka berat dan menjalani rawat inap.
Menurut Pusat Pengendali Operasi BNPB, sebagian wilayah di Kabupaten Mamuju sudah dapat dialiri listrik dan sebagian lainnya masih gangguan. Di Kabupaten Majene, aliran listrik baru menyala di sebagian wilayah.
Raditya mengatakan BPBD Kabupaten Majene, BPBD Kabupaten Mamuju, dan BPBD Kabupaten Polewali Mandar masih melakukan pendataan dan mendirikan tempat pengungsian serta berkoordinasi dengan TNI/Polri, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau Basarnas, relawan, dan instansi terkait dalam upaya mencari korban terdampak gempa.
BNPB telah menyerahkan bantuan awal untuk operasional kebutuhan pokok penanganan gempa Sulawesi Barat dengan nilai total Rp 4 miliar pada Sabtu, 16 Januari 2021.
"Bantuan tersebut diserahkan Rp 2 miliar untuk Provinsi Sulawesi Barat dan masing-masing Rp 1 miliar untuk Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene," sebutnya.
BNPB juga telah mendistribusikan bantuan antara lain delapan set tenda isolasi, 10 set tenda pengungsi, 2.004 paket makanan tambahan gizi, 2.004 paket makanan siap saji, 1.002 paket lauk pauk, 700 lembar selimut, lima unit lampu menara, 200 unit velbed, 500 paket perlengkapan bayi, 500.000 masker kain, 700 pak mie sagu dan 30 unit generator set 5 KVA.
Di sisi lain, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan gempa susulan masih mungkin terjadi. Untuk itu, BNPB mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan selalu waspada terkait potensi gempa susulan dengan kekuatan yang signifikan.
"Selalu ikuti informasi resmi dan tidak mudah percaya informasi yang belum jelas sumbernya. Masyarakat diimbau tidak percaya berita bohong atau hoaks mengenai prediksi dan ramalan gempa yang akan terjadi dengan kekuatan lebih besar ddan akan terjadi tsunami," tutur Raditya.
BNPB mengimbau masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan dengan tebing curam untuk waspada terhadap longsoran dan reruntuhan batu. Masyarakat yang tinggal di kawasan pantai atau pesisir diminta selalu waspada dan segera menjauhi pantai bila merasakan gempa susulan.
"Masyarakat juga dapat mengikuti perkembangan informasi kegempaan melalui BMKG dan portal InaRisk untuk mengetahui potensi risiko bencana yang ada disekitar tempat tinggal," katanya.[]