Gayo Mountain Cigar Cerutu Produksi Pertama di Aceh

Cerutu asli buatan Gayo, Aceh Tengah, Aceh, ini punya citra rasa tersendiri khas Gayo
Salmy Lahmudin pemilik usaha cerutu Gayo pertama di Aceh, asal Desa Kayu Kul, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. (Foto: TAGAR/Dok/Laung)

TAGAR.id - Cerutu, merupakan jenis produk rokok yang sudah dikenal di kalangan masyarakat kelas menengah atas. Bahkan, cerutu diminati sebagian masyarakat Indonesia. Sehingga sejak dahulu, ada warga yang sudah memproduksi rokok jenis itu.

Tapi taukah Anda, kalau Aceh juga memiliki produk cerutu berkualitas, seperti Gayo Mountain Cigar.

Cerutu asli buatan Gayo, Aceh Tengah, Aceh, ini punya citra rasa tersendiri khas Gayo, karena dibalut dengan tembakau khas dataran tinggi, pastinya berbeda dengan tembakau yang berasal dari wilayah lain di Indonesia.

Perbedaan tersebut membuat produk Gayo Mountain Cigar banyak diminati pecinta rokok curutu lokal, nusantara sampai mancanegara. Cerutu Gayo terkenal dengan ciri khas aromanya yang kuat, dan sensasi rasanya yang cenderung manis. Cita rasa curutu Gayo Cigar dengan kearifan lokal.

cerutu gayo 2Gayo Mountain Cigar dari tembakau asli Gayo, hasil kearifan lokal Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, pertama di Aceh, berada di Desa Kayu Kul, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, Aceh. (Foto: TAGAR/Dok/Laung)

Untuk diketahui cerutu Gayo Mountain Cigar merupakan produk cerutu pertama di Aceh yang memiliki pita cukai serta harganya tergolong ekonomis sehingga terjangkau kantong semua golongan masyarakat. Harga mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 100 ribu per batang, tergantung dari irisan isian dan jenis daun yang digunakan untuk menggulung racikan cerutu.

Sedangkan produk cerutu rakyat harga satu kotak isi dua batang Rp 40 ribu, isi 5 batang Rp 100 ribu, sedangkan premium isi 2 batang Rp 100 ribu.

Diproduksi di Desa Kayu Kul, Pegasing, Aceh Tengah, Aceh. Hanya butuh perjalanan darat 15 menit dari pusat Kota Takengon. Di lokasi ini Anda bisa merasakan sensasi balutan daun tambakau kering, dipadukan dengan irisan tembakau padat yang memiliki cita rasa cenderung manis.

Ini menurut pengusaha Gayo Montain Cigar, Salmy Lahmudin, cerutu Gayo ini memiliki cita rasa dan sensasi berbeda dari cerutu di daerah lainnya. Aroma tembakau hijau dan rasa yang sedikit manis menjadi daya tarik para konsumen yang telah datang dari lokal, nasional hingga luar negeri.

Salmy mengaku usaha cerutu dimulai dari tahun 2018 dan mulai berjalan pada saat Covid-19 melanda wilayah Indonesia, setiap tahun usahanya itu mampu menghasilkan kurang lebih 1.000 batang cerutu untuk dijual pada tiga cabang toko yaitu di Takengon dan Banda Aceh.

“Cerutu Gayo identik manis, dan rasanya lebih soft, manis, dan wangi. Sementara dibandingkan tembakau lain dari luar Gayo itu pengalaman bukan berarti ga baik, kebanyakan bias nyegrak kayak kering dan gatal,” ujar Salmy awal pekan Agustus 2023.

Menurut Salmy, cita rasa unik manis tersebut muncul karena tembakau ditanam pada dataran tinggi 1.200 dari permukaan laut, dengan kontruksi tanah yang tidak datar sehingga setiap daun yang dihasilkan memiliki rasa yang berbeda saat proses pembakaran.

“Bahan bahan cerutu yang digunakan merupakan hasil dari pertanian warga di wilayah sekitar, hingga saat ini mulai fokus menanam tembakau dengan cara yang tepat. sehingga daun serta proses penjuakan ke lokasi produksi yang dilakukan bisa sesuai standar sehingga dapat menjaga kualitas dari cerutu tersebut,” ungkapnya lagi.

cerutu gayo 3Seorang pelangan sedang membeli cerutu Gayo Mountain Cigar, di Desa Kayu Kul, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. (Foto: TAGAR/Dok/Laung)

Lebih lanjut Salmy mengatakan, “Saat ini produksi cerutu hanya mampu memenuhi permintaan konsumen yang langsung membeli ke toko, pengusaha belum mampu melakukan ekspor ke negara luar, dikarenakan masih kekurangan bahan utama yaitu daun tembakau. Sebagian petani di wilayah tersebut masih ada yang menanam tembakau sebagai tanaman pendamping kopi maupun tanaman jenis lainnya.”

Salmy menyebutkan, sebenarnya tanaman tembakau ini merupakan salah satu tanaman pengusir hama yang berperan penting untuk mencegah hama menyerang tanaman utama.

Sebelum cerutu Gayo diproduksi, tembakau lokal hanya dihargai Rp 500 per kilogram, namun saat ini para pengusaha cerutu berani membeli daun tembakau dengan kualitas bagus mencapai Rp 5.000 per kilogram, dan diterima langsung di lokasi pengolahan. (Laung). []

Berita terkait
Menko Airlangga Resmikan Fasilitas Produksi dan Pelepasan Ekspor Perdana Tembakau
Menko Airlangga Hartarto meresmikan fasilitas produksi dan pelepasan ekspor perdana produk tembakau inovatif bebas asap oleh PT HM Sampoerna Tbk.