Semarang - Kota Solo berencana menggelar sekolah tatap muka pada akhir November mendatang. Rencana tersebut mendapat dukungan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Hanya saja, Ganjar tetap meminta Pemerintah Kota Surakarta tetap melakukan simulasi secara bertahap sebelum memberlakukan pembelajaran tersebut.
"Saya mendukung, namun minta dilakukan simulasi dulu. Pastikan orang tua juga tahu persis. Simulasi tidak hanya di sekolah, tapi mulai dari berangkat, proses belajar mengajar hingga pulang semuanya aman. Kalau tidak dapat memastikan itu, dan kalau ada yang keberatan, maka jangan dulu," kata Ganjar usai bertemu dengan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo di Gubernuran, Semarang, Rabu, 19 Agustus 2020.
Simulasi tidak hanya di sekolah, tapi mulai dari berangkat, proses belajar mengajar hingga pulang semuanya aman.
Dalam pertemuan dengan Rudy, Ganjar mewanti-wanti agar Solo belajar dari pengalaman yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Brebes. Sebelumnya, Brebes melakukan uji coba secara serentak dan dinilai cukup membahayakan.
"Saya telepon Bupati Brebes, dia bilang itu uji coba. Tapi karena serentak, saya minta langsung dievaluasi. Karena keserentakan ini, saya khawatir membahayakan. Maka saya harap Solo benar-benar siap untuk hal ini," ujar dia.
Sementara Wali Kota Solo Rudy mengaku pihaknya berencana membuka sekolah untuk pembelajaran tatap muka pada akhir November tahun ini. Sedangkan simulasi akan dimulai pada September dan Oktober.
Baca lainnya:
- Sekolah Tatap Muka untuk Pelajar SMP di Toba Dibuka
- Ayah di Sleman Curi Ponsel Demi Sekolah Online Anak
- Peserta Didik Terpapar Covid-19, Bukan di Sekolah
Rudy tidak menampik bakal ada tantangan dalam proses simulasi maupun ketika sekolah dibuka. Yakni mencegah anak-anak berkerumun, bergandengan tangan atau hal lain yang memungkinkan potensi penyebaran corona. Tantangan tersebut akan menjadi perhatian serius pihaknya.
"Memang karena masih anak-anak, jadi pasti sulit dilarang. Kami akan jadikan itu sebagai bahan simulasi. Seperti arahan Pak Gubernur tadi, bahwa simulasi tidak hanya di sekolah, tapi mulai berangkat sampai pulang sekolah," kata dia
Rudy pun sependapat sekolah tatap muka tidak diikuti oleh semua siswa di hari yang sama. Nantinya, jumlah siswa dan jam belajar di sekolah akan dibatasi.
"Kami juga sudah mempersiapkan radio anak dan TV pendidikan untuk mendukung itu. Kami menduga, nantinya hanya 50 persen siswa yang bisa masuk sekolah, sementara sisanya tetap belajar di rumah. Maka, kami juga memiliki program bantuan gadget yang diberikan pada keluarga miskin," tutur dia seraya menyatakan bantuan handphone ditarget terealisasi akhir tahun. []