Ganjar Ancam Tutup Perusahaan Pencemar Bengawan Solo

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo geram saat tahu masih ada perusahaan yang cemari Bengawan Solo. Ancaman penutupan usaha langsung dilayangkan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengancam akan memproses hukum dan menutup perusahaan yang masih tetap nekat buang limbah ke Sungai Bengawan Solo. (Foto: Humas Pemprov Jateng)

Semarang - Sungai Bengawan Solo kembali tercemar oleh limbah perusahaan. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo geram dan mengancam akan menutup perusahaan yang tetap nekat membuang limbah ke sungai terpanjang di Pulau Jawa ini. 

Ganjar mengingatkan kepada seluruh perusahaan, baik perusahaan besar atau kecil untuk tidak membuang limbah ke sungai. Ia juga meminta perusahaan untuk komitmen melaksanakan kesepakatan yang diputuskan bersama pada Desember 2019 lalu.

Kalau besok terjadi lagi sanksinya langsung saya tutup.

Dalam kesepakatan tersebut, Gubernur Jawa Tengah memberikan waktu 12 bulan kepada seluruh perusahaan yang ada di bantaran Bengawan Solo untuk memperbaiki pengelolaan limbahnya. Apabila selama 12 bulan itu tidak dilaksanakan dan perusahaan tetap membuang limbah ke sungai Bengawan Solo, maka Ganjar akan membawa ke jalur hukum.

"Hari ini terjadi pencemaran lagi, meskipun tidak separah tahun lalu. Selama ini kami sudah berusaha mengendalikan, relatif beberapa komunitas dan usaha kecil seperti pabrik ciu, peternakan babi, tekstil sudah memperbaiki. Tapi, hari ini ketahuan ada beberapa yang masih nekat membuang langsung limbahnya ke sungai," kata dia usai memimpin rapat soal pencemaran Bengawan Solo di kantornya, di Semarang, Kamis, 9 Juli 2020. 

Dari rapat yang digelar dengan menggandeng instansi terkait dan perwakilan perusahaan, Ganjar mendapatkan fakta masih ada yang membuang limbahnya langsung ke sungai. Bahkan sebelum rapat, Ganjar mendapat foto perusahaan di Blora membuang limbah langsung ke Bengawan Solo di daerah Blora.

"Ada dua perusahaan besar yang kami mintai keterangan di rapat. Satu mengaku bahwa memang membuang langsung ke sungai karena ada kerusakan di mesin IPAL-nya. Tadi dia mengaku salah dan sedang diperbaiki, satu atau dua hari selesai. Saya tegur keras tadi," ucap dia.

Namun, Ganjar masih memberikan kesempatan pada perusahaan-perusahaan tersebut untuk melakukan perbaikan. Apabila tidak segera diperbaiki dan tetap nekat membuang limbah ke sungai, maka dirinya tidak segan untuk menutup pabrik itu.

"Maka saya peringatkan mereka, ini sudah masuk bulan ketujuh. Kalau nanti tidak bisa, maka kami ambil tindakan hukum. Karena ini belum ada setahun, jadi saya peringatkan dulu. Tapi kalau besok terjadi lagi sanksinya langsung saya tutup," tuturnya.

Sementara untuk menghindari hal serupa terulang, Ganjar sudah membentuk tim patroli sungai. Tim terdiri dari berbagai unsur, baik dari Pemprov Jateng, kabupaten kota dan Pemprov Jatim.

"Kami sudah sepakat dengan Jatim untuk membuat patroli. Bahkan dari TNI Polri sudah siap membantu. Tim itu sudah dibentuk, minggu depan saya minta turun semuanya. Masyarakat juga saya minta membantu mengawasi," kata dia.

Dalam rapat, diketahui masih ada problem yakni industri kecil yang kesulitan membuat IPAL. Ganjar kemudian meminta didata agar bisa dibantu pemerintah.

"Nanti kami bantu, kami carikan metode dan teknologinya agar mereka semua tetap bisa berusaha dan tidak mencemari. Tadi kami juga mengajak Kementerian LHK dan Kementerian Perindustrian dalam rapat, supaya bisa mengetahui peta ini," ucap Ganjar. []

Baca juga: 

Berita terkait
Khofifah Minta Usut Pelaku Pencemaran Bengawan Solo
Pemprov Jatim telah mengirimkan tim untuk melakukan pemeriksaan atas pencemaran air Sungai Bengawan Solo.
Kurangi Risiko Banjir, Kementerian PUPR Normalisasi Kali Pepe dan Sungai Bengawan Solo
Dalam penanggulangan banjir, disamping pembangunan infrastruktur fisik, juga diperlukan kepedulian masyarakat.
Tanggul Bengawan Solo Nyaris Jebol, Ribuan Warga Desa Terancam Tenggelam
Kalau tanggul jebol, seluruh desa akan terendam. Saat ini warga dalam kondisi siaga. Semua diminta bersiap kalau sewaktu-waktu tanggul jebol." - Indrawan, warga desa