FSPPB Minta Pertamina Tetap Mengelola Bisnis LNG

FSPPB menuntut agar pemerintah pusat tetap mempertahankan proses bisnis LNG pada PT Pertamina.
Sejumlah anggota FSPPB saat melakukan aksi korporasi bisnis LNG, Senin 29 Juli 2019 di TBBM Teluk Kabung, Padang. (Foto: dokFSPPB)

Padang- Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) menuntut rencana pengalihan proses bisnis LNG melalui holding migas ke PGN, karena dinilai akan merugikan negara.

Salah seorang perwakilan FSPPB Lutfi mengatakan, bisnis LNG merupakan bisnis masa depan. Perusahaan yang harus dijaga eksistensinya, sehingga negara akan mendapatkan 100 persen keuntungan yang digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

"Pengalihan bisnis gas existing, LNG existing, Jargas, dan SPBG dari Pertamina ke PGN akan menyebabkan potensi kerugian negara, karena kepemilikan saham publik, yaitu pengusaha swasta/lokal/asing di PGN sebesar 43,04 persen," kata dia, Selasa 30 Juli 2019 di Padang.

Untuk itu, FSPPB menuntut agar pemerintah pusat tetap mempertahankan proses bisnis LNG pada PT Pertamina yang keuntungannya 100 persen bisa digunakan untuk kemakmuran rakyat, di mana 100 persen sahamnya adalah milik negara.

"Kami yakin mampu mengelola bisnis ini," tegas Lutfi, didampingi Hery Setyawan, dan perwakilan FSPPB lainnya, Muhammad Abdul Rasul.

Apalagi, sejak 62 tahun yang lalu, Pertamina telah membuktikan eksistensi dan dedikasinya dalam pengelolaan migas sebagai bagian dari upaya menjaga kedaulatan energi nasional dan salah satu BUMN yang menjadi penopang perekonomian Indonesia.

Dia juga menyampaikan pada Tagar, produksi LNG Indonesia saat ini sebesar 16 MT atau sekitar tujuh persen LNG dunia dan cadangan gas nasional sebesar 135 TSCF.

Apabila tuntutan ini tidak diindahkan oleh pemerintah, maka kami sepakat akan menggelar aksi nyata

"Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar ke lima setelah Qatar, Malaysia, Australia dan Nigeria. Kapasitas kilang LNG Indonesia sebesar 28,7 MTPA, artinya masih ada potensi untuk meningkatkan penjualan dari hasil produksi baik untuk domestik ataupun pasar ekspor," jelas dia.

Pangsa pasar ekspor LNG Indonesia adalah kawasan Asia Pasifik dan Amerika Utara. Negara importir pengguna LNG kita adalah Jepang, Korea Selatan, China, Taiwan, Mexico, Thailand, India dan UEA.

Pasokan LNG kepasar dunia meningkat sekitar 12 persen per tahun. Volume perdagangan LNG tahun 2017 meningkat menjadi 293,1 MT atau meningkat sebesar 35,2 MT dari tahun 2016.

Pertumbuhan pasokan LNG merupakan respons terhadap pertumbuhan pasar di Asia untuk memenuhi permintaan China dan Korea Selatan.

"Ke depan kebutuhan gas akan semakin besar seiring dengan kepedulian lingkungan dan perubahan pola pasar atau pemain LNG dunia," tambah dia.

Selain itu, mereka juga meminta pemerintah melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk memastikan Pertamina dapat menyusun program kerja rencana bisnis LNG yang mendukung security of supply national, baik jangka pendek ataupun jangka panjang, karena proses bisnis LNG yang bersifat jangka panjang untuk tetap menjaga kedaulatan energi nasional.

"Apabila tuntutan ini tidak diindahkan oleh pemerintah, maka kami sepakat akan menggelar aksi nyata dengan jalan menyetop segala aktivitas kerja selama beberapa saat untuk melakukan perenungan," tuturnya.[]

Baca juga: Pertamina Survei Cadangan Migas Baru di Selat Malaka

Berita terkait
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi