Faktor Ketokohan Penentu Kemenangan di Pilkada Medan

Faktor ketokohan seorang kandidat dalam perhelatan pemilihan kepala daerah masih menjadi penentu untuk menang dalam di Medan.
Akademisi dari Universitas Medan Area (UMA), Ara Auza. (Foto: Tagar/Istimewa)

Medan - Faktor ketokohan seorang kandidat dalam perhelatan pemilihan kepala daerah (pilkada), masih menjadi penentu. Artinya, untuk menang dalam pilkada tidak hanya bisa mengandalkan dukungan dari partai politik.

Akademisi dari Universitas Medan Area (UMA), Ara Auza berpendapat, bila dihubungkan antara jumlah dukungan partai dengan perolehan suara di pilkada, beberapa hasilnya tidak linier.

Justru kata dia, pemilih di Kota Medan khususnya, tidak memiliki keterikatan dengan partai politik.

"Dukungan partai politik, merupakan syarat dukungan menjadi calon. Artinya untuk menang dalam pilkada, tidak hanya bisa mengandalkan dukungan partai politik. Pasangan calon kepala daerah harus dapat menyampaikan ide-ide tentang pembangunan," ujarnya, Selasa, 1 September 2020.

Calon kepala daerah yang didukung banyak partai politik, menurut dia memiliki hambatan untuk dapat menyampaikan pesan kampanye kepada pemilih.

Apalagi, calon kepala daerah dengan dukungan partai politik yang sedikit, memerlukan sumber daya yang besar dan banyak untuk dapat menyampaikan ide-ide kampanye.

"Ditambah lagi dengan masa pandemi Covid-19 ini, tentu banyak hambatan calon kepala daerah untuk dapat menyampaikan pesan kampanye," kata Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi UMA ini.

Magnet pilkada, yah ketokohan. Pilkada Medan 2015 hanya sekitar pemilih 28 persen pemilih

Terhitung sejak September sampai Desember awal, kata Ara, hanya memiliki waktu tiga bulan untuk dapat menyampaikan pesan kampanye kepada sekitar 1,6 juta pemilih di Kota Medan.

Akhyar dan BobbyAkhyar Nasution dan Bobby Nasution. (Foto: Tagar/Ist)

"Kalau diperkirakan 1.600.000/90= 17.700 pemilih per hari. Itu masih menyampaikan pesan kampanye saja," bebernya.

Menurut Ara Auza, tidak besar keterkaitan antara partai politik dengan hasil pilkada. Karena mesin partai politik dalam beberapa penelitian, tidak berjalan optimal dalam pemenangan.

"Faktor ketokohan dalam pilkada masih dominan untuk mempengaruhi pemilih. Apalagi dalam kondisi pandemi, masa kampanye yang singkat dan besarnya jumlah pemilih, membutuhkan sumber daya yang besar untuk bisa menyentuh elemen-elemen dalam pemenangan," jelasnya.

Ara Auza menambahkan, besarnya dukungan dari partai politik tidak bisa menjadi satu jaminan kemenangan bagi pasangan calon dalam pilkada.

"Magnet pilkada, yah ketokohan. Pilkada Medan 2015 hanya sekitar pemilih 28 persen pemilih. Sementara partisipasi pileg di atas 50 persen. Di sini adanya missing link, masyarakat yang apatis dan atau partai politik belum bisa mewadahi aspirasi masyarakat, belum memiliki keterikatan," terangnya.

Seperti diketahui, Pilkada Medan pada 9 Desember 2020 nanti, akan diikuti dua bakal pasangan calon usungan gabungan partai politik, masing-masing di kubu petahana Akhyar Nasution - Salman Alfarisi diusung Partai Demokrat dan PKS.

Sedangkan di kubu penantang, bakal calon Bobby Nasution-Aulia Rachman diusung koalisi PDIP, Gerindra, Golkar dan menyusul PPP, PAN, Nasdem dan Hanura. []

Berita terkait
Ini Calon PKS di Pilkada Sumut, Akhyar-Salman di Medan
DPP PKS mengumumkan nama bakal pasangan calon dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak di Indonesia, termasuk di Sumut.
Pilkada Medan, Bobby Nasution: Jangan Saling Sikut
Bakal calon Wali Kota Medan Bobby Nasution optimis koalisi dua partai di Kota Medan bakal menciptakan suasana pilkada damai dan meneduhkan.
Diusung Gerindra di Pilkada Medan, Ini Kata Bobby
Pasangan Bobby Nasution-Aulia Rachman, resmi mendapat rekomendasi dari Partai Gerindra di Pilkada Medan.