Jakarta - Gudang kapas yang digunakan untuk industri tekstil milik PT Sri Rezeki Isman Tbk (SRIL) atau sering disebut Sritex terbakar pada Jumat, 27 September 2019.
Gudang yang terletak di Dukuh Seliran, Desa Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah tersebut terbakar pada malam hari.
Berikut Tagar merangkum sejumlah fakta yang terjadi di balik terbakarnya gudang milik perusahaan yang berdiri sejak 1966.
1. Tidak Ada Korban Jiwa
'Si jago merah' yang melalap Gudang Sritex pada Jumat malam, 27 September 2019, diketahui tidak memakan korban jiwa. Dilansir dari Antara, Perwakilan Sritex, Joy Citradewi melalui keterangan tertulisnya mengatakan pihak perusahaan hingga saat ini masih menunggu hasil laporan di lapangan. Namun, pihak Stritex menjamin tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Lokasi gudang yang tidak bersebelahan langsung dengan pemukiman warga juga membuat tidak ada masyarakat sekitar terdampak kebakaran.
2. Belum Padam Hingga Keesokan Hari
Sejak terbakar pada Jumat malam, api yang membakar Gudang Sritex terpantau belum padam hingga Sabtu siang, 28 September 2019. Petugas pemadam kebakaran kesulitan menjinakkan api sejak Jumat malam lantaran gudang berisi material yang mudah terbakar seperti kapas.
Selain itu, lokasi gudang yang berada di tengah kawasan persawahan menyebabkan angin mudah lalu lalang dan mengembuskan api sehingga api dapat merambat dengan cepat.
3. Tidak Mengganggu Aktivitas Operasional
Kebakaran yang menghanguskan Gudang Sritex diyakini tidak berdampak pada operasional pabrik. Hal ini dikatakan perwakilan PT SRIL, seperti dilansir dari Antara pada Jumat, 27 September 2019, Joy Citradewi.
"Kebakaran tidak mengganggu operasional perusahaan lainnya," ujarnya.
Gudang yang terbakar merupakan tempat penyimpanan kapas yang berada di sisi selatan pabrik.
4. Sejarah PT Sritex
PT Sritex didirikan oleh H.M. Lukminto pada 1966 silam. Awalnya, dia berjualan komoditas tekstil di Pasar Kelewer, Solo, Jawa Tengah. Dua tahun berselang ia kemudian mendirikan pabrik pertamanya di Solo.
Dilansir dari situs resmi PT Sritex, perusahaan ini kemudian didaftarkan ke Kementerian Perindustrian pada 1978. PT Sritex mengalami perkembangan pesat hingga melakukan ekspansi bisnis pada 1982 dengan membangun pabrik tenun pertamanya.
Pengembangan bisnis ini berlanjut hingga tahun 1992. Kala itu, pabrik yang berada di Solo tersebut mampu melakukan empat jenis produksi, yaitu pemintalan, penenunan, garmen, dan textile finishing.
Eksistensi PT Sritex mulai dikenal dunia setelah pada 1994 perusahaan tersebut dipercaya pasukan North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Tentara Nasional Jerman (Bundeswehr) sebagai penyedia seragam perang mereka.
PT Sritex sempat mengalami kesulitan bisnis akibat imbas dari krisis moneter menerpa Indonesia pada 1998-1999. Meski demikian, perusahaan tekstil tersebut mampu bangkit serta meraih sejumlah penghargaan dan pencapaian bisnis, seperti pada 2013 mendaftarkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI), Top Performing Listed Companies in Textile and Garment Sector 2015 versi Investor Magazine, Best Enterprise Achievers 2016 untuk kategori Local Giants oleh Obsession Media Group, dan berhasil menerbitkan obligasi global dengan nilai 150 juta dollar Amerika Serikat (AS) hingga 2021. []