Fahri Hamzah: Oposisi Sekongkol, Rakyat yang Tawuran

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan saat ini oposisi tengah bersekongkol sementara rakyat dibiarkan tawuran.
Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah. (Foto: Tagar/Instagram/@fahrihamzah)

Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan saat ini oposisi tengah bersekongkol sementara rakyat dibiarkan tawuran, menurutnya, mereka yang diberi amanah lalai dan sibuk pencitraan.

"Mengapa rakyat yang sudah nyoblos dan mengorbankan biaya pemilu trilyunan lalu menggaji wakilnya masih harus kelimpungan bahkan menjadi korban? Mengapa rakyat tidak istirahat urus politik dan fokus cari kehidupan? Karena yang diberi amanah lalai dan sibuk pencitraan," tulisnya di akun Instagram, Sabtu, 4 September 2021.

Dalam pandanganya rakyat tak dibiarkan hidup tenang karena dibiarkan masuk ke dalam ranah politik yang saling sikut 

"Rakyat harusnya berhenti berpolitik dan gesek-gesekan setelah pemilu dan nyoblos. Tapi kenapa terus terjadi sampai rakyat gak bisa hidup tenang? Karena sistem perwakilan absen, kongresional yang tak dimengerti oleh parpol yang sdh duduk dapat fasilitas, gaji dan sekaligus kekebalan," ujarnya.


Jika kalian sepi kami cemas karena artinya ada persekongkolan kalian sekongkol rakyat tawuran sudahlah masa ginian aja tak paham dan jangan sekali-kali nyalahin kami yang kasih jabatan dan gaji kalian.


Ia mengatakan politik seharusnya kembali normal setelah masa kampanye. Biar mereka, terutama yang menyebut diri partai oposisi yang bertengkar melawan eksekutif dan pendukungnya.

"Kita rakyat tidak harus bertengkar pasca pencoblosan. Politik seharusnya kembali normal setelah masa kampanye. Biar mereka, terutama yang menyebut diri partai oposis yang bertengkar melawan eksekutif dan pendukungnya, bukan kita. Mereka enak berantem dapat duit, lah kita?," katanya.

Begitulah sistem demokrasi bekerja, kata Fahri, membagi fase-fase jadwal pemilu dan masa tenang, dan kalian digaji untuk bekerja dalam sistem itu.

"Disuruh berantem ya berantem dong. Pakai semua fasilitas yang kami berikan. Jangan malah ajak kami keroyokan. Mana kerja kalian? Kami rakyat sebenarnya pengen nonton saja sesekali, malam-malam atau pagi-pagi, sebuah panggung politik yang seru dan mencerdaskan, juga menyehatkan kehidupan dan perekonomian," ucapnya.

"Tapi sayang semua diam, menyebut diri oposisi tapi ngomel gak karuan. Akhirnya kami dipaksa ikut pertengkaran," ujar Fahri.

Dalam sejarah demokrasi, kata Fahri, semakin seru panggung negara dan dinamika di antara cabang-cabang kekuasaan, rakyat hidupnya tambah senang.

Lebih lanjut ia mencontohkan  Taiwan, atau negara-negara tetangga yang mapan, parlemennya tawuran tapi rakyat makmur dan sejahtera. 

Indikator sukses dinamika negara adalah, kata Fahri, apabila rakyat merasa ada keributan di ruang sidang parlemen. Sehingga rakyat tak harus mengisi ruang sidang parlemen jalanan.

"Jika kalian sepi kami cemas karena artinya ada persekongkolan. Kalian sekongkol rakyat tawuran. Sudahlah, masa ginian aja gak paham. Dan jangan sekali-kali nyalahin kami yang kasi jabatan dan gaji kalian," ucapnya.

"Kami kerja di luar sistem, jangan bilang kami ikutan, kami hanya rakyat penonton panggung kalian, tidak bisa apa-apa kecuali teriakan di pinggir gelanggang. Sekian!," ujarnya. []

Berita terkait
Fahri Hamzah Tidak Setuju Penangkapan Dokter Lois
Fahri Hamzah menyatakan tidak setuju penangkapan dokter Lois. Ia tidak setuju jika orang ditangkap untuk disuruh diam dan diajak damai.
Fahri Hamzah Sebut Demokrasi Belum Dijadikan Tradisi Berpikir
Fahri Hamzah sebut hingga kini dalam pelaksanaan demokrasi masih terasa berjarak dengan pelaku politik maupun masyarakat
Saran Hidayat Nur Wahid dan Fahri Hamzah untuk Mensos Risma
Menurut Hidayat Nur Wahid, kondisi pengemis dan pemulung yang ada di Jakarta tidak jauh berbeda dengan di Surabaya.
0
Setahun Bekerja Satgas BLBI Sita Aset Senilai Rp 22 Triliun
Mahfud MD, mengatakan Satgas BLBI telah menyita tanah seluas 22,3 juta hektar atau senilai Rp 22 triliun setelah setahun bekerja