Era Digital, Tiap Orang Bisa Jadi Musisi?

Tanpa didukung label musik pun, kini sebuah band maupun solois tetap bisa tersohor.
Gitaris The Flowers, Boris Simanjuntak. (Foto: Tagar/Morteza)

Jakarta - Dalam arus digitalisasi seperti sekarang ini, akan makin memudahkan seorang pegiat seni untuk memamerkan hasil karyanya di berbagai platform. Dalam konteks ini adalah musik. Sebagai musisi yang hendak menelurkan album, kini tidak perlu ribet melulu harus dinaungi oleh sebuah label dalam merintis karir.

Tanpa didukung label musik pun, kini sebuah band maupun solois tetap bisa tersohor bahkan hingga ke seantero dunia dengan memanfaatkan keberadaan platform-platform seperti Youtube, Joox dan Spotify.

Dengan maraknya tren digital yang masif, turut mengubah pula perilaku pengguna yang ingin serba praktis mendengar musik di mana saja dalam genggaman smartphone, ketimbang membeli rilisan album fisik.

Berbagai gerai toko musik memilih tutup, karena dagangan kaset tape dan cd menjadi kurang laku, akibat pergeseran budaya ke zaman musik digital.

Hari ini, Selasa, 9 Maret 2021, tepat pada perayaan Hari Musik Nasional dua tahun lalu, saya mewawancarai gitaris The Flowers, Boris Simanjuntak, untuk berbincang mengenai era musik digital.

Menurutnya, tren yang saat ini digandrungi oleh para millenials itu harus dimanfaatkan secara bijak, karena ada sisi positif maupun sisi negatifnya.

Ia mengatakan, dengan tren download di platform, para pendengar nantinya hanya dapat menikmati olahan musik sebatas dari sound dan cover album. Untuk kisah di balik layar perjuangan pembuatan album, tidak akan didapatkan oleh mereka (pendegar).

"Itu sentimentil era. Kalau saya berpendapat lebih keren zaman vinyl, zaman kaset, zaman cd dimana kita bisa buka-buka cover album, menikmati artwork cover album, melihat orang-orang yang terlibat di dalam album. Itu yang tidak kita dapat lagi di era sekarang," jelasnya saat dihubungi Tagar News di Makassar, Sabtu (9/3) sore.

Namun, kata Boris, bila masih ada musisi yang mempertahankan budaya dalam mencetak album, alangkah baiknya harus menyesuaikan pula dengan kebutuhan pasar.

Dengan ketersediaan platform digital, lebih lanjut ia menegaskan, mau tidak mau setiap musisi harus mengikuti arus perkembangan.

"Mau tidak mau kita harus ikut teknologi, kalau tidak, kita akan tenggelam. Di mana sekarang orang dengerin lagu bukan pakai player, tetapi pakai handphone. Kita mesti memikirikan itu, putar otak agar tidak tergerus zaman," tutur gitaris yang kerap bekerjasama dengan Melly Goeslaw itu.

"Musisi sekarang tidak perlu label, karena sudah bisa direct selling (album). Kita bikin video clip, lalu taro di Youtube dan media sosial lainnya, kalau manggung sekalian jualan cd. Kalau hanya mengharapkan penjualan dari fisik album, jelas gak cukup buat bikin dapur ngebul selama sebulan. Karena penghasilan terbesar musisi adalah dari manggung (off air)," pungkasnya.

Berita terkait
Hari Musik Nasional 2021, Iwan Fals Rilis Album Mata Dewa Versi Vinyl
Musisi senior Iwan Fals, resmi merilis album Mata Dewa dalam format vinyl alias piringan hitam, tepat pada perayaan Hari Musik Nasional 2021.
Sederet Musisi Rayakan Hari Musik Nasional 2021
Peringatan Hari Musik Nasional 2021 dirayakan sejumlah musisi melalui unggahan tematik mereka di akun media sosial Instagram.
Hari Musik Nasional 2021, M Bloc Gelar Konferensi Permusikan
Memperingati Hari Musik Nasional 2021, simpul kreatif bagi musisi dan seniman di Jakarta, M Bloc, menggelar konferensi permusikan.