Enam Kawasan DKI Target Revitalisasi Trotoar

Hari Nugroho menuturkan semua fasilitas trotoar tersebut dibuat secara lengkap sebagai bagian dari bangunan jalan.
Revitalisasi Trotoar di DKI Jakarta. (Foto: Antara/ADITYA PRADANA PUTRA)

Jakarta - Sebanyak enam titik menjadi target revitalisasi trotoar di DKI Jakarta. Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta Hari Nugroho menyatakan sejauh baru enam sebelum merambah ke wilayah lainnya.

"Kami sedang revitalisasi trotoar. Untuk saat ini yang utamanya di enam titik yaitu Cikini Raya, Salemba-Kramat, Kemang Raya, Dr Satrio, Latumenten dan Yos Yudarso," kata Hari di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat, 6 September 2019.

Hari menuturkan semua fasilitas trotoar tersebut dibuat secara lengkap sebagai bagian dari bangunan jalan.

"Semuanya kami buat complete stage. Apa itu? Sebagai jalan sudah ideal. Jadi itu ada jalan, ada trotoar, ada guiding line, ada buffer amenities, kemudian ada saluran, jadi semuanya lengkap. Artinya kami juga menata kabel udara, masuk ke dalam," kata Hari.

Sementara itu, terkait dengan penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di atas trotoar, Hari menyebut PKL tidak boleh mengambil alih fungsi trotoar, akan tetapi tetap dilihat kondisi trotoar itu sendiri.

Kalau soal PKL, memang tidak boleh mengokupansi trotoar

"Kalau soal PKL, memang tidak boleh mengokupansi trotoar. Tapi bisa dilihat, trotoar yang ideal itu kan minimal 1,5 meter. Kalau minimal itu untuk trotoar ya fungsinya trotoar dan PKL tidak boleh. Tapi kalau trotoarnya enam meter, delapan meter dan ada space, kami kan juga ya memanusiakan juga," ucap Hari.

Hari mengatakan bahwa PKL boleh berjualan di atas trotoar jenis tertentu dan dengan berbagai syarat yang ditentukan terutama kebersihan, kerapihan, hingga keramahan lingkungan.

"Trotoar kami sudah pakai andesit-granit, ada yang stem konkret, tau-tau disiram kopi, bakso kan sayang. Saya juga sudah sampaikan pada Dinas UMKM dan Wali Kota tolong yang dibina loksem-loksem itu diberikan edukasi supaya nanti berubah. Kan dia kan jualan itu kan harus meningkatkan kualitas juga dengan mengubah diri," ujar Hari.

Adapun penentuan lokasi berjualan bagi PKL, kata Hari, masih dalam tahap pembahasan peta jalan (roadmap)-nya, termasuk PKL yang seperti apa yang bisa berjualan di atas trotoar.

"Ini roadmap-nya baru digodok mana yang boleh dan tidak di mana saja. Tapi kalau yang kecil 1,5 meter itu haknya pejalan, tidak bisa lagi. Lapaknya juga nanti dirancang oleh Dinas UMKM," ucapnya.

Sebelumnya, pasal 25 ayat 1 dalam Perda DKI Jakarta Nomor 8/2007 tentang Ketertiban Umum dibatalkan Mahkamah Agung (MA). Pasal tersebut menjadi landasan Gubernur DKI Jakarta mengatur dan mengelola PKL di Jakarta, termasuk alih fungsi di atas trotoar.

Putusan itu bernomor 38/P.PTSVIII/2019/42 P/HUM/2018 dan dibacakan pada 18 Desember 2018.

Putusan MA yang memenangkan gugatan politikus Partai Solidaritas Indonesia William Aditya Sarana dan Zico Leonard itu dikarenakan kebijakan demikian dinilai bertentangan dengan Pasal 127 ayat 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Mereka menggugat Perda Nomor 8/2007 tentang Ketertiban Umum, pasal 25 ayat 1, tentang kewenangan gubernur DKI Jakarta memberikan izin trotoar dan jalan sebagai tempat usaha PKL. Putusan Mahkamah Agung mengamanatkan Perda Nomor 8/2007 pasal 25 ayat 1 tidak memiliki kekuatan hukum tetap dan tidak berlaku. []

Berita terkait
Adian Napitupulu Sindir Trotoar Anies Baswedan
Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu mengatakan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Anies Baswedan bukan kebijakan solutif.
Revitalisasi Trotoar Rp 75 M, DPRD DKI: Mahal
Proyek ini menganggarkan dana sebesar Rp 75 miliar untuk merevitalisasi trotoar sepanjang 10 kilometer.
Foto: Penampakan Trotoar Cikini 75 Miliar Anies Baswedan
Hingga kini proyek pelebaran trotoar senilai Rp 75 miliar di Jalan Cikini Raya yang digagas Anies Baswedan itu masih terus dilakukan.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.