Jakarta – HSBC Holding Plc dikabarkan akan merasionalisasi (pemutusan hubungan kerja - PHK) sekitar 10.000 karyawan. Rencana pengurangan karyawan ini merupakan kebijakan yang diambil pelaksana tugas (Plt) CEO HSBC Noel Quinn, yang bertujan untuk mengurangi beban operasional dan efisiensi.
Sumber yang dekat dengan manajemen HSBC menyebutkan bahwa pemangkasan karyawan merupakan upaya ambisius untuk beberapa tahun ke depan dalam memangkas biaya operasional. Karyawan yang akan terkena program PHK ini adalah mereka yang memiliki gaji tinggi. Sumber itu menyebutkan HSBC akan mengurangi sekitar 238.000 karyawan hingga beberapa tahun ke depan.
Sumber itu menyatakan, HSBC menghadapi masalah komponen biaya sumber daya manusia (SDM) yang berdampak pada membengkaknya biaya operasional. "Kami bertanya mengapa kami memiliki begitu banyak karyawan di Eropa saat kami bisa meraih hasil yang positif dua digit di Asia," kata sumber itu menirukan ucapan direksi HSBC, seperti diberitakan dari Financial Times, Senin 7 Oktober 2019.
Pengurangan karyawan ini menunjukkan kesulitan HSBC untuk mengantisipasi lingkungan global yang makin kompleks ditandai dengan suku bunga perbankan yang rendah, konflik perdagangan dan ketidakpastian Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa - red). Program PHK ini dilakukan di bawah skema yang dikenal dengan "Proyek Oak" yang berusaha mendorong eksekutif dan manajer untuk mengurangi staf mereka.
Pihak manajemen tidak mau berkomentar ketika ditanya kabar pengurangan karyawan. Pola PHK untuk karyawan bergaji tinggi bukan hanya dilakukan oleh HSBC saja. Sejumlah bank global menghadapi persoalan yang sama yakni puluhan ribu staf redundan, dimana perbankan harus bersaing ketat dengan menetapkan suku bunga rendah atau negatif ditengah pendapatan investasi yang negatif.
Baca Juga: HSBC Ingin Masyarakat Indonesia Melek Finansial
Strategi BJ Habibie Selamatkan Perbankan Indonesia
(Dimas Wijanarko)