Efektifkah Malaysia Pilih Lockdown Atasi Covid-19

Akhirnya Malaysia memilih opsi lockdown menghadapi pertambahan kasus yang tinggi dengan rentang waktu lockdown 18 Maret sampai 31 Maret 2020
Warga memakai masker pelindung meninggalkan Masjid Nasional setelah salat Jumat di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat, 13 Maret 2020. (Foto: todayonline.com/Reuters).

Sampai 18 Maret 2020 pukul 16.35 GMT atau 23.35 WIB ata 24.35 waktu Malaysia laporan di situs worldometers jumlah kasus positif corona (Covid-19) di Malaysia sebanyak 566, tambahan kasus baru 138. Inilah yang membuat pemerintahan PM Tan Sri Muhyiddin Yassin menetapkan lockdown atau pembatasan secara nasional di Malaysia. Lockdown berlaku mulai 18 Maret sampai 31 Maret 2020.

Kementerian Kesehatan Malaysia (KKM) sendiri pada hari Minggu, 15 Maret 2020 pukul 12.00 tengah hari waktu setempat, melaporkan tambahan 190 kasus baru Covid-19. Kebanyakan dari 190 kasus baru itu merupakan peserta pertemuan jemaah tablig di Masjid Jamek Sri Petaling, Kuala Lumpur, Malaysia, pada tanggal 27 Februari 2020 sampai 3 Maret 2020.

Baca juga: Malaysia Laporkan 190 Kasus Baru Virus Corona

Dengan langkah lockdown tidak ada imported case bisa diminimalisir karena semua warga negara Malaysia yang baru tiba dari luar negeri harus menjalani pengecekan kesehatan. Mereka juga diharuskan mengkarantina diri mereka sendiri di rumah selama 14 hari. Warga Malaysia dilarang bepergian ke luar negeri.

1. Lockdown di Italia dipilih Malaysia

Sedangkan pelancong yang datang ke Malaysia harus menjalani karantina selama 14 hari. Bagi pendatang di Malaysia, seperti turis, pengusaha, korps diplomatik diizinkan meninggalkan Malaysia jika ingin pulang ke negara asal.

Yang jadi sasaran pertama lockdown larangan kegiatan sosial, olahraga dan keagamaan. Tempat-tempat ibadah ditutup sehingga kegiatan keagamaan, seperti di masjid dihentikan, termasuk sholat Jumat. Yang boleh beroperasi adalah supermarket dan pada yang menjual kebutuhan sehari-hari.

Kebijakan lockdown yang dipilih pemerintah Malaysia ini saja dengan yang dijalankan oleh Italia. Tapi, apakah dengan lockdown ini tidak terjadi penyebaran Covid-19 di Malaysia?

Jika dilihat kondisi Italia pada hari ini misalnya dilaporkan 3.233 kasus baru sehingga jumlah kasus Covid-19 di Italia mencapai 27.980 dengan 2.158 kematian.

2. Pergerakan ke dalam dan luar negeri

Ketika Italia menjalankan lockdown dengan skala nasional tentu saja tidak ada imported case, tapi ada laporan kasus baru. Ini bisa jadi penularan lokal (local transmission) antara warga yang mengidap Covid-19 tapi tidak terdeteksi melalui kontak sosial dengan warga lain.

Seperti yang dikatakan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, jika lockdown diterapkan maka tidak ada yang bisa dikerjakan karena semua kegiatan terhenti. Akibatnya, bisa terjadi penularan Covid-19 antar warga. Ini justru bisa mendorong pertambahan kasus yang tinggi.

Dengan lockdown diharapkan tidak ada pergerakan pengidap Covid-19 dari luar negeri ke dalam negeri, baik warga negara sendiri atau warga negara asing. Tapi, justru penularan terjadi antar warga yang berada di wilayah lockdown.

Maka, langkah contact tracing jauh lebih efektif daripada lockdown selama pencegahan di pintu-pintu masuk dilakukan dengan ketat. Kita bisa lihat hasil lockdown yang dijalankan Malaysia apakah bisa menurunkan kasus infeksi baru Covid-19. []

Berita terkait
Malaysia Lockdown, Pasien Virus Corona Naik Signifikan
Meningkatnya jumlah penderita virus corona COVID-19, akhirnya Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin menetapkan lockdown
Covid-19, Potensi Kerugian Jika Jakarta Lockdown
Pilihan mengunci (lockdown) membawa risiko tersendiri pada berbagai sektor, salah satu yang akan menjadi "korban" adalah sektor perekonomian.
Indonesia Tidak Akan Lakukan Lockdown Terkait Corona
Beberapa negara lakukan lockdown terkait wabah corona, tapi Indonesia memastikan tidak akan melakukan lockdown di wilayah Covid-19 ditemukan