DPR Tak Peka Rakyat, Sering Selingkuh dengan Eksekutif

Pengamat politik sekaligus Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai banyak anggota tak peka rakyat berselingkuh dengan eksekutif
Rapat anggota dewan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. (Foto: Antara)

Jakarta - Pengamat politik sekaligus Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai banyak anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR RI tidak peka terhadap kondisi sosial, menyusul sejumlah kebijakan pemerintah yang dianggap membebani rakyat.

"DPR belum peka dan belum mementingkan kepentingan rakyat. Rakyat menjerit karena kebijakan pemerintah yang tak berpihak kepadanya. DPR tak bersuara dan dalam banyak hal, DPR juga lebih sering berselingkuh dengan eksekutif," ujar Ujang kepada Tagar, Kamis, 11 Juni 2020.

Perselingkuhan DPR dengan lembaga eksekutif, menurut Ujang, terlihat saat Komisi Pemberantasan Korupsi dilemahkan melalui Undang-Undang (UU) KPK yang baru, lalu mengesahkan UU Mineral dan Batu Bara (Minerba), serta disahkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Corona.

Baca juga: Najwa Shihab Sebut Empat Argumen Basi Politisi

Dia pun meminta wakil rakyat yang duduk di gedung parlemen menjadi legislator yang apa adanya, bukan ada apanya. Ujang juga berharap anggota DPR dapat mengemban amanah memperjuangkan penderitaan rakyat yang ekonominya sedang morat-marit diterpa pagebluk virus corona (Covid-19).

Ujang KomarudinPemanggilan mereka menjadi tanda tanya bagi masyarakat. Apakah itu terkait menteri Jokowi atau hanya sebatas silaturahmi.

DPR tak bersuara dan dalam banyak hal, DPR juga lebih sering berselingkuh dengan eksekutif.

"Karena mereka dibayar dengan uang rakyat, untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Bukan malah mengingkari dan mengkhianatinya," ucap Ujang.

Belakangan, sejumlah kebijakan pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) disoroti, seperti membengkaknya tagihan listrik bulanan dan iuran BPJS Kesehatan yang naik, serta keluarnya peraturan tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) dinilai belum tepat dan mencekik rakyat.

Baca juga: Ray Rangkuti: Najwa Shihab Kritik DPR Sudah Objektif

Selain itu, kebijakan pemerintah lainnya yakni harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tak kunjung diturunkan juga tak luput menuai kritikan. Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah sempat mengatakan bahwasannya pemerintah sudah sepatutnya mengikuti tren negara di dunia dengan menurunkan harga BBM.

Dia menyarankan PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM agar masyarakat yang terdampak pandemi virus corona atau Covid-19 tidak merasa terbebani dengan harganya saat ini. Musababnya, penjualan BBM di beberapa negara besar sudah mengalami penurunan harga. Namun, di Indonesia belum diterapkan.

"Menurut saya ini harus dikaitkan dengan keberadaan Keputusan Presiden Nomor 12 yang terkait corona. Di mana dikatakan bahwa corona merupakan bencana nasional nonalam. Jadinya, harus ke sana. Artinya, Pertamina sebagai BUMN, harusnya dia minta kepada negara dengan dasar itu," kata Trubus kepada Tagar, Senin, 27 April 2020. []

Berita terkait
Kegusaran Anggota DPR Usai Dikritik Najwa Shihab
Anggota DPR Nasim Khan menilai, pernyataan yang disampaikan Najwa Shihab cenderung miring, tidak proporsional dan sangat tendensius.
Listrik Naik, Rakyat Bisa Gugat PLN dengan Class Action
Pengamat hukum pidana mengatakan rakyat yang keberatan dengan membengkaknya tagihan listrik bulanan dapat melakukan gugatan class action ke PLN.
Istana Bantah Ada Kenaikan Tarif Listrik saat Pandemi
Pihak Istana melalui Angkie Yudistia membantah bahwasannya tidak ada kenaikan tarif listrik oleh PT PLN (Persero) di tengah pandemi Covid-19.
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.