Jakarta - Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro mengungkapkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua siswa dan sekolah pada saat dan sebelum program vaksinasi Covid-19 bagi anak dilaksanakan.
“Pemberian imunisasi pada anak sekolah ini sudah biasa, sudah bukan sesuatu yang baru untuk para guru, orang tua dan juga anak anak. Namun demikian, walaupun mereka sudah terbiasa memberikan imunisasi rutin, ini suatu imunisasi yang baru. Tentunya perlu beberapa hal yang perlu diperhatikan,” ujar Sri Rezeki Hadinegoro saat menyampaikan pernyataannya dalam acara “Siaran Pers Vaksinasi Covid-19 Pada Anak” di kanal YouTube Kemkominfo TV, Minggu, 26 Desember 2021.
Dalam program yang diberlakukan pada anak usia 6-11 tahun atau setara dengan murid sekolah dasar (SD) atau Madrasah kelas 1-6 ini Sri mendorong lembaga pendidikan sekolah, pemerintah daerah, dan para orang tua untuk mendukung berjalannya program yang belum lama digalangkan tersebut.
Hal hal yang kelihatannya sepele tapi itu penting. Jadi anak-anak untuk hal ini tentu harus kita perhatikan dari sejak sebelumnya sebelum divaksinasi pada saat divaksinasi, dan setelah divaksinasi.
“Kalo kita lihat sekolah, tentunya sekolah harus ada kesepakatan kapan akan diberikan imunisasi ini. Karena sekolah SD ini dibawah pemerintah daerah, tentunya harus ada dukungan dari pemerintah daerah. Kemudian juga bagaimana kesepakatan dari kepala sekolah, guru uks, dan juga orang tua terutama,” ujar Sri.
Lebih lanjut, ia juga meminta ketersediaan orang tua dan kerjasama dari puskesmas setempat yang nantinya akan menyediakan sumber daya manusia dan logistik vaksinasi yang akan dipakai.
- Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 untuk Anak 6-11 Tahun Dimulai 14 Desember 2021
- Baca Juga: Vaksinasi Anak Mulai Digelar, Jokowi Ikut Lakukan Peninjauan
“Orang tuanya sudah bersedia enggak untuk membawa putra-putrinya ke sekolah? Sebelum anak-anak kita vaksinasi, tentu guru dan petugas-petugas yang ada di sekolah itu harus diimunisasi dulu, harus lengkap dulu dua kali. Termasuk mungkin satpamnya atau petugas kebersihan,” katanya.
Mengantisipasi terjadinya efek samping, Sri meminta sekolah dan puskesmas untuk menyediakan sarana-sarana penunjang, seperti tabung oksigen, ruang istirahat, peralatan, dan obat-obatan emergency yang dibutuhkan.
Di samping itu, ia juga meminta para guru untuk dapat mengatur para siswanya agar tidak menciptakan kerumunan yang dapat mendorong munculnya kluster baru di sekolah.
“Misalnya secara bergilir. Bisa jam berapa? pertama ini siapa? berapa orang? Nanti dilanjutkan untuk jam kedua dan jam seterusnya, sehingga mereka tidak menumpuk di sekolah dan setelah mereka disuntik, perhatikan bahwa tidak usah ngobrol, langsung pulang saja,” ujar Sri.
Disisi lain, ia juga meningkatkan sekolah untuk menyediakan beberapa hal penting, seperti tempat cuci tangan, tempat sampah untuk membuang kotoran bekas dipakai, dan lain-lain.
- Baca Juga: Jokowi Tinjau Vaksinasi Covid-19 Anak Usia 6-11 Tahun di Jakarta
- Baca Juga: Ibu Iriana Tinjau Vaksinasi Anak 6-11 Tahun di Kota Bandung
“Hal hal yang kelihatannya sepele tapi itu penting. Jadi anak-anak untuk hal ini tentu harus kita perhatikan dari sejak sebelumnya. Sebelum divaksinasi, pada saat divaksinasi, dan setelah divaksinasi,” katanya.
Sementara itu bagi para orang tua, Sri meminta agar mereka ikut memberikan pengetahuan kepada anak-anak tentang pentingnya vaksinasi, membawa catatan kesehatan anak, memperhatikan efek samping setelah 30 menit disuntik, dan mengontrol kesehatan anak-anak yang memiliki morbiditas.
“3 hari setelah mendapat suntikan, itu pun harus diawasi dengan baik. Tiap hari dinilai apa yang dirasa dan dicatat. Kalau perlu dihubungi tempat penyuntikan tadi, konsultasi dengan tempat dimana disuntikan diberikan tadi,” ujar Sri.
(Eka Cahyani)