Dorong Startup IPO, BRI Ventures Gandeng Bursa Efek Indonesia

Startup berpotensi untuk mendapatkan pendanaan melalui penawaran umum saham perdana (IPO) di BEI.
Startup (Foto: Wikipedia).

Jakarta- Perusahaan rintisan (startup) berpotensi mendapatkan pendanaan melalui penawaran umum saham perdana (IPO). Untuk itu, BRI Ventures dan Bursa Efek Indonesia (BEI) meneken nota kesepahaman (MoU) sebagai komitmen bersama untuk membantu lebih banyak startup lokal meraih IPO di bursa saham lokal.

Selain seremoni penandatanganan resmi MoU  BRI Ventures dan BEI, juga diselenggarakan konferensi virtual bertajuk Workshop Go Public. Acara ini dirancang untuk menciptakan kesadaran diantara para startup founder dan industri modal ventura tentang bagaimana dan mengapa startup harus menjadi perusahaan go public melalui skema IPO di BEI.

IPO merupakan salah satu opsi pendanaan untuk para startup agar bisa terus sustain di masa mendatang.

Di seluruh dunia, pasar IPO 2020 untuk startup dengan cepat menarik diri dari pasar saham yang sedang lesu, dalam situasi resesi ekonomi akibat pandemi. Tren transformasi digital yang tak terbendung terus mengawal lebih banyak perusahaan teknologi baru ke garis depan untuk keluar dari pasar modal. 

Banyak perusahaan unggulan) menyadari bahwa untuk tetap bertahan, harus mengadopsi teknologi modern seperti komputasi awan, analitik, kecerdasan buatan, dan lain-lain. Kondisi ini menjanjikan pasar IPO sektor teknologi bullish beberapa tahun mendatang.

Seperti dikutip dari emitennews.com, data menunjukkan bahwa startup yang yang melakukan exit melalui skema IPO mendapatkan keuntungan lebih banyak, terutama dari segi pajak yang lebih rendah, biaya modal yang relatif dapat lebih rendah, tata kelola yang lebih sehat, serta banyak lagi. Ditambah, ada juga korelasi yang kuat antara startup yang mencapai keberlanjutan setelah IPO dan kesuksesan perusahaan modal ventura yang mendukung mereka sebelum keluar.

Namun, Indonesia sebagai salah satu negara yang menjadi pusat perkembangan startup di ASEAN, saat ini hanya mencatatkan sedikit perusahaan startup yang  go public atau mencatatkan sahamnya di BEI. Perusahaan modal ventura lokal melihat peluang untuk membawa pasar modal Indonesia terus berkembang dengan cara menawarkan lebih banyak pendanaan dari sektor pasar modal kepada perusahaan-perusahaan startup berbasis teknologi yang sedang berkembang pesat di Indonesia.

Workshop go public yang diselenggarakan ini membahas beberapa topik penting seperti; bagaimana mengakselerasi secara keberlanjutan pertumbuhan startup ke level selanjutnya; keuntungan menjadi perusahaan go public; serta beberapa topik penting lainnya. Peserta yang ikut dalam acara kali ini pun cukup beragam, dari para investor di pasar modal, baik ritel, maupun institusi, pelaku startup dan UMKM, media, serta masyarakat secara luas yang hendak belajar lebih dalam.

CEO BRI Ventures, Nicko Widjaja mengatakan efek luas dari pandemi Covid-19 telah memaksa industri modal ventura untuk mengkalibrasi ulang. Selain itu juga, menjauh dari model growth-at-all-costs menjadi pendanaan yang berfokus pada startup yang mampu mengukir pertumbuhan yang cepat, profitable dan sustainability

"Saya mengestimasi bahwa IPO merupakan salah satu opsi pendanaan untuk para startup agar bisa terus sustain di masa mendatang," katanya.

Bursa Efek IndonesiaBursa Efek Indonesia (BEI) terus berupaya pada pendalaman pasar modal, serta membangun kepercayaan pasar. (Foto: Tagar/asiatoday.id/Bursa Efek Indonesia).

Ia menambahkan, IPO umumnya dilakukan oleh startup yang sedang berada di growth stage. Untuk itu, Dana Ventura Sembrani Nusantara yang baru saja dilaunching beberapa bulan yang lalu ingin mendukung semakin banyak startup di Indonesia untuk mencatatkan sahamnya di pasar modal Indonesia atau go public

Bulan ini, Sembrani Nusantara bersiap untuk berinvestasi di dua startup lokal yang memiliki potensi besar untuk berkembang dan mencatatkan sahamnya di pasar modal Indonesia. Disamping itu, pihaknya juga melihat sampai dengan saat ini, terus meningkatnya minat para investor lokal, untuk membeli unit penyertaan Dana Ventura Sembrani Nusantara. 

"Hal ini sejalan dengan semakin baiknya perkembangan industri startup dan digital di Tanah Air,” tutur Nicko.

Penelitian dari INSEAD pada September 2019 menunjukan bahwa pada tahun 2018 hanya tujuh dari 131 startup di ASEAN yang berhasil melakukan divestasi melalui skema IPO. Kajian tersebut juga memperkirakan bahwa pada 2020 jumlah startup yang melakukan divestasi melalui skema IPO masih lebih sedikit dibanding dengan startup yang memilih divestasi dengan skema merger dan akuisisi.

Program Akselerator

Melihat data tersebut, BRI Ventures bersama BEI  juga akan berkolaborasi bersama meluncurkan program akselator  untuk menjaring startup potensial yang akan diinkubasi dan disiapkan untuk go public. Program yang pertama yaitu Joint Accelerator Program, dimana startup atau UMKM Binaan IDX Incubator dapat mengikuti program inkubasi dari BRI Ventures. Sebaliknya portofolio startup atau UMKM BRI Ventures dapat mengikuti program Road-to-IPO yang diselenggarakan oleh BEI melalui IDX Incubator. 

Lalu ada program Pre-IPO Round Process. Dalam program ini, BEI akan membantu BRI Ventures dalam menyiapkan portofolio startup atau UMKM BRI Ventures yang telah berhasil menyelesaikan program akselerator untuk melakukan penawaran umum melalui program IDX Incubator yang diselenggarakan oleh BEI.

Kedepannya, dengan dukungan kedua program akselerator kolaborasi antara BRI Ventures dan BEI tersebut, startup atau UMKM di Indonesia akan melihat peluang IPO sebagai jalur alternatif yang dapat membantu mereka untuk melakukan go public. Pada beberapa tahun terakhir, BEI juga terus menjalin diskusi dengan komunitas startup dan meluncurkan beberapa inisiatif untuk memudahkan para startup atau UMKM memperoleh pendanaan dan mencatatkan sahamnya di BEI.

Pada 2017, IDX dan OJK meluncurkan IDX Incubator yang menawarkan bimbingan kepada para pelaku UMKM dan startup di Indonesia agar mereka berhasil melalui proses listing dan mampu menjadi perusahaan go public. Lalu, pada bulan Agustus tahun 2019, BEI meluncurkan papan akselerasi yang memang dikhususkan kepada para UMKM dan startup untuk mencatatkan sahamnya dengan persyaratan yang lebih longgar dibandingkan persyaratan IPO pada umumnya. 

Pada Januari 2020, Bursa Efek Indonesia akhirnya berhasil mencatatkan salah satu startup binaan IDX Inkubator untuk melantai di papan akselerasi Bursa Efek Indonesia.

Boumediene Sihombing, Direktur BRI Danareksa Sekuritas,  anak perusahaan  Bank BRI mengatakan, pihaknya memahami bahwa saat ini para pengusaha ataupun startup founder lebih berfokus kepada operasional bisnis. Terkadang, aspek-aspek hukum dan regulasi dari proses IPO yang membuat niat mereka berhenti untuk go public.

Untuk itu,  BRI Danareksa Sekuritas berkomitmen untuk membantu para pengusaha maupun startup founder dalam hal proses IPO. Seperti penjaminan emisi efek, layanan perantara pedagang efek dan penasihat keuangan untuk perusahaan-perusahaan yang berencana melakukan proses go public. Dengan begitu,  para pengusaha dan startup founder dapat lebih berfokus kepada hal-hal yang lebih penting seperti pengembangan bisnis. []

Berita terkait
BEI: 21 Perusahaan Antre IPO, Sebagian Beraset Jumbo
Ada sekitar 21 perusahaan yang masuk dalam antrean (pipeline) penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesi.
BEI Usulkan Utang OJK Rp 1 Triliun Didorong IPO
BEI mengusulkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar perusahaan dengan utang perbankan di atas Rp 1 triliun didorong untuk melakukan penawaran IPO.
Telkomsel Bahas Pentingnya Inovasi Bisnis Startup
Telkomsel membahas pentingnya inovasi pada pertumbuhan perusahaan, startup, dan bisnis lainnya, melalui The NextDev Hub Virtual Talks #3.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.