Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump positif terinfeksi virus corona. Ia dirawat di rumah sakit militer dan menelan obat antibodi koktail ekserimental sebagai upaya penyembuhan.
Dikutip dari laman Asiaone, dokter kepresidenan yang merawat Trump, Dr. Sean Conley, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Trump dalam keadaan kelelahan tetapi tetap bersemangat setelah menerima dosis intravena dari antibodi ganda Regeneron Pharmaceuticals Inc.
Selain mengonsumsi obat eksperimental itu, Trump juga mendapat asupan penguat kekebalan tubuh atau antibodi, yaitu zink dan vitamin D, aspirin, dan obat-obatan generik lainnya.
Dokter yang merawat Trump cukup prihatin dengan apa yang mereka ketahui.
Sebagai informasi, Obat Regeneron, REGN-COV2, merupakan obat Covid-19 eksperimental, atau dikenal juga sebagai antibodi monoklonal. Itu merupakan salinan buatan antibodi manusia terhadap virus yang sedang dipelajari untuk digunakan pada pasien dengan penyakit awal.
Sebelumnya, Trump yang positif virus corona dipindahkan dari Gedung Putih ke Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, Amerika Serikat pada Jumat 2 Oktober 2020. Trump akan menjalani perawatan intensif di sana.
"Dokter yang merawat Trump cukup prihatin dengan apa yang mereka ketahui sehingga mereka memutuskan untuk menggunakan obat eksperimental. Obat eksperimental menurut definisi berisiko," kata spesialis penyakit menular dari Universitas Keck School of Medicine California Selatan di Los Angeles, Dr. Edward Jones-Lopez.
Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh yang menempel dan menetralkan virus yang menyerang.
Sedangkan Koktail Regeneron yang berisi antibodi yang dibuat oleh perusahaan dan yang kedua antibodi manusia yang pulih dari Covid-19 yang dirancang sedemikian rupa sehingga dua antibodi-nya mengikat protein lonjakan virus corona, sehingga membatasi kemampuan virus untuk melarikan diri.
"Masalahnya adalah kami tidak memiliki perawatan yang baik untuk orang dengan Covid-19 ringan. Saya membayangkan mereka melakukan ini karena mereka berharap ini berisiko relatif rendah," kata dokter penyakit menular Rumah Sakit Umum Boston, dr. Rajesh Gandhi
Data yang diperoleh terkait antibodi Covid-19 itu masih terbatas. Namun, Ahli penyakit menular dr. Anthony Fauci mengatakan teknologi itu menjanjikan dalam skala progresnya.