Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thorir telah menggerakan perusahaan farmasi plat merah PT Kimia Farma Tbk (KAEF) memproduksi sendiri obat virus corona Avigan (favipiravir). Produksi mandiri itu agar Indonesia tidak bergantung dengan impor.
Izin resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah diminta Erick agar Avigan buatan Indonesia itu dapat segera diedarkan. Rencananya Avigan buatan dalam negeri akan dibanderol lebih murah dari produksi luar negeri.
"Avigan kita pastikan bisa lebih murah. Tapi yang Oseltamivir karena ini impor, tentu sesuai dengan pasar. Kalau avigan tentu Favipiravir sudah bisa jauh lebih murah, kurang lebih Rp 20.000-an," kata Erick saat rapat kerja dengan anggota dewan, Selasa 22 September 2020.
Manfaat Avigan
Dalam Avigan terkandung bahan favipiravir yang biasa digunakan untuk mencegah infeksi akibat virus inluenza. Favipiravir dapat menghentikan replikasi virus RNA agar tidak menyebar, dengan cara menghambat pertumbuhan enzim polimerase (RdRp).
Avigan dikembangkan sejak 2014 oleh perusahaan asal Jepang bernama Fujifilm Toyama Chemical dan Zheijang Hisun Pharmaceutical. Ketika virus corona mewabah, obat ini diberikan kepada pasien-pasien yang terpapar Covid-19.
Ilustrasi obat untuk pasien virus corona. (Foto: pixabay)
Menurut Live Science, virus corona memiliki materi genetik utama bukan berupa DNA, tetapi RNA. Sebab itu Avigan diberikan kepada mereka yang terpapar Covid-19, dan terbukti dapat melawan virus corona.
Hal itu sempat dikatakan salah satu petinggi Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, Zhang Xinmin. "Obat ini memiliki tingkat keamanan yang telah dibuktikan tinggi dan efektif untuk digunakan [melawan Covid-19]," kata Zhang kepada The Guardian.
Saat uji klinis di rumah sakit di Wuhan dan Shenzen, Avigan memperlihatkan hasil yang baik terhadap 340 pasien virus corona. Pasien itu negatif Covid-19 setelah hasil tes keluar empat hari kemudian.
Namun, dari hasil itu, menurut laporan Xinhuanet, masih banyak pasien menunjukan negatif lebih dari empat hari, serta ada juga yang kurang dari empat hari sudah negatif Covid-19.
"Pasien yang diberi obat di Shenzen statusnya berubah menjadi negatif setelah rata-rata empat hari positif," kata penyiar publik NHK.
Hasil pasien yang mengonsumsi dan tidak mendapat Avigan lantas dibandingkan. Didapatkan hasil penelitian, pasien tidak mendapatkan asupan Avigan baru dapat dikatakan negatif setelah 11 hari dinyatakan positif Covid-19.
Ilustrasi obat dan alat suntik. (Foto: Pixabay)
Ketika dilihat dari sinar-X, paru-paru pasien yang mengonsumsi Avigan juga menunjukkan hasil baik daripada mereka yang tidak. Kondisi paru-paru pasien yang mengonsumsi Avigan meningkat 91 %, sedangkan yang tidak kualitas paru-parunya meningkat hanya 62 %.
Sedangkan uji klinis di rumah sakit Wuhan menunjukkan pasien terpapar virus corona yang mengonsumsi Avigan mengalami deman hanya 2,5 hari. Sedangkan mereka yang tidak mendapatkan Avigan mengalami demam rata-rata 4,5 hari.
Kapan Indonesia produksi Avigan?
Ketika Erick Thohir rapat kerja dengan Komisi VI DPR, ia mengatakan produksi massal Avigan oleh BUMN farmasi untuk publik baru bisa dilakukan pada kuartal ketiga atau tahun 2021.
"Sekarang kita sudah bisa memproduksi paracetamol sendiri dan itu menjadi harapan tahun depan bisa terjadi pabriknya," kata Erick.
