Dolar Naik, Pengusaha Tahu Keluhkan Harga Kedelai Impor

Dolar naik, pengusaha tahu keluhkan harga kedelai impor. Harga kedelai terus meningkat. “Sementara, harga jual tahu tidak mengalami kenaikan," kata Mulizar.
Perajin menuangkan cairan kedelai saat proses produksi tahu di salah satu industri tahu Desa Seutui, Banda Aceh, Rabu (5/9). Asosiasi Perajin Tahu dan Tempe di daerah itu mengeluh sehubungan harga bahan baku kacang kedelai impor sejak tiga bulan terakhir terus naik dari Rp 6.300 menjadi Rp 7.700 perkilogram akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. (Foto: Ant/Ampelsa)

Banda Aceh, (Tagar 5/9/2018) – Menyusul naiknya dolar Amerika Serikat terhadap rupiah, kalangan pengusaha tahu di Kota Banda Aceh mengeluhkan harga kedelai impor.

"Kalangan pengusaha tahu mengeluhkan harga kedelai yang terus meningkat. Sementara, harga jual tahu di masyarakat tidak mengalami kenaikan," kata Sekretaris Asosiasi Tahu Tempe Aceh Mulizar di Banda Aceh, Rabu (5/9).

Menurut dia, kenaikan dolar turut berdampak naiknya harga kedelai impor. Namun, kenaikan tersebut tidak begitu terasa karena harga kedelai impor naik sedikit demi sedikit.

RUPIAH MELEMAHSeorang petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika Serikat di tempat penukarang uang di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (5/9/2018). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah menjadi Rp 15.067 per dolar AS pada perdagangan, Rabu (5/9/2018). (Foto: Ant/Akbar Tado)

Mulizar menyebutkan, harga kedelai impor sekarang ini Rp 7.700 per kilogram. Sebelumnya, harga kedelai Rp 6.500 per kilogram. Kenaikan tersebut sudah berlangsung beberapa bulan terakhir.

Mulizar mengakui, kenaikan harga bahan baku tersebut sangat memberatkan kalangan usaha tahu. Sementara, harga jual tahu tidak dinaikkan, Rp 95 ribu per embernya.

"Satu ember ada tiga papan tahu yang isinya berkisar 30 potong tahu per papannya. Kami masih tetap bertahan dengan harga jual seperti itu," kata Mulizar mengungkapkan.

Untuk menaikkan harga tahu, kata dia, tidak bisa serta-merta dilakukan oleh satu pengusaha. Akan tetapi harus dimusyawarahkan oleh semua pengusaha tahu yang ada. Setelah ada kesepakatan bersama, barulah harga dinaikkan.

"Paling tidak, kami berupaya bertahan dengan harga kedelai impor sekarang ini. Produksi tetap berjalan dan tidak mengurangi tenaga kerja yang ada. Walau saat ini kondisinya sangat sulit," kata dia.

PENGRAJIN TEMPE KURANGI KEDELAI IMPORPengrajin menggiling kedelai impor sebelum diolah menjadi tempe di gudang Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Rabu (5/9/2018). Naiknya harga kedelai impor akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tersebut membuat pengrajin tempe setempat mengurangi penggunaan kedelai impor sebagai bahan produksi yakni dari 40 kilogram menjadi 20 kilogram per hari. (Foto: Ant/Ari Bowo Sucipto)

Oleh karena itu, Mulizar mengharapkan pemerintah bisa turun tangan membantu menurunkan harga kedelai impor. Jika tidak, dikhawatirkan akan banyak usaha kecil produksi tahu tutup atau bangkrut.

Menyangkut jumlah kebutuhan bahan baku, Mulizar mengatakan setiap usaha tahu membutuhkan 500 hingga 600 kilogram kedelai setiap harinya. Sedangkan usaha tempe membutuhkan kedelai hingga 1,5 ton setiap hari.

"Kebutuhan bahan baku cukup tinggi. Semuanya diimpor. Kalau kedelai lokal, kami tidak pernah menggunakannya. Kedelai impor digunakan karena mutunya lebih terjamin," kata Mulizar.

Waspadai Inflasi

Sementara di Tanjungpinang, Anggota Komisi II DPRD Provinsi Kepulauan Riau, Ing Iskandarsyah meminta pemerintah daerah mewaspadai inflasi yang didorong melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.

"Potensi kenaikan harga barang kebutuhan masyarakat akibat kurs dolar terhadap rupiah meningkat hingga mencapai Rp 15.000 per 1 dolar Amerika," ujarnya di Tanjungpinang, Rabu (5/9).

PRODUKSI TAHU MENURUNPekerja mengolah pembuatan tahu dari kedelai di Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (28/8/2018). Pemilik usaha pembuatan tahu tersebut mengaku mengalami penurunan produksi dari 400 kilogram menjadi 350 kilogram kedelai per hari akibat naiknya harga kedelai impor terkait melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (Foto: Ant/Aloysius Jarot Nugroho)

Iskandarsyah yang juga Ketua Fraksi Keadilan Sejahtera-PPP DPRD Kepri mengemukakan, pengaruh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sangat besar, karena Kepri berbatasan dengan Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Kamboja.

Sejak dulu, kata dia, produk dari berbagai negara, terutama Singapura dan Malaysia membanjiri pasar Kepri. Harga produk asing yang dijual di Kepri tentunya dipengaruhi kurs dolar.

"Ini persoalan besar yang seharusnya segera diselesaikan pemerintah pusat dan daerah," kata dia seperti dikutip Antaranews.

Iskandar mengatakan, kenaikan harga barang yang menyebabkan inflasi dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Masyarakat akan cenderung tidak berbelanja karena harga barang tinggi dan perputaran rupiah menjadi terhambat.

Dampak yang paling buruk yang mungkin terjadi yakni jumlah keluarga miskin di Kepri meningkat.

PRODUKSI TAHU MENURUNPekerja mengolah pembuatan tahu dari kedelai di Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (28/8/2018). Pemilik usaha pembuatan tahu tersebut mengaku mengalami penurunan produksi dari 400 kilogram menjadi 350 kilogram kedelai per hari akibat naiknya harga kedelai impor terkait melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (Foto: Ant/Aloysius Jarot Nugroho)

Agar kondisi tidak makin buruk, sebaiknya pemerintah menyusun strategi anggaran perubahan 2018 lebih banyak untuk melindungi perekonomian masyarakat, seperti subsidi terhadap sembako dan operasi pasar untuk mencegah permainan spekulan saat kebutuhan meningkat.

"Pemerintah kabupaten dan kota, serta pemerintah provinsi harus bertindak cepat dan tepat untuk kepentingan rakyat. Tindakan yang tepat dapat mencegah terjadinya gelojak perekonomian dan sosial," tegasnya. []

Berita terkait
0
Banyak Kepala Daerah Mau Jadi Kader Banteng, Siapa Aja?
Namun, lanjut Hasto Kritiyanto, partainya lebih mengutamakan dari independen dibandingkan politikus dari parpol lain.