Dirjen Perikanan & Budidaya: KKP Mengusung Konsep Blue Economy

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya T.B. Haeru Rahayu mengatakan bahwa KKP mengusung konsep perikanan budidayanya berbasis lue economy.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya T.B. Haeru Rahayu dalam acara Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun 2021 dan Proyeksi 2022 Kinerja Sektor Perikanan Budidaya di Media Center KKP, Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, Selasa, 7 Desember 2021. (Foto: Tagar/Alwin)

Jakarta - Direktur Jenderal Perikanan Budidaya T.B. Haeru Rahayu mengatakan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang mengusung konsep perikanan budidayanya yang berbasis blue economy (ekonomi biru).

Hal ini disampaikan T.B. Haeru Rahayu dalam acara Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun 2021 dan Proyeksi 2022 Kinerja Sektor Perikanan Budidaya di Media Center KKP, Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, Selasa, 7 Desember 2021.

“Bahwa KKP saat ini sedang mengusung konsep perikanan budidayanya itu yang berbasis kepada blue economy,” ujar T.B Haeru Rahayu dalam acara Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun 2021 dan Proyeksi 2022 Kinerja Sektor Perikanan Budidaya di Media Center KKP, Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, Selasa, 7 Desember 2021.


Ada satu komponen pengungkit walaupun tadi ekologinya sudah oke kemudian ekonominya juga sudah menggeliat tetapi semangat kompetisi saat ini terutama globalisasi maka kita ungkit dengan inovasi teknologi.


Dalam mengimplementasikan dari blue economy ini, T.B. Haeru Rahayu menyampaikan caranya itu mencoba menghubungkan beberapa komponen dengan dua plus satu komponen dan yang keduanya itu dari komponen pertama adalah mencoba menjadikan ekologi itu sebagai panglimanya.

“Secara singkat dan secara gampang sebetulnya implementasinya kita mencoba mengawinkan dua plus satu komponen, yang kedua itu yang pertama adalah kita mencoba menjadikan ekologi itu sebagai panglimanya. Kalau ekologinya kita benahi kemudian kita amankan maka InsyaAllah untuk ke depannya dapat kita nikmati sumber daya alamnya,” ujarnya.

Namun, kalau ekologinya saja yang dibenahi dan tanpa disentuh ekonominya maka akan mengakibatkan kesejahteraan pembudidayaan tidak akan pernah tercapai. Jadi, dua komponen ini yang harus dicoba disandingkan agar dapat men ciptakan keseimbangan.

Lebih lanjut, T.B. Haeru Rahayu juga mengatakan kalau terdapat satu komponen pengungkit yakni teknologi. Karena era globalisasi semakin maju, harus diikuti dengan inovasi teknologi dan teknologi menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan perikanan budidaya.

“Ada satu komponen pengungkit walaupun tadi ekologinya sudah oke kemudian ekonominya juga sudah menggeliat, tetapi semangat kompetisi saat ini terutama globalisasi maka kita ungkit dengan inovasi teknologi. Jadi, teknologi juga bagian yang tidak bisa kita pisahkan dalam kegiatan perikanan budidaya,” katanya.

Melalui program Terobosan dengan mengimplementasikan prinsip ekonomi biru pada subsektor, perikanan budidaya khususnya diantaranya fokus pada budidaya yang berorientasi ekspor dengan didukung riset Kelautan dan Perikanan.

Terobosan Menteri Kelautan dan Perikanan dalam menata sektor perikanan budidaya diarahkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat atau pemberdayaan. 

Melalui pembentukan korporasi, maupun lahirnya entrepreneur baru dapat meningkatkan penerimaan negara melalui devisa ekspor, pajak, pnbp, maupun sumber penerimaan subtitusi impor serta meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan.

Potensi perekonomian bidang kelautan Indonesia sebesar 1,33 triliun USD dollar per tahun dan perikanan budidaya menjadi salah satu sumbernya yang terbesar. 

Indonesia memiliki potensi sumber daya ikan yang melimpah beberapa jenis diantaranya mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti di wilayah pedalaman untuk budidaya ikan air tawar diantaranya ikan mas, ikan nila, ikan patin, ikan lele, ikan gurami, dan ikan hias.

Capaian per triwulan 3 tahun 2021 indikator kinerja utama perikanan budidaya, nilai tukar pembudidaya ikan pada triwulan 3 tahun 2021 sebesar 103,08, meningkat dibandingkan capaian triwulan 3 tahun 2020 yaitu sebesar 100,34.

Jumlah produksi perikanan budidaya pada triwulan 3 2021 sebesar 12,25 juta ton, meningkat dibandingkan capaian triwulan 3 2020 sebesar 11,53 juta ton.

Produksi ikan hias pada triwulan 3 2021 sebesar 1,02 miliar ekor, meningkat dibandingkan capaian triwulan 3 2020 sebesar 0,78 miliar ekor. Pendapatan pembudidaya ikan pada triwulan 3 2021 sebesar Rp 4.367.018, meningkat dibandingkan capaian triwulan 3 2020 sebesar Rp 3.544.245 rupiah.

Nilai penerimaan negara, bukan pajak perikanan budidaya sampai dengan November 2021 mencapai Rp 27,80 miliar rupiah melampaui dari target yang ditetapkan sebesar Rp 19,91 miliar rupiah.

(Alwin Widiyantoro)

Berita terkait
Indonesia-Prancis Perkuat Kerja Sama Sektor Kelautan Perikanan
Indonesia dan Prancis, memperkuat kerja sama bilateral di bidang kelautan dan perikanan sebagai upaya menjaga keberlanjutan ekosistem laut.
Indonesia-Korea Kerjasama Riset Teknologi Kelautan Perikanan
Kerja sama riset teknologi kelautan dan perikanan Indonesia dan Korea melalui lembaga riset bersama, MTCRC sudah berjalan dengan sangat baik.
KKP Siapkan Peraturan Baru Pedoman Sektor Kelautan dan Perikanan
Peraturan perundang-undangan turunan berupa peraturan menteri kelautan dan perikanan tengah difinalisasi setelah dilakukan rangkaian pembahasan.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi