Kulon Progo - Nama musisi Didi Kempot kian lekat di hati sobat ambyar, sebutan bagi ribuan penggemarnya yang memadati acara musik Etnichestra 2019, di Stadion Cangkring Kulon Progo, Sabtu malam , 12 Oktober 2019.
Sejak sore menjelang maghrib hingga mendekati waktu dimulainya acara, mereka sudah berdatangan agar bisa melihat sedekat mungkin idolanya tersebut bernyanyi.
Salah seorang sobat ambyar, Zahra Amalia Larasati, warga Gununggempal Giripeni Wates Kulon Progo mengaku amat menyukai karya-karya didi kempot.
Pengen jogeti patah hati saya.
Bagi remaja 14 tahun itu, setiap lagu yang dinyanyikan Didi Kempot di Etnichestra, dihayati dengan mendalam karena menggambarkan kondisi yang ditinggalkan oleh pacarnya.
"Lagu favorit saya adalah Cidro, yang tepat menggambarkan suasana hatinya. Saya ditinggalkan pacar mas, dan kini masih sendiri. Sakit mas ditinggal pacar," kata dia dengan raut muka sedih.
Sama dengan Zahra, perasaan patah hati karena ditinggal pacar juga dirasakan oleh Ayu Nur Fadhila, warga Bumirejo Lendah Kulon Progo. Ayu panggilan akrabnya mengatakan, sudah sejak kecil suka dengan karya Didi Kempot.
"Favorit saya lagu Cidro. Pengen jogeti patah hati saya, biar segera lupa kalau lagi sakit hati dan punya pacar,"ujarnya.
Dengan segera move on dari patah hati, lanjut Ayu, dirinya berharap akan segera mempunyai pacar yang dua tahun tidak dimilikinya.
Sobat Ambyar Kulon Progo menikmati konser Didi Kempot, pada Sabtu 12 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Harun Susanto)
Atas kehadiran dari para sobat ambar tersebut, menjadi suatu kebanggaan bagi Didi Kempot. Maestro Patah Hati ini menilai, acara Etnichestra tersebut merupakan upaya untuk mengajak anak-anak muda untuk kembali mencintai budaya-budaya tradisional seperti lagu jawa.
"Konser pada malam ini banyak generasi muda yang menonton di barisan depan. Banyak gadis-gadis muda, anak-anak muda yang menonton. Ini menjadi bukti bahwa kecintaan mereka pada budaya tidak luntur," kata Didi saat ditemui di Stadion Cangkring, Sabtu malam, 12 Oktober 2019.
Baca juga: Tampil di Depan Jokowi, Didi Kempot Serasa Mimpi
Dia menjelaskan, antusiasme dalam setiap konsernya merupakan bukti bahwa generasi muda khususnya, sudah menemukan jati dirinya. Lagu-lagu yang ditulisnya 30-an tahun lalu, banyak yang diketahui.
Padahal usia mereka saat ini baru belasan tahun hingga dua puluhan tahun. Di Indonesia pun, selain budaya jawa, saat ini juga banyak budaya-budaya yang sangat luar biasa.
Didi menuturkan, mimpi dan keinginannya kini sudah berhasil. Lagu jawa yang menjadi karyanya, banyak dihargai oleh orang. Bahkan tidak hanya di Indonesia, namun juga hingga ke sejumlah negara.
"Masyarakat di Suriname dan Belanda, bisa menerima karya saya. Ini menjadi bukti kalau masyarakat sudah banyak yang mencintai budaya," ujar Didi.
Didi Kempot, lahir di Surakarta tanggal 31 Desember 1966 atau 52 tahun yang lalu. Lord Didi, panggilan dari penggemarnya, merupakan putra dari pelawak terkenal dari kota Solo, (Alm) Ranto Edi Gudel yang lebih dikenal dengan nama mbah Ranto.
Didi Kempot mempunyai kakak seorang pelawak, yaitu Mamiek Prakoso yang merupakan pelawak senior Srimulat.
Pada saat ini, berbagai lapisan masyarakat tengah menggandrungi karya-karya dari sang maestro patah hati ini. Tidak hanya yang tua, namun juga oleh mereka yang muda, bahkan mulai dari usia belasan tahun.
Setiap konser Didi Kempot, hampir bisa dipastikan tidak akan sepi dari penonton.
Sobar Ambyar sudah ada di berbagai daerah di Indonesia, sehingga setiap konsernya pasti akan dipadati penonton.
Tiket yang cukup mahalpun tidak menjadi persoalan, yang penting mereka bisa mendengarkan suara emas sang idola yang meng-ambyarkan jiwa mereka.
Ketua Panitia Acara Etnichestra, Ignatius Prasetyadi Sastro S mengatakan, secara keseluruhan acara mampu berjalan dengan lancar.
"Jika ingin mendengarkan lagu patah hati, pasti sekarang banyak yang mencari lagunya didi kempot," kata dia.
Dia berharap, acara tersebut bisa menjadi pemicu kehadiran artis ternama lainnya. []
