Dianggap Rasis, PSI Minta Polri Panggil Tengku Zul

Muannas Alaidid meminta Polri segera memanggil Tengku Zulkarnain lantaran terindikasi melanggar pidana dan dianggap rasis saat ceramah.
Tengku Zulkarnain. (Foto: Instagram/tengkuzulkarnain.id)

Jakarta - Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sekaligus advokat Muannas Alaidid meminta Kepolisian RI (Polri) segera memanggil Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain lantaran terindikasi melanggar pidana dan telah dianggap rasis dalam berceramah.

"Karena bukan delik aduan dan bisa diproses langsung, kalau boleh bersaran sebaiknya @DivHumas_Polri segera panggil @ustadtengkuzul untuk dimintai keterangan terkait ceramah yang beredar bermuatan adu domba etnis pada tanggal 8 Feb 2020 di MAN 2 Model Medan, apalagi ini untuk kesekian bukan kali pertama," tulis Muannas dalam cuitan di akun Twitter-nya seperti dikutip Tagar, Minggu, 26 Juni 2020.

Ini bukan delik aduan bisa diproses tanpa laporan. Kita lihat perkembangan kalau tidak, terpaksa harus ada pihak yang inisiatif buat laporan

Muannas mengatakan, indikasi pidana yang dilakukan Tengku Zul tergambar membangun rasa permusuhan antar-etnis Jawa dan Sumatera. 

Menurut dia, hal demikian tertuang di dalam Undang-Undang (UU) Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, serta Pasal 156 KUHP.

"Ini bukan delik aduan bisa diproses tanpa laporan. Kita lihat perkembangan kalau tidak, terpaksa harus ada pihak yang inisiatif buat laporan," kata dia.

Kemudian, Muannas juga menerangkan, adu domba antar etnis jauh lebih berbahaya dibandingkan menyebarkan berita bohong atau hoax. Sehingga, perlu undang-undang (UU) tersendiri dan tidak cukup hanya diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

"Para pelaku di tiap pasal diancam dengan pidana yang cukup tinggi di atas lima tahun. Buat UU banyak energi dan biaya yang dikeluarkan, harus diterapkan masa cuma pajangan," katanya.

Sebelumnya, beredar sebuah video Tengku Zul tengah menyampaikan ceramah atau dakwahnya dalam suatu acara pengajian. Di dalam ceramah tersebut, Tengku Zulkarnain menyinggung soal Jawa, Solo, dan Sumatera.

"Biarkan kami ustadz-ustadz Sumatera dengan gaya Sumatera, betul? Jangan di Solo kami gaya Solo," kata Tengku Zul dalam ceramahnya tersebut.

Dia menuturkan dalam ceramah, ustadz yang berasal dari Solo lain. Lalu Tengku Zul mencontohkan cara berceramah atau berdakwah ustadz Solo dengan nada yang halus, pelan.

"Biarlah dia dengan gaya Solo-nya. Iya kan. Aku dengan gaya Medanku. Tak senang kau, kita selesaikan di luar," katanya diikuti suara tertawa dari para jemaah yang hadir.

Selanjutnya, Tengku Zul berbicara mengenai prinsip orang Sumatera dengan menyebut 'kerisnya di depan'. Kemudian, katanya, 'lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup bercermin bangkai'. Selanjutnya, 'Lebih baik mati berdiri daripada hidup berlutut'.

Lantas setelah itu, dia membicarakan orang Jawa yang punya prinsip lain dengan mencoba menirukan gaya bicara mereka yang lebih halus atau lambat.

"Kalau Jawa lain. Kue arep tak pateni," kata Tengku Zul sambil menirukan gaya bicara orang Jawa. []

Berita terkait
PA 212: Politik Dinasti Sudah Menular ke Ma'ruf Amin
Novel Bamukmin memandang politik dinasti keluarga besar Presiden Joko Widodo atau Jokowi sudah menular kepada keluarga Wakil Presiden Maruf Amin.
PA 212: Gibran Dipaksa Tampil Menggilas Achmad Purnomo
Novel Bamukmin menduga didorongnya Gibran Rakabuming Raka mengikuti kontestasi Pilkada Solo 2020 hanya untuk menggeser Achmad Purnomo.
Haikal Hassan: Presiden Jokowi Bangga dengan PA 212
Juru bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212 Haikal Hassan Baras mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) patut berbangga dengan gerakan 212.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.