Denny Siregar: Anies Baswedan Cuma Berpikir Dapat Tepuk Tangan

Pak Jokowi lambat amat tangani corona. Lihat tuh Anies Baswedan, cepat banget bereaksi. Tulisan Denny Siregar.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan pernyataan usai menghadiri upacara Hari Pemadam Kebakaran di Gedung Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta, Minggu (1/3/2020). (Foto: Antara/Ricky Prayoga)

"Pak Jokowi lambat amat tangani corona. Lihat tuh, Anies, cepat banget bereaksi." Begitu saya lihat status seorang teman. Setahu saya dia dulu bukan pendukung Anies Baswedan, tapi kali ini langkah Anies dengan menutup sekolah selama dua pekan, dia anggap sebagai langkah tepat. Apalagi Jokowi dianggapnya sangat lambat menangani pencegahan.

Saya sendiri bingung membaca statusnya. 

Apa yang dilakukan Jokowi sama apa yang dilakukan Anies jelas beda, terutama dalam skala prioritasnya. Anies cuma Gubernur, mengawasi Jakarta doang, sedangkan Jokowi Presiden, harus berpikir seluruh provinsi yang ada.

Kalau Jokowi mau berpikiran seperti Anies sih gampang saja buat dia.

"Indonesia LOCKDOWN... semua kegiatan diliburkan sampai batas waktu yang tidak ditetapkan."

Konferensi pers di depan media, dan berharap dapat tepuk tangan dari mereka yang menganggap bahwa Jokowi adalah Presiden yang tanggap bencana.

Tapi apa kelak yang terjadi kemudian?

Pasar crashed. Saham rontok. Ekonomi anjlok. Produksi berhenti. Distribusi makanan mampet. Harga bahan pokok menggila. Orang-orang kelaparan. Chaos. Dan lain-lain. Dan lain-lain.

Anies mikir gini?

Enggak.

Dia cuma berpikir bagaimana dapat tepuk tangan sebagai Gubernur paling tanggap bencana. Kerjanya berisik, semua harus pakai media. Tapi penanganannya juga enggak maksimal. Malah, terakhir diumumkan virus corona menyebar lewat KRL Jakarta - Depok - Bogor, eh enggak berapa lama diralat, "Maaf, itu cuma simulasi." Kan ngaco.

Bisa bayangkan, tekanan seorang Presiden dalam situasi ini. Bukan saja dari dalam negeri, luar negeri juga menekan gila-gilaan.

Jokowi sudah benar. Poin pertama ketika ada kemungkinan bencana adalah meredam kepanikan. Informasi tidak seenaknya disebarluaskan, karena malah memunculkan hoax berisi ketakutan di mana-mana.

Tapi di balik semua itu dia kerja keras.

Dia bentuk tim bersama BIN, Polri dan TNI. Data sebaran corona dipegang. Sebelumnya bahkan pemerintah pusat sudah membangun tempat isolasi corona di Pulau Galang sejak bulan lalu.

Tapi virus corona ini memang sebarannya gila-gilaan. Terutama karena banyak yang dari luar negeri datang ke Indonesia, tanpa sadar membawa virus dan menyebarkan di mana-mana. Makin beratlah kerja pemerintah pusat.

Karena itu dibuatlah tim tanggap cepat corona, dipimpin Doni Monardo kepala BNPB, membawahi BIN, Polri dan TNI.

Belum selesai kerja, eh WHO memaksa Jokowi harus umumkan darurat nasional. Mirip saat Jokowi dulu disuruh bikin status darurat nasional waktu bencana di Palu.

WHO enak, kerjanya cuma memaksa doang. Tapi mereka tidak mau tanggung jawab dampak lanjutan di Indonesia, jika diumumkan status darurat nasional. Dan Jokowi, seperti biasa keras kepala. "Enak aja, gua yang tahu kondisi lapangan."

Jadi bisa bayangkan, tekanan seorang Presiden dalam situasi ini. Bukan saja dari dalam negeri, luar negeri juga menekan gila-gilaan.

Jadi tolonglah, jangan bandingkan kerja Gubernur dengan kerja Presiden. Enggak layak. Enggak "Sugik to Sugik" bahasa kerennya.

Jokowi tidak perlu pencitraan. Dia perlu kerja yang benar, benar-benar kerja. Bukan kerja sebentar, banyak berkata-kata.

Apresiasi pada apa yang dilakukannya itu penting. Dan yang paling penting untuk di-lockdown adalah pikiran sempit kita. Bahwa kepanikan tidak membuahkan apa-apa, hanya memunculkan orang yang memanfaatkan rasa itu demi keuntungan pribadi belaka.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Tulisan ini sebelumnya telah di-publish di laman Facebook Denny Siregar dengan judul Indonesia Lockdown.

Baca juga:

Berita terkait
Denny Siregar: Anies, Ganjar dan Risma di Pusaran Corona
Banyak kepala daerah bagus seperti Ganjar dan Risma, tidak menakut-nakuti seperti Anies Baswedan dalam pusaran virus corona. Tulisan Denny Siregar.
Denny Siregar: Anies Baswedan Merasa Dirinya Presiden
Anies Baswedan mempolitisasi virus corona, merasa dirinya presiden yang punya hak mengumumkan situasi genting sebuah negara. Tulisan Denny Siregar.
Denny Siregar: Setelah Dua WNI Positif Corona
Di mana perbedaannya antara DBD, stroke dan jantung, kecelakaan dan virus corona? Perbedaannya ada di benak kita. Tulisan Denny Siregar.
0
LaNyalla Minta Pemerintah Serius Berantas Pungli
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah serius memberantas pungutan liar (pungli). Simak ulasannya berikut ini.