Untuk Indonesia

Denny Siregar Vs Kaum Radikal di Tubuh Telkomsel

Telkom atau Telkomsel ini disusupi dan kemudian dikuasai kaum radikal Islam. Ini juga terjadi di BUMN-BUMN Indonesia lainnya. Kasus Denny Siregar.
Ilustrasi - Gedung Telkom Landmark Tower (tengah). (Foto: tlt.co.id)

Oleh: Ade Armando*

Kalau terbukti data pribadi Denny Siregar dan keluarganya dibocorkan oknum-oknum Telkomsel, ini pasti adalah sebuah peringatan serius buat kita semua. Masalahnya ini kan bukan cuma soal ada orang dalam Telkomsel yang menjual data pelanggan perusahaan kepada orang lain yang seharusnya bersifat rahasia. Tapi, ini adalah soal pembocoran data yang kemudian digunakan untuk meneror orang.

Data pribadi Denny dibocorkan kepada akun @opposite6891. Akun yang menggunakan wajah tokoh muslim Amerika Serikat, Malcolm X ini kemudian secara agak demonstratif menunjukkan kepada publik bahwa dia sudah punya data Denny, Kartu Keluarga, Nomor Induk Kependudukan Denny, nama anggota keluarga Denny, alamat, kebiasaan-kebiasaan Denny secara sangat terperinci.

Dan segera sesudah pembocoran ini, terjadilah rangkaian teror terhadap keluarga Denny, dari maki-makian sampai ancaman. Bahkan, tiba-tiba saja keluarga rumah Denny didatangi oleh jasa pengiriman berbagai barang dengan pola bayar di tempat atau cash on delivery.

Ini adalah teror sistematis yang semua bermula dari kebocoran data pribadi Denny di Telkomsel. Dan kalau ini benar, ini adalah bukti betapa berbahayanya gerak kaum radikal Islam. Sejak lama kita sudah mengetahui bagaimana Telkom atau Telkomsel ini disusupi dan kemudian bahkan dikuasai kaum radikal Islam. Ini juga terjadi di BUMN-BUMN Indonesia lainnya.

Mereka ini, kaum kadrun ini bukan cuma berada di jajaran staf, tapi juga jajaran direksi, bahkan komisaris. Mereka ini seperti parasit, menyerap nutrisi di setiap lembaga yang mereka tumpangi, dan ujung-ujungnya mematikan. Dan terus terang parasit harus dibasmi sejak awal.

Apa yang terjadi di Telkomsel ini jangan-jangan adalah sekadar fenomena puncak gunung es.

Baca juga: Kasus Denny Siregar #BoikotTelkomsel Trending Twitter

Apa yang terjadi pada Denny menurut saya adalah bukti betapa membahayakannya kaum radikal Islam. Pegawai yang membocorkan rahasia data Denny mungkin sekali merasa tidak bersalah. Dia mungkin bahkan menganggap ini sebagai sebuah kewajiban sebagai seorang muslim yang biak. Karena mungkin bagi dia, Denny adalah bagian dari kaum kafir yang membahayakan Islam. Karena itu, rahasia Denny tidak wajib dilindungi. Bahkan membocorkan rahasia Denny di mata dia bisa saja dianggap sebagai sesuatu yang berpahala. Sebuah bentuk jihad.

Perusahan Telkomsel tentu saja seharusnya tidak sulit menemukan si penjahat ini. Pembocoran datanya sedemikian nyata. Tapi kan masalahnya parasit ini bukan saja berada di jajaran staf. Mereka sangat mungkin sudah berada atau bahkan menguasai jajaran manajer, direksi.

Telkomsel tampak galau ketika Denny meminta pertanggungjawaban perusahaan. Mereka dengan konyol menjawab, Telkomsel menjaga kerahasiaan setiap pelanggan.

Denny sudah melaporkan Telkomsel ke polisi. Kita lihat perkembangannya. Tapi, seperti yang saya katakan tadi, apa yang terjadi di Telkomsel ini jangan-jangan adalah sekadar fenomena puncak gunung es. Kekuatan kaum kadrun, radikal Islam, sudah berada di mana-mana. Sejak awal reformasi, para pejuang negara syariah dan khilafah ini sudah berusaha menguasai lembaga-lembaga strategis.

Mereka berusaha menguasai BUMN, pemerintah Indonesia, berbagai instansi kementerian, perguruan tinggi, sekolah-sekolah, organisasi-organisasi kemahasiswaan, TNI, Polri, SMA, SMP, SD, PAUD, dan mereka selalu berusaha menguasai posisi-posisi strategis secara cerdik dan seringkali licik. Melalui posisi itu mereka promosikan kaum seiman mereka dan menghabisi mereka yang dianggap membahayakan gerakan politik Islam.

Salah satu contoh terbaik buat saya adalah bagaimana mereka berusaha menguasai pemberian beasiswa di Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) di Kementerian Keuangan. Puluhan triliun dikucurkan pemerintah untuk membiayai pendidikan tinggi mahasiswa Indonesia di perguruan-perguruan tinggi terkemuka di dunia.

Masalahnya sampai beberapa tahun yang lalu setidaknya, lembaga itu diisi banyak orang pro-negara Islam, oleh kaum kadrun. Akibatnya, terjadi banyak praktik diskriminasi dalam pemberian beasiswa. Yang lebih mudah lolos, yang lebih mudah menerima beasiswa adalah mereka yang dianggap sejalan dengan cita-cita negara Islam.

Sejak lama kita sudah mengetahui bagaimana Telkom atau Telkomsel ini disusupi dan kemudian bahkan dikuasai kaum radikal Islam. Ini juga terjadi di BUMN-BUMN Indonesia lainnya.

Baca juga: Motif Pegawai Telkomsel Bocorkan Data Denny Siregar

Para mahasiswa pintar namun berpikiran terbuka, pluralis, anti-negara Islam, akan sulit memperoleh beasiswa LPDP. Seorang mantan mahasiswa saya, seorang lulusan UI, seorang yang pintar, IP-nya bagus, mengisahkan cerita lucu. Dia bilang ketika dia masih kuliah, dia masih mengenakan jilbab. Tapi begitu dia lulus UI, dia melepaskan jilbabnya karena satu dan lain alasan.

Nah masalahnya, ketika dia diwawancara tim penyeleksi beasiswa LPDP, dia itu hadir di ruang wawancara tanpa jilbab. Padahal, di foto ijazahnya, dia tampak mengenakan jilbab. Maka katanya hampir separuh waktu dari wawancara, mungkin setengah jam dari sejam wawancara, dia hanya ditanya dan harus menjelaskan alasan mengapa dia melepaskan jilbab.

Tentu saja kemudian dia ditolak sebagai penerima beasiswa LPDP. Tapi, tentu saja juga karena dia pintar, akhirnya dia memperoleh beasiswa dari kampus yang ditujunya, di Australia.

Kisah-kisah tentang kegagalan kuliah para penerima beasiswa LPDP di banyak negara pun sering saya dengar. Maklumlah, banyak dari para penerima beasiswa itu, dari LPDP, sebenarnya adalah kualitasnya di bawah standar. Namun, mereka memperoleh beasiswa karena faktor keimanan, keislamannya, ditolong oleh para pengujinya. Akibanya, terbuanglah triliunan uang dari negara kita.

Jadi gerakan kaum radikal di lembaga-lembaga strategis ini memang menghancurkan Indonesia. Mereka adalah parasit. Parasit yang sesungguhnya.

Kini Denny dan keluarganya menjadi korban dan kalau kita biarkan terus, korban-korban berikutnya akan terus berjatuhan. Karena itu, marilah kasus Denny kita jadikan rujukan. Kaum kadrun ini harus dihentikan.

Kaum kadrun, kaum radikal Islam di Telkomsel harus membayar mahal. Mereka harus disingkirkan. Mari kita gunakan akal sehat. Karena hanya dengan akal sehat, negara ini akan selamat.

*Dosen di Universitas Indonesia

Baca juga:

Berita terkait
Polisi Ciduk Pembobol Data Pribadi Denny Siregar
Pelaku pembobolan data pribadi milik Denny Siregar, Febriansyah Puji Handoko, 27 tahun yang merupakan karyawan kontrak Telkomsel di Surabaya.
Kegelisahan Denny Siregar
Jika di sebuah negara bermunculan bendera-bendera hitam, hati-hati. Itu tanda-tanda kehancuran negara tersebut. Kegelisahan Denny Siregar.
Ketakutan Terbesar Denny Siregar
Penyebaran data pribadi itu sangat jahat dan hanya dilakukan para pecundang yang kalah bertarung di pemikiran. Denny Siregar.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.