Kegelisahan Denny Siregar

Jika di sebuah negara bermunculan bendera-bendera hitam, hati-hati. Itu tanda-tanda kehancuran negara tersebut. Kegelisahan Denny Siregar.
Denny Siregar. (Foto: Cokro TV)

Teman saya, Denny Siregar, baru kemarin dilaporkan ke polisi. Karena tulisannya di media sosial, tepatnya Facebook. Dalam tulisan tersebut Denny mengkhawatirkan anak-anak yang masih kecil sudah dididik agama garis keras. Agama yang anti-toleransi. Agama yang selalu ditarik dalam kubangan politik praktis.

Apa yang ditulis Denny merupakan kegundahan melihat wajah Islam belakangan ini yang sering tampil menguasai ruang publik adalah wajah-wajah yang gahar. Wajah yang penuh kekerasan. Wajah yang anti-toleransi. Bahkan kadang-kadang sering menggunakan kalimat takbir untuk menakut-nakuti orang atau untuk demonstrasi.

Wajah seperti itu bukan saja ditampilkan orang-orang dewasa yang biasanya tampil di jalan-jalan, teriak-teriak demonstrasi. Tapi juga mereka mengerahkan anak-anak ke jalan-jalan. Anda masih ingat kasus Pilkada Jakarta 2017. Serombongan anak-anak pawai sambil teriak-teriak bunuh Ahok, bunuh Ahok. Ngeri.

Bukan hanya itu. Pelibatan anak-anak dalam demo-demo politik bernuansa agama juga sudah menjadi rahasia umum. Mereka melibatkan anak-anaknya yang enggak mengerti apa-apa untuk diajarkan kebencian. 

Padahal kita punya Undang-Undang Perlindungan Anak, yang melarang anak-anak untuk dilibatkan dalam proses politik praktis. Tapi orang dewasa yang mengeksploitasi anak-anak itu enggak pernah diseret ke meja hukum. Enggak pernah dituntut karena perilaku mereka terhadap anak-anak. Saat demo misalnya, mereka mendandani anak-anak mereka yang masih kecil-kecil dengan pakaian benuansa ke-ISIS-ISIS-an.

Misalnya dalam foto ilustrasi yang diunggah Denny di akun Facebooknya, dia menampilkan foto anak-anak yang dibalut pakaian hitam. Menggunakan ikat kepala bertuliskan mirip bendera HTI. Anak-anak itu juga menenteng bendera HTI. Anda tahu, HTI itu organisasi setara PKI di Indonesia, keberadaannya sudah dilarang di Indonesia.

Loh, sekarang Indonesia lagi damai-damai kayak begini terus dikibar-kibarkan bendera perang, kan ngaco.

 Baca juga: Gegara Denny Siregar, PSI Desak DPR Sahkan RUU PDP

Foto Anak ViralFoto anak-anak dengan bendera hitam putih bertuliskan kalimat tauhid. Foto ini viral di media sosial. (Foto: Facebook/Denny Siregar)

Terus apa kata mereka? "Oh, itu bukan bendera HTI. Itu lambang panji Nabi," kata mereka. Sudahlah, itu cuma alasan mereka saja. Bentuk dan warna panji Nabi, sampai sekarang masih dalam perdebatan. Ulama menelusuri hadis-hadis misalnya, yang satu ulama bilang bahwa bendera yang dibawa pasukan Nabi misalnya, ada yang bilang berwarna hitam, ada yang bilang berwarna putih, ada yang bilang kuning, atau ada yang bilang berwarna hijau. 

Ada yang bilang bertuliskan kalimat syahadat. Ada juga yang meyakini benderanya polos saja tanpa tulisan. Artinya, bahwa ada kesepakatan bentuk bendera dan panji Nabi itu tidak final, masih menjadi perdebatan. Lagipula panji atau bendera pada zaman Nabi itu hanya dikibarkan pasukan perang, pertanda berhadapan dengan musuh. Dikibarkan untuk peperangan.

Loh, sekarang Indonesia lagi damai-damai kayak begini terus dikibar-kibarkan bendera perang, kan ngaco. Soal benderanya, bentuk panji Nabi itu masih jadi perdebatan. Tapi bendera yang dibawa anak-anak itu, itu pasti bendera HTI. Karena itu memang lambang HTI. 

Mereka menggunakan dua kalimat syahadat dalam bendera berwarna hitam. Bukan cuma HTI, ISIS juga menggunakan bendera dengan pola sama. Ada tulisan dua kalimat syahadatnya. Hanya saja font-nya atau bentuk hurufnya berbeda seperti yang digunakan HTI. Mereka selalu mengaburkan bendera ini, bendera kelompoknya itu sebagai bendera tauhid.

Lha, memang sejak kapan tauhid ada benderanya? Kan saya belajar Islam sudah lama, teman-teman belajar Islam sudah lama, baru dengar bahwa tauhid itu perlu bendera. Itu kengacoan mereka saja. Klaim bahwa bendera tauhid sebetulnya hanya untuk menipu umat yang gampang diperdaya simbol-simbol. Kalimat syahadat yang semestinya sakral itu, dijadikan lambang untuk demonstrasi bahkan berbuat kerusakan.

ISIS dan Hizbut Tahrir bahkan sudah menggunakan simbol-simbol itu untuk menghancurkan Suriah, Irak, atau Libya. Jadi istilahnya begini, kalimatnya benar, la ilaha illallah itu sebuah kalimat yang benar dan sakral. Tapi mereka menggunakannya dengan cara yang ngaco untuk membuat kerusakan.

Anda ingat, ulama-ulama Yaman sudah lama memperingatkan kita, "Jika di sebuah negara mulai bermunculan bendera-bendera hitam, hati-hati," kata ulama-ulama itu. "Itu tanda-tanda kehancuran negara tersebut." Yaman merasakan ulah para pembawa bendera hitam ini. Kini negeri itu hancur-lebur. Dan jutaan anak-anak di sana berisiko kelaparan.

Jadi menentang bendera ISIS atau bendera HTI itu tidak sama dengan menentang kalimat tauhid. Menentang dikibarkannya bendera bertuliskan tauhid tidak akan merusak keimanan seorang muslim. Ini bendera, ini simbol ISIS, ini simbol HTI. Dan seringnya digunakan kelompok-kelompok perusak, digunakan untuk kegiatan yang meresahkan.

Mestinya muslim yang waras tidak mau kalimat suci syahadat dijadikan simbol-simbol oleh gerombolan pengasong khilafah atau serigala gila seperti ISIS itu.

Jika di sebuah negara mulai bermunculan bendera-bendera hitam, hati-hati. Itu tanda-tanda kehancuran negara tersebut.

Baca juga: Mabes Polri Jawab Kebocoran Data Denny Siregar

Bendera HTIBendera HTI. (Foto: nu.or.id)

Nah, teman saya, Denny Siregar, ia satu di antara yang resah. Banyaknya bendera hitam dikibar-kibarkan di ajang demonstrasi yang membawa-bawa agama. Apalagi kalau demo itu melibatkan anak-anak.

Denny mengunggah foto anak-anak sedang berfoto bersama bendera HTI. Bendera organisasi teroris yang di banyak negara dilarang keberadaannya.

Anda pikir, kenapa Hizbut Tahrir, yang ngasong-ngasong khilafah ke mana-mana, itu dilarang di banyak negara? Karena memang kerjanya cuma merusak. Dunia sudah tahu, gerombolan itu selalu merusak. Sudah banyak bukti memperlihatkan keterlibatan mereka di berbagai negara yang kini porak-poranda.

Jadi menurut saya, kegundahan Denny Siregar beralasan. Kita juga tahu, teroris menggunakan anak-anak sebagai pasukan perangnya. Masih ingat bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu, juga melibatkan anak-anak.

Mestinya yang harus ditelusuri adalah siapa yang mengerahkan anak-anak ini dalam aksi-aksi demonstrasi. Aksi-aksi politisasi agama ke lapangan. Siapa yang merusak jiwa anak-anaknya dengan doktrin beragama yang keras. Yang anti-toleransi. Sehingga mereka terbentuk besarnya menjadi calon-calon orang yang keras. Calon-calon orang yang gampang mengkafirkan. Calon-calon orang yang anti-toleransi. Calon-calon orang yang mungkin berkata orang lain darahnya halal. Ini yang bahaya.

Orang tua mana yang mengizinkan anaknya diseret dalam kubangan isu politisasi agama kayak begitu. Ini yang harus ditelusuri. Saya pikir Denny Siregar sebagai orang tua, punya anak, mengkhawatirkan masa depan anak-anak Indonesia yang sejak kecil dijejali doktrin seperti itu. Ia menuliskan kekhawatirannya. Dan sialnya, karena tulisan itu yang sebenarnya warning bagi kita, kini orang-orang tua yang sering membawa anak-anak dalam aksi politisasi agama, malah mempermasalahkan tulisan itu. Mempermasalahkan foto yang diunggah Denny dan mereka menuntut Denny ke polisi.

Bro, sudah jadi rahasia umum negeri ini sekarang darurat terorisme. Makanya kita punya lembaga yang namanya BNPT, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Negeri ini akan rusak jika kita semua membiarkan saja mereka berulah. Meracuni pikiran anak-anak dengan doktrin agama yang ngaco. Denny hanya ingin memperingatkan kondisi seperti itu. Sebuah peringatan penting agar bangsa kita tidak terjeblos dalam kubangan seperti Suriah, Irak, Libya. Anda tahu, di negara-negara itu anak-anak adalah makhluk yang paling menderita.

*Pegiat Media Sosial

Baca juga: 

Berita terkait
Denny Siregar: Deja Vu Soekarno 1965 dan Jokowi 2020
Tahun 2020 ini kita seperti mengalami deja vu. Amerika-China kembali berperang, kali ini bukan perang ideologi, tapi perang dagang. Denny Siregar.
Denny Siregar: Indonesia Vs Afganistan
Saya geram melihat sekeliling kita sekarang ini banyak dikuasai kelompok-kelompok radikal. Indonesia belajarlah pada Afganistan. Denny Siregar.
Denny Siregar: Anak-anak dan Bendera Hitam Putih
Teganya orang tua kalian mendoktrin kalian seperti ini. Kalian sejak kecil hanya tahu dua warna, kalau tidak hitam ya putih saja. Denny Siregar.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.