Denny Siregar: Saatnya Kembali ke Kopi Tiga Ribuan

Mulai kencangkan ikat pinggang, kawan. Berhemat apa yang bisa dihemat. Guncangan di depan akan semakin kuat. Tulisan Denny Siregar.
Ilustrasi. (Foto: Pixabay/Pexels)

Tadi ngobrol dengan driver taksi. Ia risau dengan turun drastisnya ekonomi. Terutama pada orang kecil seperti mereka.

Hari-hari ini, mencari penumpang sulit sekali. Mereka yang biasanya setiap hari pulang membawa uang untuk anak istri, malah harus nombok ke perusahaan karena kurang bayar setoran.

Akhirnya, dia - dan banyak teman-temannya - berencana untuk off dulu - entah sampai berapa lama - daripada harus utang setoran, lebih bagus enggak kerja.

Dampak corona ini memang paling keras menghantam para pekerja harian. Kita mungkin masih enak kerja dan tinggal di rumah, paling cuma bagaimana menghabiskan kebosanan. Tapi buat pekerja harian, ketidakhadiran kita di jalan berarti bencana. Tidak ada uang yang bisa dibawa ke rumah.

Nasib kita pun bisa jadi ke depan seperti mereka.

Bencana corona itu ibarat gempa besar, dan tsunaminya sebagai dampak sedang datang, yaitu resesi dunia.

Ketika perusahaan tempat kita bekerja akhirnya tidak bisa melakukan kegiatan jual beli, apalagi yang ekspor tidak bisa dagang lagi, maka bisa jadi perusahaan gulung tikar.

Dan kebayang berapa ratus ribu orang dirumahkan, mungkin akan termasuk kita juga.

Dan kebayang lagi, saat ekonomi lemah, maka suara ketidakpuasan akan semakin kencang, dan bisa jadi membentuk sebuah gerakan besar.

Inilah yang saya khawatirkan sejak awal, bukan di virusnya. Bencana corona itu ibarat gempa besar, dan tsunaminya sebagai dampak sedang datang, yaitu resesi dunia.

Tidak lockdown saja seperti ini, apalagi kalau Jokowi menuruti seruan lockdown dari mereka yang tidak pernah membayangkan dampak dahsyat di ekonomi.

Mulai kencangkan ikat pinggang, kawan. Berhemat apa yang bisa dihemat. Guncangan di depan akan semakin kuat.

Ini bukan menakut-nakuti, hanya supaya kita mulai bersiap-siap.

Sepertinya, harus kembali ke kopi sachet lagi. Biar cuman 3 rebuan, yang penting tetap nikmat.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Denny Siregar: Tsunami Corona Hingga 2021
Sehabis gempa datanglah tsunami. Ini mungkin kondisi yang tepat menggambarkan dampak ekonomi akibat corona sekarang ini. Denny Siregar.
Denny Siregar: Terangnya Dokter Handoko Gunawan
Kisah Handoko Gunawan, dokter ahli paru di Graha Kedoya ini adalah fakta bahwa superhero itu ada. Terangnya menembus ras dan agama. Denny Siregar.
Denny Siregar: Risma Vs Anies dalam Urusan Corona
Tri Rismaharini di Surabaya bagi-bagi masker, hand sanitizer gratis, pengobatan dan tes corona gratis. Anies Baswedan di Jakarta? Denny Siregar.
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.