Denny Siregar: Libur Panjang Macet Parah, Pertanda Baik atau Buruk?

Libur panjang Kamis Jumat Sabtu Minggu membuat macet di mana-mana padahal masih dalam situasi pandemi, pertanda baik atau buruk? Denny Siregar.
Ilustrasi - Liburan. (Foto: Tagar/Pikist)

Ayo liburan. Dari kemarin dapat laporan dari teman-teman. "Di sini macet parah! Lu jangan kemari deh, gua kejebak sudah 7 jam. Ampun, ini orang-orang pada mau ke mana sih? Ini mobil kok plat B semua?"

Libur panjang. Sejak Selasa orang-orang sudah bersiap untuk liburan. Rabu mereka berangkat, bergerak bersama. Ketemu di satu titik, terjadi penyempitan. Apalagi gajian sudah ditangan, perusahaan-perusahaan mempercepat gajian supaya semua orang keluar dari kota, pulang ke desa dan memenuhi daerah wisata.

Pemerintah juga mengeluarkan dana besar, model bantuan langsung tunai atau BLT. Uang harus ada di tangan masyarakat. Tunai. Dibelikan sesuatu supaya beredar. Aliran uang dalam ekonomi itu seperti darah di tubuh kita. Harus mengalir terus-menerus. Kalau mampet, stroke negara.

"Wah, nanti corona menyebar? Gawat ini!"

Begitu teriak seorang teman, kelas menengah atas, yang sudah me-lockdown dirinya hampir setahun, dengan makanan melimpah ruah di dalam kulkas, dan kemampuan bertahan hidup sampai 20 tahun ke depan.

Libur panjang ini memang bagian dari strategi pemerintah untuk mengalirkan ekonomi ke daerah-daerah.

Tapi rakyat kecil enggak bisa begitu. Hidup mereka bahkan dihitung dari jam ke jam. Sejam enggak kerja, keluarga sehari enggak bisa makan. Mereka harus bergerak. Corona? Ah, itu hanya ketakutan. Tangisan anak gua karena lapar, itu lebih menakutkan.

Pemerintah terus bergerak. Vaksin dibeli dengan dana triliunan rupiah. Disebarkan ke seluruh rakyat Indonesia.

Apakah vaksin itu akan berhasil menyembuhkan? Bukan itu yang terpenting. Yang penting adalah keyakinan, bahwa penyakit bisa dihadang dengan obat-obatan. Kalau rakyat sudah merasa ada pengaman, mereka berani keluar. Ketika mereka keluar, kembali bekerja, aliran darah ekonomi akan kembali mengalir deras.

Libur panjang ini memang bagian dari strategi pemerintah untuk mengalirkan ekonomi ke daerah-daerah. Semua harus belanja. Jangan lagi uang hanya disimpan di bank atau di bawah bantal.

Baru kali ini saya senang mendengar kata macet. Berarti orang sudah pada keluar. Sudah mulai belanja. Dan harapan ekonomi kita mampu bertahan, semakin kuat.

Mari kita bahagia. Tak perlu ada phobia.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
Camilan Hits, Teman Nonton Film di Rumah saat Libur Panjang
Marathon film tak lengkap apabila tidak ditemani oleh camilan. Berikut kudapan hits dan cara membuatnya.
Libur Panjang Enak Beli Emas, Mumpung Harga Dibawah Rp 1 Juta
Harga emas PT Antam hari pertama libur panjang, Kamis 29 Oktober 2020 berada di bawah Rp 1 juta per gram.
3 Rekomendasi Film Virus Happy Ending untuk Libur Panjang
Anda bisa menikmati film bertemakan virus dengan momen happy ending sehingga mood makin membaik, terhindar dari gangguan kecemasan.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.