Denny Siregar: Ketika HTI Menyusup ke Militer

'Jejak Hizbut Tahrir di seluruh dunia selalu berujung pemberontakan militer.' - Denny Siregar
Massa HTI mendengarkan sidang pembacaan putusan atas gugatan Hizbut Tahrir Indonesia terhadap Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (Foto: Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta - Pemerhati politik Denny Siregar mengatakan bahayanya Hizbut Tahrir adalah ketika mereka melakukan penyusupan ke militer. Jejak Hizbut Tahrir di seluruh dunia selalu berujung pemberontakan militer.

Denny menyatakan hal tersebut dalam tulisannya berjudul 'Bagaimana Cara HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) Memecah Negeri Ini?' diunggah di laman Facebooknya, Kamis 11 April 2019.

Lebih lanjut Denny memaparkan tahun 1974, kelompok bernama Shabab Muhammad menyerang sekolah militer di Kairo Mesir, untuk melakukan kudeta dan usaha membunuh Anwar Sadat, Presiden Mesir kala itu. Para pelaku mengumumkan berdirinya negara Islam di bawah kepemimpinan Hizbut Tahrir. Kudeta itu gagal dan semua pelakunya dihukum mati.

Di Bangladesh Pakistan, tahun 2012, Hizbut Tahrir melakukan percobaan kudeta yang juga gagal melibatkan purnawirawan dan perwira militer aktif.

Di Yordania, mereka juga melakukan penyusupan di militer dan melakukan kudeta yang gagal tahun 1969. Begitu juga yang terjadi di Irak dan Suriah, tahun 1972 dan 1976.

"Kenapa militer? Karena mereka mempunyai akses senjata yang menjadi syarat utama untuk melakukan kudeta," kata Denny dalam tulisannya.

"Pembiaran kelompok Hizbut Tahrir di Indonesia selama 10 tahun SBY berkuasa, memungkinkan kader mereka untuk menyusup ke tubuh militer melalui berbagai cara, salah satunya dengan berbaju 'ulama'. Dari sana, Hizbut Tahrir memetakan siapa-siapa saja pejabat tinggi yang memungkinkan untuk diperdaya," jelas Denny.

Kenapa militer? Karena mereka mempunyai akses senjata yang menjadi syarat utama untuk melakukan kudeta.

Hizbut Thahrir ini unik, sebut Denny. Mereka mampu membangun ormas-ormas agama dengan nama berbeda, untuk kemudian digabungkan menjadi satu ketika saatnya diperlukan. Melalui ormas-ormas agama ini Hizbut Tahrir memegang jaringan 'umat'.

"Dengan modal jaringan 'umat', Hizbut Thahrir kemudian melakukan pendekatan kepada oknum pejabat militer yang dijanjikan akan menjadi penguasa kelak. Ketika mereka kudeta nanti, akan ada legitimasi bahwa militer didukung oleh umat atau masyarakat," papar Denny. 

"Dan satu unsur lagi pemegang modal, yaitu mafia atau pengusaha hitam yang akan memegang proyek jika mereka berkuasa. Kudeta adalah investasi, sehingga harus ada potensi balik modalnya," lanjutnya.

Politikus ambisius hanyalah pion bagi mereka. Bisa disingkirkan kemudian, kata Denny pula.

Dari pola-pola seperti itu, "Kita bisa melihat betapa berbahayanya Hizbut Tahrir dengan gerakan senyap mereka. Berbeda dengan ormas radikal lainnya yang mengandalkan otot, HTI itu adalah otak," Denny menegaskan. 

Diketahui Denny Siregar selama ini menunjukkan sikap tegas menentang HTI yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Walau organisasi HTI secara resmi sudah dibubarkan pemerintah, Denny melihat tokoh-tokoh HTI masih bebas berkeliaran dan berada dalam barisan pendukung calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Dalam beberapa tulisannya, Denny menyatakan dengan tegas bahwa calon presiden-calon wakil presiden yang berpotensi memberikan ruang bagi HTI berkembang biak tidak layak didukung dalam Pilpres 2019. []

Baca juga:

Berita terkait