Prabowo dan HTI, Siapa Menunggangi Siapa di Pilpres 2019?

Prabowo dan HTI atau Hizbut Tahrir Indonesia, siapa menunggangi siapa dalam Pilpres 2019?
Calon Presiden nomer urut 02 Prabowo Subianto (tengah) mengenakan topi dari Komandan Jenderal Kopassandi Abdul Rasyid Abdullah Syafii (kanan) pada deklarasi dukungan Komando Ulama Pemenangan Prabowo-Sandi (Koppasandi) di Jakarta, Minggu (4/11). (Foto: Antara/Dhemas Reviyanto)

Jakarta, (Tagar 9/4/2019) - Pemerhati politik Denny Siregar menyatakan percaya Prabowo Subianto nasionalis, tidak mungkin mendukung pendirian negara Islam yang digadang HTI dan NKRI bersyariah oleh FPI. Apalagi ibunda Prabowo adalah nasrani, seperti pengakuan Prabowo sendiri dalam debat pilpres keempat.

"Prabowo hanya 'menunggangi' mereka saja. Terutama dalam masa politik ini, dimana dia ingin dapat suara dari mereka," ujar Denny dalam tulisan berjudul 'Pak Prabowo, Anda Memelihara Monster dalam Barisan' di laman Facebook-nya, Senin malam (8/4).

"Permasalahannya, tahu tidak Prabowo bahwa kelompok itu juga 'menunggangi' dia untuk mencapai tujuannya?" lanjut Denny dalam catatannya tersebut.

Denny menyebut Prabowo lebih mudah ditunggangi karena ada simbiosis mutualisma di antara mereka, sedangkan Jokowi sejak awal sudah menjadi musuh besar, yang dibuktikan dengan dibubarkannya HTI pada saat ia menjabat.

Karena saling menunggangi dan bersatu hanya untuk kepentingan sementara, maka antara Prabowo dan kelompok agama itu akan saling berebut kuasa.

"Okelah, anggap saja Prabowo tahu. Dia bukan orang bodoh. Kopassus itu tentara terpilih dan pasti pintar. Mungkin dalam pikiran Prabowo, 'Sementara kita akan berteman, nanti kalau saya menjabat akan saya sikat kamu sekalian.' Tapi rekam jejak 'politik agama' tidak semudah itu. Suriah, Libya, Irak adalah contoh contoh di mana negara hancur hanya karena pejabat meremehkan kekuatan politik agama atau politik identitas. Sejarah sudah membuktikan," jelas Denny.

Denny menambahkan, agama bagi sebagian besar orang bodoh adalah dogma, tanpa perlu akal. Doktrin akan dipampatkan dengan janji surga dan neraka bagi yang mengabaikan, membuat orang menjadi fanatik tidak karuan. Mereka bisa membunuh dengan perasaan benar.

"Nah, yang menakutkan adalah ketika akhirnya Prabowo menang dengan gerombolan khilafah itu berada di belakang barisannya. Hubungan mereka pasti tidak akan bertahan lama," tulis Denny.

"Karena saling menunggangi dan bersatu hanya untuk kepentingan sementara, maka antara Prabowo dan kelompok agama itu akan saling berebut kuasa. Satu merasa super karena memegang aparat, satu lagi merasa super karena memegang umat," lanjutnya.

Percaya atau tidak, beginilah awal mula Suriah, kata Denny.

"Politik identitas berdasarkan agama menguat di sana ketika beberapa pejabat militer bersekutu dengan mereka dan merencanakan kudeta. Dan asing yang punya kepentingan untuk menguasai sumber daya alam, mendorong bara supaya menjadi api besar," terangnya. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Bestie, Cek Nih Cara Ganti Background Video Call WhatsApp
Baru-bari ini platform WhatsApp mengeluarkan fitur terbarunya. Kini Background video call WhatsApp bisa dilakukan dengan mudah.