Denny Siregar: FPI Dibubarkan, Masalah Selesai?

Saya bersyukur FPI dibubarkan, tapi tak akan berarti banyak kalau pentolan HTI seperti Bachtiar Nasir masih bebas berkeliaran. Denny Siregar.
Simbol FPI atau Front Pembela Islam dalam koas. (Foto: Tagar/Bukalapak)

FPI itu sebenarnya bukan ormas yang isinya orang berpendidikan dan berpikir strategis. Mereka selalu dijadikan attack dog karena kemampuannya menggunakan massa sebagai alat penekan. Pendapatan utama FPI selain dari para bohir yang berlatar belakang politikus dan pengusaha busuk yang memakai FPI untuk kepentingan mereka, juga dari jasa keamanan dari klub malam dan parkir-parkir.

FPI tidak ada bedanya dengan ormas-ormas preman yang menguasai pasar, hanya mereka memakai jubah agama. Itulah kenapa mereka cepat berkembang karena masih banyak orang awam yang menganggap jubah itu suci sehingga layak diikuti.

Palingan yang lumayan pintar di dalam FPI hanya Munarman. Munarman ini jaringan internasionalnya lumayan, karena dia pernah jadi pengacara di sebuah perusahaan multinasional.

Saya bersyukur atas dibubarkannya FPI, tapi tidak akan berarti banyak kalau pentolan-pentolan HTI masih bebas berkeliaran seperti Bachtiar Nasir dan Ismail Yusanto.

Bachtiar NasirBachtiar Nasir. (Foto: Tagar/Antara)

Tapi FPI jadi berbahaya ketika ada kelompok ideologis dan strategis menyusup ke dalamnya dan mengembangkan FPI sebagai salah satu alat perang mereka. Siapa kelompok itu? Tentu Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI.

Hizbut Tahrir bukan kelompok kemarin sore. Jaringan dan dana mereka kelasnya internasional. Dan mereka ada sudah sejak lama, sejak tahun 1953. Jejak pemberontakan mereka ada di mana-mana, di banyak negara.

Inilah yang berbahaya. HT bahkan jauh lebih berbahaya ketika organisasinya di Indonesia dibubarkan. Seperti virus, mereka butuh inang untuk berkembang. Dan ketika mereka menclok dan berkembang di FPI, sekejap FPI menjadi lebih ganas dan liar dari sebelumnya.

Memangnya pemikiran siapa yang menjadikan Rizieq sebagai imam besar untuk "menyatukan umat Islam" di Indonesia? Rizieq sendiri? Ya tidak lah. Doi orator ulung, itu benar. Tapi punya pemikiran yang strategis seperti itu, jauh api dari panggangnya..

Saya bersyukur atas dibubarkannya FPI, tapi tidak akan berarti banyak kalau pentolan-pentolan HTI masih bebas berkeliaran seperti Bachtiar Nasir dan Ismail Yusanto.

Sudah selayaknya selain dibubarkan, pentolan-pentolan organisasi yang dilarang itu juga ditangkap. Dan ini butuh komitmen kuat dari seluruh jajaran pemerintahan supaya negeri ini bisa mulai membangun ekonominya kembali.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
Pro Kontra Maklumat Kapolri Soal FPI, Komunitas Pers: Hapus!
Maklumat Kapolri soal FPI tidak sejalan dengan semangat demokrasi dan menghormati kebebasan memperoleh informasi. Komunitas Pers menyoal poin 2d.
Kapolri: Spanduk & Atribut FPI akan Segera Dibersihkan
Atribut FPI (Front Pembela Islam) yang terpampang dimanapun akan ditindak tegas oleh pihak berwenang.
Hendropriyono Cecar FPI, Natalius Pigai: Kami Tak Butuh Dedengkot Tua
Eks Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai komentari eks Kepala BIN A.M Hendropriyono terkait persoalan FPI: kami tidak butuh hadirnya dedengkot tua.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.