Denny Siregar: Benny Tjokro, Manusia 9 Triliun Rupiah

Bagaimana caranya Benny Tjokro memainkan saham-saham itu. Pasti asyik. Seperti nonton film Wall Street tapi based on true story. Denny Siregar.
Benny Tjokro. (Foto: Instagram/@aksato.indonesia)

Seharian ini saya membaca tentang kasus Jiwasraya. Hari ini tadi sidang perdananya. Kerugian Jiwasraya dihitung total Rp 17 triliun. Besar, bok. Yang menarik dari kasus Jiwasraya ini sebenarnya bukan karena kasus ini dibilang korupsi, tetapi karena permainannya yang canggih, rumit, khas kejahatan white collar crime. Pelakunya super pintar. Bukan model suap kayak yang ditangkap-tangkap KPK kemarin itu.

Tersangka utamanya Benny Tjokro. Dia ternyata anak dari pengusaha Batik Keris. Jadi memang sudah kaya dari sananya, dan jago banget main saham. Benny lah yang mengatur duit dari banyak orang termasuk Jiwasraya, supaya bisa dapat cuan besar. Itu teorinya, praktiknya Benny doang yang kaya, kliennya seperti Jiwasraya hancur berantakan.

Kalau kalian pernah nonton film Wall Street, Benny ini mirip dengan tokoh Gordon Gekko, yang dibintangi Michael Douglas. Gekko punya prinsip "Greed is good" serakah itu bagus.

Karena rumitnya permainan saham si Benny, sulit sekali menangkapnya. Dia membuat permainannya seolah-olah legal. Dia tidak pakai namanya sendiri untuk merampok Jiwasraya, tapi pakai nama-nama anak buahnya. Gile bener.

Saya lagi mengikuti kasus per kasus, bagaimana caranya Benny memainkan saham-saham itu. Pasti asyik. Seperti nonton film Wall Street tapi based on true story.

Kasus JiwasrayaKomisaris PT Hanson International Tbk (MYRX) Benny Tjokrosaputro bersiap menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Senin, 9 Maret 2020. (Foto: Antara/Aprillio Akbar)

Kenapa disebut korupsi oleh Kejaksaan Agung? Ya, karena ada unsur korupsinya. Terutama dari pihak Direktur Jiwasraya yang kongkalikong kayak kingkong dengan Benny. Biasalah, mereka menaruh duit Jiwasraya ke Benny dan mereka dapat komisi untuk memperkaya diri.

Tapi sejatinya, ini permainan goreng saham yang canggih.

Sederhananya begini, Benny mengatur Jiwasraya untuk menaruh duit di beberapa perusahaan, yang punya koneksi dengan Benny. Caranya tentu dengan beli saham perusahaan itu. Saham dibeli Jiwasraya di angka Rp 1.000 misalnya, dan dijanjikan akan naik sampai sejuta per lembar.

Tapi ternyata, kemudian saham jatuh sampai Rp 50. Ambyarrr. Jiwasraya tetap pegang saham perusahaan, tapi nilai belinya jauh berkurang. Kemarin beli Rp 1.000, sekarang nilainya cuman gocap. Itu harga satu lembar saham. Yang dibeli Jiwasraya lewat Benny Tjokro ada berjuta-juta lembar saham.

Beginilah mainan Benny sampai dia dikabarkan punya aset senilai 9 triliun rupiah, dan masuk dalam jajaran orang kaya di Indonesia.

Apa enggak ada yang mengawasi transaksi ini?

Harusnya ada, yaitu Otoritas Jasa Keuangan atau OJK. Ini yang diherankan oleh Kejaksaan, kok OJK diam saja ? Apa karenaaaa...... ah, kita lihat saja.

Kita harus angkat topi untuk Kejaksaan kali ini, karena berhasil menangkap Benny Tjokro yang licin kayak belut di air itu. Kejaksaan enggak perlu kayak KPK yang dulu, yang menangkap cuma Rp 30 juta doang, tapi pencitraannya aduh makkk.

Itu baru gambar besarnya. Saya lagi mengikuti kasus per kasus, bagaimana caranya Benny memainkan saham-saham itu. Pasti asyik. Seperti nonton film Wall Street tapi based on true story.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Gali Korupsi Jiwasraya Kejagung Periksa Benny Tjokro
Tim jaksa penyidik Kejagung kembali memeriksa tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi pengelolaan keuangan dan dana investasi Benny Tjokro.
Duit 5 Broker Korsel Bisa Raib Inves di Benny Tjokro
Lima broker asal Korea Selatan (Korsel) terancam kehilangan duitnya yang diinvestasikan pada perusahaan Benny Tjokro.
Bursa Hentikan Sementara Saham Milik Benny Tjokro
Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara perdagangan efek PT Hanson International, perusahaan properti milik taipan Benny Tjokrosaputro.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.