Oleh: Denny Siregar*
Sudah jarang sekarang kita lihat aktor atau artis dengan kemampuan akting yang hebat.
Dulu kita kenal Christine Hakim yang begitu hebat melalui karakter penjiwaannya di film 'Tjut Nyak Dien'. Sebelumnya kita mengenal Bing Slamet dan Benyamin Sueb yang jago membuat kita terpingkal dengan aksi dan spontanitasnya di layar kaca.
Sebelum ada media sosial, para aktor dan artis itu harus punya bakat dalam akting baru dia bisa dikenal masyarakat luas. Itulah kenapa dia disebut "aktor" karena dia memerankan karakter seseorang yang bukan dirinya sendiri. Dan biasanya, dalam kesehariannya mereka menjadi orang biasa. Waktu mereka sibuk untuk berkarya.
Tapi era media sosial malah sebaliknya. Banyak aktor maupun artis berlomba-lomba menjadi terkenal bukan karena karya hebatnya, tapi karena membangun berita sensasi. Mereka lebih banyak tampil dengan beragam kontroversi untuk mengundang komentar dan follower yang dikumpulkan untuk dijual ke sponsor. Dan mereka kaya dengan itu.
Kalau ditanya, "Karya terbaiknya apa ya?" Mereka melengos sambil ketawa. "Karya? Untuk apa karya? Yang penting kaya."
Dan ternyata penyakit itu juga menimpa pejabat era sekarang. Karya menjadi tidak penting, yang penting dikenal dan itu bagus untuk jenjang ke depan.
Gak penting solusi, kalau perlu masalah dibiarkan supaya bisa dikapitalisasi.
Salah satu pejabat yang miskin karya tapi selalu menjadi pembicaraan karena kontroversial, ya Anies Baswedan. Belum ada karyanya yang membuat decak kagum masyarakat luas. Yang ada cuma pernak pernik aksesoris yang sama sekali tidak memecahkan akar masalah.
Tanya Anies apa yang sudah dia rancang untuk mengatasi polusi Jakarta? Tidak ada, kecuali malah ingin menanam tumbuhan "lidah mertua", proyek yang mendapat kritik keras dari aktivis lingkungan Walhi dan Greenpeace, karena tidak langsung pada sumber masalah.
Begitu juga dengan jaring hitam yang dulu dipakai untuk menutup sumber bau. Dan banyak lagi kebijakan yang memang dirancang untuk menimbulkan kontroversi daripada sebuah solusi. "Bad news is good news." Kata orang. Semakin kontroversi sebuah solusi, semakin sering dibicarakan orang, dan semakin terkenal namanya.
Jadi kita harus paham kenapa Anies selalu membangun kebijakan yang kontroversial?
Ya karena ingin selalu dibicarakan dan itu dampaknya menjadikan ia dikenal. Gak penting solusi, kalau perlu masalah dibiarkan supaya bisa dikapitalisasi. Sederhana, kan ? Dan Anies diuntungkan oleh para netizen Indonesia yang kepo dan berisik karena ingin komentar atas apa pun yang terjadi.
Lucinta Luna juga membangun tangga yang sama dengan Anies Baswedan. Mungkin ada kesamaan sifat, sikap dan material di antara mereka berdua.
Seruput kopinya....
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Baca juga:
- Denny Siregar: Jokowi Bersihkan Penyakit Kulit Gerindra
- Anies Baswedan Sebut Istri First Lady, Netizen: Sudah Tak Sabar 2024
- Eko Kuntadhi: Apakah Anies Baswedan Seorang Rasis?