Oleh: Sukron Makmun*
Kiai Said Aqil Siradj itu news maker. So, segala hal yang berkenaan dengan beliau akan sangat seksi untuk di-blow up di media massa maupun media sosial. Media tidak pernah melihat soal kepatutan, pantas atau tidak. Berita tentang pengangkatan beliau sebagai Komisaris Utama PT Kereta Api Indonesia (persero) menjadi konsumsi publik mulai dari media sosial sampai obrolan warung kopi.
Bagi para pembenci Nahdlatul Ulama, ini bisa jadi gorengan empuk. Yang awam menghujat, yang sedikit agak pintar, pura-pura tanya, atau menampilkan postingan-postingan orang lain yang dapat mewakili perasaan kebenciannya. Orang-orang ini tidak pernah tahu alasan logisnya, kenapa seseorang dipercaya untuk menduduki sebuah jabatan tertentu?
Mereka mungkin tidak tahu sebelumnya beliau juga pernah menjadi Komisaris Utama di ICDX (Bursa Komoditas & Derivatif Indonesia), perusahaan swasta yang didirikan Megain Widjaja. Artinya beliau sudah berpengalaman.
Saat ini, sudah tidak zaman lagi warga Nahdlatul Ulama hanya dijadikan objek. Tapi sebaliknya, warga Nahdlatul Ulama harus jadi pelaku, subjek, dalam posisi-posisi strategis dan bergengsi di semua lini. Sehingga bargaining position Nahdlatul Ulama menjadi lebih tinggi dan sangat diperhitungkan baik dalam kancah nasional maupun internasional, negeri maupun swasta, ya karena kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya memang memenuhi syarat.
Apa pun kesempatan baik yang diberikan jangan sampai ditolak. Menteri, duta besar, rektor. Terima saja, selama mau dan mampu. Prinsipnya, jangan meminta jabatan. Tapi kalau dikasih, ya harus diterima, dijalankan dengan penuh amanah. Saya yakin, mereka yang nyinyir itu kalau dikasih sebenarnya juga mau. Sirik tanda tak mampu. "Al-hasud la yasud". Prinsipnya, pekerjaan atau jabatan apa pun, selama tidak melanggar hukum dan syariat agama, sah sah saja. Beliau yang dapat, kok kalian yang ribet.
Saat ini, sudah tidak zaman lagi warga Nahdlatul Ulama hanya dijadikan objek. Tapi sebaliknya, warga Nahdlatul Ulama harus jadi pelaku, subjek, dalam posisi-posisi strategis dan bergengsi di semua lini.
Jadi, jangan suuzon, seolah beliau itu mau terima jabatan, karena ingin cari kekayaan, jabatan. Beliau sudah kaya. Info dari kawan saya yang alumni Saudi, bahwa setelah lulus dan pulang ke Tanah Air, Kiai Said itu jualan bahan-bahan senjata, sebagai pemasok utama bahan manufaktur senjata di negeri ini, sejak era Presiden Abdurrahman Wahid. Ilmu dagang beliau sangat bagus. Gaya plerednya tak tertandingi. Kalau bicara soal jabatan dan status sosial, beliau sudah tinggi.
Mohon, bagi kawan-kawan saya, yang segi umur masih muda-muda, tolong jaga sikap. Apakah sikap rendah hati dan berbaik sangka kepada yang lebih tua (Kiai Said) sudah begitu mahal?
Tulisan ini saya buat, ya karena ada beberapa orang Nahdlatul Ulama yang ikut-ikutan tidak percaya atas keputusan yang diambil Ketua Umumnya, bahkan ikut menghujat, tanpa tabayun lebih dulu. Kalau orang luar (NU) sih saya anggap biasa. Ya, memang ada orang-orang yang sengaja cari kesalahan. Benar saja salah. Tipe yang terakhir ini, saya anggap angin lalu saja. Wujuduhu ka adamihi. Wallahu a'lam bi as-Shawab.
*Intelektual Nahdlatul Ulama, penulis buku "Moderatisme Islam dalam Konteks Indonesia Kekinian"