Demo Terbesar di Sejarah Myanmar, Satu Jurnalis Diculik

Kudeta Myanmar sebabkan satu jurnalis diculik, namun pihak militer tidak menanggapi tuduhan ini.
Para demonstran di Yangon membawa protes mereka ke gerbang kedutaan-kedutaan besar asing, Rabu (10/2) untuk meminta tekanan internasional terhadap perebutan kekuasaan pekan lalu oleh militer (Foto: VOA)

Jakarta - Sudah delapan hari berturut-turut pengunjuk rasa antikudeta mengguncang Myanmar. Walaupun dibalas dengan tindakan represi pemerintahan junta militer, rakyat Myanmar tetap turun ke jalan untuk mendesak pembebasan Aung San Suu Kyi.

Dilansir dari Reuters, Jumat, 12 Februari 2021 lalu menjadi puncak gelombang demonstrasi rakyat Myanmar yang menolak kudeta militer. Bahkan, unjuk rasa tersebut dianggap yang terbesar sepanjang sejarah Myanmar.

Keesokan harinya, ribuan pengunjuk rasa masih terus menggelorakan demonstrasi di pusat ekonomi Myanmar, Yangon, ketika ribuan pendemo lainnya mengambil alih jalanan ibu kota Myanmar, Naypidaw dan beberapa kota lain di Myanmar.

Putranya dalam masalah sejak disusukan oleh dia. Dia bahkan tak sempat memakai sepatunya sebelum diculik,

"Berhenti menculik di malam hari!" seru para pendemo melalui papan-papan demonstrasi yang mereka bawa. Selama beberapa hari terakhir, pemerintah junta militer Myanmar memang gencar menangkapi rakyat Myanmar yang anti terhadap kudeta militer. 

Lalu kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat 12 Februari 2021 mengatakan setidaknya ada 350 orang yang ditahan oleh pemerintah junta militer Myanmar.

Korban penangkapan ini berasal dari berbagai unsur, mulai dari aktivis, pejabat, hingga biksu. Aksi penculikan oleh pemerintah junta militer Myanmar telah berlangsung sejak kudeta terlaksana pada Senin 1 Februari 2021.

Kantor HAM PBB menduga beberapa orang yang diculik oleh pemerintah junta militer Myanmar dijerat tuntutan pidana dengan 'alasan yang meragukan'. Seorang jurnalis bernama Shwe Yee Win menjadi salah satu yang ditangkap pemerintah junta militer Myanmar.

Shwe diculik oleh tentara dan aparat kepolisian pada Kamis 11 Februari 2021 usai melaporkan kondisi demonstrasi antikudeta di Pathein, sebuah kota di barat Myanmar.

Hingga hari ini, baik ibu Shwe maupun kantor berita TimeAyeyar tempat Shwe bekerja belum mendengar kabarnya sama sekali. "Saya benar-benar khawatir," ujar Thein Thein yang kini harus mengurusi putra anaknya. Anak Shwe masih berusia satu tahun dan butuh disusukan.

"Putranya dalam masalah sejak dia diculik. Dia bahkan tak sempat memakai sepatunya sebelum diculik," kata Thein Thein.

Pemerintah junta militer Myanmar tak mau merespon tuduhan penculikan dan penangkapan tersebut. Kemarahan publik Myanmar terhadap pemerintah junta militer pun semakin menjadi-jadi gara-gara sebuah video yang tersebar di media sosial.

Dalam video tersebut, tampak begitu banyak kritikus pemerintah yang ditangkap oleh junta militer Myanmar, termasuk seorang dokter yang ikut pembangkangan sipil. Kegelapan malam sering dimanfaatkan pemerintah junta militer Myanmar untuk menculik para pendemo dan pengkritik kudeta. []

Baca juga:

Berita terkait
Gurita Bisnis Giok dan Rubi Junta Militer Myanmar
Imperium bisnis militer Myanmar yang lakukan kudeta terhadap pemerintahan sipil diyakini menggurita, mulai dari tambang hingga pariwisata
Amerika Berlakukan Sanksi Terhadap Pemimpin Militer Myanmar
Presiden Joe Biden sebut Amerika Serikat akan menerapkan konsekuensi terhadap para pemimpin kudeta di Myanmar
Demonstrasi Myanmar Gelar Protes Kudeta di Kedubes Asing
Demonstran di Yangon, Myanmar, bawa protes mereka ke gedung kedutaan-kedutaan besar asing meminta tekanan internasional terhadap junta militer
0
Menkeu AS dan Deputi PM Kanada Bahas Inflasi dan Efek Perang di Ukraina
Yellen bertemu dengan Freeland dan janjikan kerja sama berbagai hal mulai dari sanksi terhadap Rusia hingga peningkatan produksi energi