Dato Sri Tahir dan Nafsu Pengentasan Kemiskinan

Dato Sri Tahir, filantropis dan pengusaha, dipilih oleh Presiden Jokowi jadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode 2019-2024
Presiden Jokowi menyampaikan ucapan selamat kepada Dato Sri Tahir pada pelantikan Wantimpres di Istana, 13 Desember 2019 (Foto: instagram @tahirfoundation).

Jakarta – Dato Sri Tahir, salah satu pengusaha kaya yang dilantik oleh Presiden Jokowi jadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpre) di Istana Negara, Jakarta, pada Jumat, 13 Desember 2019 lalu. Tahir dikenal sebagai seorang filantropis atau dermawan yang tidak pernah tanggung-tanggung dalam bersedekah. Sebagai Wantimpres, ia memiliki target untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Tahir lahir di Surabaya, 26 Maret 1952 dengan nama Ang Tjoen Ming. Ia adalah pendiri dari Mayapada Group, sebuah perusahaan induk (holding company) yang membawahi beberapa usaha lainnya seperti perbankan, media cetak, duty free shopping (toko bebas pajak), rumah sakit, dan sebagainya.

Pria 67 tahun ini lahir dari keluarga yang terbilang kurang mampu. Orang tuanya bekerja sebagai pembuat dan penjual becak.

Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen Petra, Kalianyar, Surabaya, pada tahun 1971, pria yang pernah bercita-cita menjadi dokter ini, sempat kuliah kedokteran di universitas di Taiwan. Namun, harus terhenti karena ayahnya sakit-sakitan dan tidak mampu membiayai keluarganya, khususnya kuliah Tahir. Ia kemudian kembali ke Surabaya untuk melanjutkan bisnis ayahnya. Hingga suatu hari ia menerima beasiswa di sekolah bisnis, Nanyang Technological University, Singapura.

Sambil menimba ilmu di Singapura, Tahir mulai berbisnis dengan membeli beberapa pakaian wanita di pusat perbelanjaan di Singapura untuk kemudian menjualnya kembali di Indonesia. Dari sini, Tahir terinspirasi untuk melakukan kapitalisasi produk impor untuk membiayai kuliahnya. Bisnis garmen (pakaian yang diproduksi dengan jumlah yang banyak) yang dilakukannya saat itu, perlahan mulai ia kembangkan.

Pada akhirnya, menantu dari Mochtar Riady ini bisa kembali menyelesaikan kuliahnya di Golden Gates University, California, Amerika Serikat, di usia 35 tahun.

Tahun 1986, Tahir mendirikan Mayapada Group. Bisnis garmen yang awalnya ia geluti mulai marambah ke berbagai bidang, sampai ke bidang kesehatan.

Di tahun 1990, di saat bisnis garmennya mulai mentok, Tahir mendirikan Bank Mayapada, dan berkembang pesat. Bahkan ketika Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998 silam, Bank Mayapada tetap kokoh dan masuk ke pasar Bursa Efek Jakarta.

Kini, usaha bank milik pria yang punya konsep tersendiri tentang burung rajawali ini telah memiliki lebih 100 cabang di seluruh Indonesia. Hal ini tak lepas dari bantuan investasi asing seperti Singapura dan AS. Alhasil, berkat kegigihannya, pada tahun 2007, bank miliknya mendapat predikat sebagai bank terbaik ke-2 oleh majalah InfoBank.

Selain bank, bisnis lain yang ia geluti adalah bisnis media. Perusahaan media milik pria yang pernah ditunjuk sebagai penasihat oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko ini telah memiliki lisensi Forbes Indonesia.

Setelah bernasib mujur dengan bisnis-bisnisnya, selanjutnya ia mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang properti sebanyak sebelas perusahaaan yang berada di Indonesia dan Singapura.

Saat ini, Tahir masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes 2019. Dalam daftar tersebut, pria dengan 11 cucu ini bertengger di posisi ke-7. Dilansir dari majalah Forbes, Dato Sri Tahir memiliki kekayaan hingga Rp 72,8 triliun.

Selain dikenal karena kekayaannya, ia juga dikenal sebagai seorang yang dermawan. Pada peresmian rumah sakit miliknya, ia menggratiskan seluruh biaya operasi jantung untuk 100 pasien. Selain itu, ia juga mempermudah administrasi pelayanan kesehatan, khususnya bagi pasien yang kurang mampu.

Tahir juga dikenal suka menyumbang. Ia pernah menyumbangkan sekitar Rp 7 miliar untuk korban banjir saat terjadi peristiwa banjir di Jakarta. Kemudian, ia juga menyumbang untuk organisasi nirlaba, The Global Fund, sebesar 75 juta dolar AS bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation. Selain itu, tahun 2014, Tahir juga menyumbang sebesar 3,27 juta dolar AS untuk pemberian beasiswa di sepuluh perguruan tinggi bagi mahasiswa yang kurang mampu.

Pria yang pernah menukar uang dolarnya hingga Rp 2 triliun demi menyelamatkan ekonomi Indonesia ini juga pernah menyumbang 10.000 laptop untuk membantu pendidikan menengah di Indonesia dan memberi beasiswa untuk mahasiswa yang berasal dari Asia Pasifik yang menimba ilmu di Peking University, Beijing, China dan Haas School of Business di University of California, Berkeley.

Tak hanya Tahir, sifat dermawan ini juga dimiliki oleh istrinya, Rosy Riady, perempuan yang beberapa hari lalu ramai jadi perbincangan warganet karena postingan fotonya di akun instagram @rosyriady yang tetap modis di usianya yang sudah tidak lagi muda. Rosy membuka usaha outlet yang diberi nama h2h (helping 2nd hand). Keuntungan yang didapat dari usaha ini didonasikan bagi pemenuhan SPP siswa tidak mampu.

Di lain sisi, Tahir memiliki organisasi nirlabanya sendiri yang diberi nama Tahir Foundation. Tujuan Tahir mendirikan organisasi ini adalah agar setiap orang punya akses untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Pria yang sudah 45 tahun menikah ini pernah menerima tawaran beasiswa dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat dan Universitas Pancasila sebagai Majelis Wali Amanat (badan tertinggi di universitas yang mewakili kepentingan pemerintahan, masyarakat, dan universitas) karena dedikasinya di dunia bisnis dan berbagai kegiatan sosial.

Di samping itu, pria yang menerima gelar Dato’ Sri pada 2010 lalu dari Sultan Pahang, Malaysia, ini juga telah menerima gelar profesor dari Lingnan College, Sun Yat-Sen University pada tahun 2011.

Di tahun yang sama, Tahir menerima penghargaan sebagai Entrepreneur of the year 2011 dari Ernst & Young dan penghargaan di bidang pendidikan yang diberikan langsung oleh Perdana Menteri Singapura saat itu, Lee Kuan Yew (16 Spetember 1923 – 23 Maret 2015).

Tahun 2016, anak dari pasangan Ang Boen Ing dan Lie Tjien Lien ini kembali menerima gelar doktor kehormatan, dan menjadi anggota Majelis Wali Amanat pada 2017 dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia juga dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh Universitas 17 Agustus Surabaya.

Tahun ini, ayah dari Komisaris Utama PT Maha Properti Indonesia Tbk, Grace Tahir Riady, menerima tanda kehormatan Bintang Bhayangkara Nararya dari Kepolisian Republik Indonesia.

Meneruskan dari sebuah wawancara pada channel youtube BeritaSatu, 13 Desember 2019, selama menjabat sebagai anggota Wantimpres, nantinya Tahir ingin fokus pada pengentasan kemiskinan, khususnya di daerah-daerah desa. “Saya lebih banyak mau ngurusi pengentasan kemiskinan di daerah-daerah desa itu saja, iya, itu passion,” ujar Tahir sambil tersenyum saat diwawancarai di Istana Negara. []

Berita terkait
Rupiah Melemah, Dato Sri Tahir Tukarkan Dolar Senilai Rp 2 Triliun
Tahir menyatakan bahwa dolar yang dia tukarkan merupakan milik pribadi, bukan milik perusahaan.
Alasan Jokowi Pilih 9 Wantimpres
Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya alasan tersendiri dalam melantik 9 Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), berlatar politik-pengusaha-agama.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.