Darmin Nasution, Keluar Dari Perangkap Pendapatan Menengah

Memaparkan kinerja tiga tahun pemerintah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan capaian-capaian utama di bidang ekonomi.
TIGA TAHUN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK: Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan keterangan pencapaian tiga tahun pemerintahan Presiden Jokowi-JK di Gedung Bina Graha, Jakarta, Selasa (17/10). Pemaparan kinerja kementerian dan lembaga di bawah koordinasi Kementerian Bidang Perekonomian itu mengangkat tema Perwujudan Indonesia Sentris dan Pembangunan Kewilayahan Secara Merata. (Foto: Ant/Wahyu Putro A)

Jakarta, (Tagar 21/10/2017) – Memaparkan kinerja tiga tahun pemerintah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan capaian-capaian utama di bidang ekonomi.

Darmin mengatakan, terdapat tiga pencapaian utama pemerintah, yaitu pembangunan sektor infrastruktur, pengendalian harga pangan, dan penerapan bantuan sosial.

Infrastruktur menjadi prestasi paling membanggakan karena dampak dari sektor tersebut akan dirasakan oleh banyak masyarakat.

Mantan Gubernur Bank Indonesia itu mengatakan, pembangunan infrastruktur bukan saja bisa mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, melainkan juga menjadi fondasi untuk keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap).

Pembangunan infrastruktur tersebut, misalnya, menyangkut proyek strategis nasional (PSN), kawasan ekonomi khusus, kawasan strategis pariwisata nasional, dan kawasan industri.

Konsistensi pembangunan infrastruktur merupakan faktor penting agar mampu menciptakan pemerataan dan menurunkan tingkat kemiskinan.

Kegiatan pengembangan dan pembangunan infrastruktur dilakukan menyebar di seluruh Nusantara, yang tercermin dalam pemerataan ekonomi melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dan peningkatan produktivitas melalui PSN.

Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Perpres 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional mencatat 245 proyek strategis nasional plus dua program dengan estimasi total nilai investasi Rp 4.197 triliun.

Dari proyek-proyek tersebut, tercatat 13 proyek senilai Rp 444 triliun berada di Maluku dan Papua, 27 proyek (Rp 155 triliun) di Sulawesi, dan 15 proyek (Rp 11 triliun) di Bali dan Nusa Tenggara.

Proyek yang paling banyak berada di Jawa dengan total 93 proyek dengan estimasi nilai Rp 1.065 triliun, disusul pembangunan di Sumatera dengan 66 proyek (Rp 884 triliun).

Menurut data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), pencapaian PSN pada Kuartal II 2017, antara lain, Pelabuhan Patimban, Pelabuhan Hub Internasional Kuala Tanjung, kereta ringan (light rail transit/LRT) Jabodebek, bandara internasional Daerah Istimewa Yogyakarta, Kilang Minyak Bontang, dan Tol Serang-Panimbang.

Mengendalikan Harga Pangan

Darmin juga menjelaskan capaian berikutnya mengenai pemerintah yang pada saat ini dinilai lebih mampu mengendalikan harga pangan sekaligus menjaga pasokan pangan, terutama beras.

Pengendalian harga pangan tercermin dari laju inflasi Indonesia yang bergerak ke arah di bawah 4 persen. Inflasi pangan dari tahun ke tahun juga lebih terkendali sejalan dengan perkembangan jumlah tim pengendalian inflasi daerah (TPID).

Pada tahun 2017, juga dinilai sebagai tahun yang baik untuk pangan mengingat kondisi hujan sepanjang tahun yang tidak terlalu sedikit. Namun, juga tidak terlalu banyak. Kondisi itu berpengaruh pada komoditas pangan, terutama padi.

Hal tersebut memungkinkan pemerintah untuk tidak mengimpor beras pada tahun ini, kecuali untuk beras-beras khusus, seperti beras bagi penderita diabetes.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2017 Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,13 persen sehingga inflasi pada tahun kalender 2017 menjadi sebesar 2,66 persen.

Bantuan Sosial

Pencapaian penting pemerintah berikutnya menyangkut tentang bantuan sosial yang makin terarah dan mulai memanfaatkan kartu dalam pemberian bantuannya.

Pemerintah juga mentrasformasi skema subsidi secara bertahap menjadi bantuan tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah, serta menyatukan dengan semua bentuk bantuan sosial.

Berdasarkan capaian-capaian utama tersebut, Darmin meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017 dapat mendekati 5,4 persen.

Fokus Evaluasi Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, faktor yang menjadi fokus evaluasi pemerintah adalah tingkat pertumbuhan yang masih belum sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 sampai dengan 2019.

Dalam RPJMN 2015 sampai dengan 2019, salah satu target pembangunan yang ditetapkan adalah pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh 6 persen hingga 8 persen.

Namun, pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5 persen. Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 tercatat 4,88 persen, pada tahun 2016 5,02 persen, dan Semester I 2017 sebesar 5,01 persen.

Enny juga mempertanyakan sejauh mana pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah mampu meningkatan produktivitas dan daya saing.

Produktivitas berarti infrastruktur dapat bermanfaat untuk meningkatkan produksi serta mempunyai nilai tambah bagi manufaktur dan logistik.

Seandainya pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah dapat diarahkan sesuai dengan hal tersebut, kata Enny, nantinya mampu menimbulkan kepercayaan dari dunia usaha.

Indef juga menyoroti tentang keperluan pengendalian inflasi yang bertujuan agar daya beli masyarakat tidak terganggu.

Enny menilai inflasi Indonesia saat ini dalam tataran sangat terkendali. Indikasinya, yaitu dalam tiga tahun berturut-turut berada di bawah 4 persen.

Ia menjelaskan, persoalannya adalah stabilitas harga tersebut merupakan stabilitas dalam level yang tinggi. Misalnya, harga beras yang dinilainya hampir dua kali lipat dari harga internasional serta harga gula dan kedelai yang juga melebihi harga internasional.

Tingginya harga-harga tersebut menyebabkan pula besarnya porsi pemenuhan kebutuhan dasar konsumsi masyarakat. Enny menyebutkan sekitar 80 persen pengeluaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti pangan, listrik, dan transportasi.

Dari situlah akar penurunan daya beli. Porsi pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan selain "basic needs" hanya tersisa sekitar 20 persen dari total pengeluaran.

Enny menyarankan pemerintah untuk fokus pada program produktif, terutama di sektor riil yang menggerakkan ekonomi. Hal itu dapat dilakukan dengan pemberian insentif dan fasilitasi oleh Pemerintah. (Calvin Basuki/ant/yps)

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.