Bantaeng - Wabah virus Corona berdampak besar bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Pasalnya, berbagai batasan membuat para pelaku UMKM ini kehilangan pasar. Seperti jumlah produksi UMKM yang terpaksa ditekan lantaran harga jual bahan baku yang ikut meroket.
"Memang banyak UKM kita yang terpukul akibat Corona. Seperti dari aspek pasar dan suplai bahan baku," kata Saparuddin, Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah Pusat Layanan Usaha Terpadu (UPTD PLUT) KUMKM Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Bantaeng saat dijumpai di kantornya, Rabu, 22 Juli 2020.
Dia menjelaskan, biasanya para pelaku UMKM yang didampinginya, yakni minuman jahe, biasanya membeli bahan baku hanya berkisar Rp 25.000 hingga Rp 40 ribu per kilogram, namun saat ini bahan baku minuman seduh itu bisa mencapai kisaran Rp 100 ribu.
Memang banyak UKM kita yang terpukul akibat Corona. Seperti dari aspek pasar dan suplai bahan baku.
"Olehnya itu semua sektor pelaku usaha kecil terkena dampak Corona. Meski demikian tetap ada produksi, tapi dengan jumlah yang tidak seberapa banyak," kata Sapar, sapaan akrabnya.
Baca juga:
- Pengamat: Program Tangerang Emas Beban untuk UMKM
- Gojek Bebaskan Biaya Transaksi Online Mitra UMKM
- Kemendag Dukung Kredit Modal Kerja UMKM via Digital
- Subsidi Bunga UMKM Sampai Desember, Ini Ketentuannya
Beruntung beberapa UKM melakukan promosi lewat daring. Sudah ada yang bekerja sama dengan penyedia jasa kurir lokal yang sudah punya jaringan pemasaran. Meski begitu, perilaku konsumtif masyarakat tak seperti sebelum wabah Covid-19 menyerang.
Sapar juga menyebut, sejauh ini ada 100 UKM yang didampingi UPTD PLUT UMKM Bantaeng. 100 unit usaha ini sudah terseleksi, hanya mereka yang ingin kembangkan usahanya.
"Jangka waktu pendampingan, tiap setahun kita evaluasi, kalau sudah bisa mandiri kita tidak mendampingi lagi dengan intens, paling kami dampingi sekali dua kali dalam sebulan," jelas Sapar.
Disebutkan pula bahwa pada tahun 2019 kemarin, setidaknya ada 120 UKM yang dilakukan verifikasi oleh UPTD PLUT ini, hanya saja terseleksi sampai 60-an pelaku usaha.
"Karena dilihat dari minat, produk yang dihasilkan dan perkembangan UKM. Karena ada UKM yang sudah puas dengan kondisinya sekarang, tapi ada juga yang mau mengembangkan usahanya lagi," kata dia.
Seperti pada standarisasi produksi, kata Sapar, tak bisa dipungkiri bahwa terkadang masih ada perubahan rasa.
"Kita terus coba arahkan penggunaan bahan, komposisi, resep dan lain-lainnya, supaya ada standar rasa yang bisa dipatenkan," kata dia.
Sejauh ini, pelaku usaha yang bisa naik kelas maksimal hanya lima UKM saja. Mereka ini sudah bisa menembus pasar hingga ke mini market.
Sebab mini market sendiri punya standar mulai dari sertifikasi, kemasan, hingga pasaran. Makanya tak semua UKM bisa lolos dipasarkan di mini market.
"Ada beberapa naik kelas yang penjualannya sudah masuk di Alfa Mart meski baru seputaran Bantaeng kota, seperti produk kopi, olahan minuman jahe, kripik pisang," katanya. []