Curhatan Emak Pedagang Pasar Tradisional di Semarang

Pandemi corona membuat omzet usaha kecil di Kota Semarang terjun bebas. Seperti apa keluhan mereka?
Pedagang Pasar Pedurungan, Kota Semarang melayani pembeli di kiosnya. Mereka mengeluh karena omzet penjualan turun imbas pendemi corona. (Foto: Tagar/Yulianto)

Semarang - Pandemi virus corona berimbas pada sektor usaha kecil dan mikro di Kota Semarang. Di lingkungan pasar tradisional misalnya, laju usaha pedagang kian berat lantaran omzet dagangan sejumlah komoditas bahan pangan terjun bebas.

Penurunan permintaan terasa berat sekali bagi pedagang kecil seperti kami.

Salah satu pedagang sembako di Pasar Pedurungan, Nur Aini, 48 tahun, mengaku wabah corona telah membuat omzet penjualan di kiosnya berkurang hingga 30 persen.

"Seperti beras, biasanya dalam satu minggu, bisa menjual satu ton. Sekarang dalam satu minggu hanya bisa menjual dua sampai tiga kuintal, mentok lima kuintal,” kata dia, Kamis, 29 April 2020.

Penurunan omzet juga terjadi di telur. Jika biasanya Nur bisa menjual satu sampai dua peti, setelah adanya corona hanya mampu menjual satu peti atau berisi 10 kilogram telur.

“Penurunan permintaan terasa berat sekali bagi pedagang kecil seperti kami. Biasanya yang beli penjual nasi warungan dan angkringan, sekarang mereka pada tutup sehingga pembeli kami berkurang,” tutur Nur.

Terkait dengan harga, Nur mengaku terjadi fluktuasi meski bisa dibilang rata-rata masih stabil, baik sebelum dan sesudah corona. Naik turunnya harga tersebut terpantau di komoditas telur. Sebelum puasa naik hingga Rp 28 ribu per kilogram, kini malah sudah turun ke normal, di kisaran Rp 21-22 ribu per kilogram.

“Untuk beras, sebelum puasa juga ikut naik, cuma kenaikannya tidak besar, hanya Rp 200 per kilogram. Sekarang harga beras stabil di Rp 9-13 ribu per kilogram, tergantung jenisnya,” ujar dia.

Ngatimah, 55 tahun, pedagang sayuran, mengeluhkan hal sama. Perempuan berkerudung ini mengaku ada penurunan omzet di dagangannya sekitar 20 persen setelah pandemi. Karena itu, ia tidak berani untuk ambil dagangan dalam jumlah banyak.

“Kalau kondisi seperti ini tidak berani kulakan banyak-banyak. Takutnya jualan saya gak habis,” ucapnya.

Sementara, di masa awal bulan Ramadan ini, fluktuasi harga juga terjadi di sayuran. Misalnya, harga bayam turun Rp 3.000 dari sebelumya Rp 5.000 menjadi Rp 2.000 per ikat. “Penurunan ini sekitar empat hari lalu dan sekarang belum ada kenaikan harga sayur bayam lagi," katanya.

Untuk harga cabe keriting dan bawang putih, di Pasar Pedurungan juga turun. "Sudah turun jadi Rp 20 ribu per kilogram sejak seminggu lalu, sebelumnya Rp 25-30 ribu per kilogram," ujar dia.

"Bawang putih turun dari Rp 40-45 ribu per kilogram, menjadi Rp 35 ribu per kilogram. Dan penurunan harga bawang putih ini terjadi sejak sebelum puasa.”

Kenaikan harga justru terjadi di bawang merah. Sebelum puasa Rp 36 ribu per kilogram. Kini di pekan pertama Ramadan naik menjadi Rp 42 ribu per kilogram. "Naik Rp 6.000 tiap kilogramnya," ucap Ngatimah. []

Baca lainnya: 

Berita terkait
Jeritan PKL Balai Jagong Kudus di Masa Libur Corona
Kebijakan meliburkan PKL di Balai Jagong Kudus karena corona dinilai tebang pilih. Kenapa?
Pedagang Kudus: Kapan Retribusi Pasar Dibebaskan?
Pedagang Pasar Kliwon Kudus mendesak Plt Bupati Hartopo segera mengeluarkan perbup soal pembebasan retribusi.
‎Tolak Retribusi Naik, Pedagang di Tegal Stop Jualan
Mereka memilih menggelar demo menolak kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal menaikan retribusi sewa kios.
0
5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Membeli Hunian di Sentul
Selain Bekasi dan Tangerang Selatan, Bogor menjadi kota incaran para pemburu hunian di sekitar Jakarta. Simak 5 hal ini yang perlu diperhatikan.