Denpasar - Masa pandemi Covid-19 membawa perubahan pada tren konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Bali yang terus menurun. Semenjak awal Ramadan hingga seminggu pasca Hari Raya Idul Fitri, tren konsumsi BBM cenderung terus menurun.
Kondisi ini berbeda dengan kondisi momen Ramadan dan Idul Fitri pada tahun-tahun sebelumnya. Menurut Unit Manager Communication Relations & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V Jatimbalinus, Rustam Aji, selama bulan puasa, Lebaran hingga H+6 tahun ini, tercatat konsumsi BBM mengalami penurunan.
Pada periode sama tahun lalu, rata-rata penyaluran harian untuk konsumsi BBM jenis Gasoline di Bali mencapai 2.700 kilo liter per hari
Baca Juga: Pertamina MOR V Catat Konsumsi BBM di Jatim Menurun
Menurutnya, untuk produk Premium dan Perta Series (Gasoline) di Bali sampai dengan akhir Mei 31 Mei 2020 turun 45 persen dibandingkan dengan konsumsi pada masa Satgas Ramadan dan Idul Fitri (RAFI) tahun 2019. "Untuk produk Biosolar dan Dex Series (Gasoil) juga turun sebesar 40 persen," ucap Rustam saat zoom meeting halal bihalal dengan wartawan di Bali, Jumat 5 Juni 2020,
Tahun lalu, rata-rata penyaluran harian untuk konsumsi BBM jenis Gasoline di Bali selama masa aktif Satgas RAFI mencapai 2.700 kilo liter (KL) per hari, namun di tahun ini turun menjadi 1.500 KL. Hal yang serupa juga terjadi pada produk jenis Gasoil yang turun dari 600 KL menjadi 360 KL per hari.
Menjelang berakhirnya masa aktif Satgas Ramadan, Idul Fitri dan Covid-19 (RAFICO) 2020, Pertamina juga mencatat beberapa indikasi perubahan yang terjadi di masyarakat terkait jumlah konsumsi Liquified Petroleum Gas (LPG) dan kesiapan distribusi energi, khususnya di Bali. Satgas RAFICO 2020 dijadwalkan bertugas sampai dengan tanggal 8 Juni 2020.
Tim Satgas RAFICO Pertamina masih terus siaga dan memastikan penyaluran energi bagi masyarakat baik BBM dan LPG tetap berjalan lancar.
Penyaluran LPG untuk sektor rumah tangga sampai H+6 juga menunjukkan tren menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Rerata penyaluran harian di periode tersebut pada tahun ini turun 14-18 persen di seluruh wilayah Bali.
“Sepanjang periode pemantauan Tim Satgas RAFICO tahun ini, kami salurkan LPG subsidi rata-rata sebanyak 600 metrik ton (MT) per hari. Turun jika dibanding rata-rata penyaluran harian tahun sebelumnya yang berjumlah sekitar 690 MT per hari,” kata Rustam.
Demikian juga untuk penyaluran Avtur di DPPU Ngurah Rai. Pada kondisi normal, DPPU Ngurah Rai menyalurkan 2.500 KL per hari. Namun selama masa pandemi hanya menyalurkan 10% - 15% kondisi normal, untuk melayani penerbangan repatriasi, pekerja migran Indonesia, dan penerbangan dalam rangka penanganan Covid-19.
Tim Satgas RAFICO Pertamina masih terus siaga dan memastikan penyaluran energi bagi masyarakat baik BBM dan LPG tetap berjalan lancar.
Rustam menambahkan, untuk menyesuaikan dengan situasi di masa pandemi, Pertamina juga terus berinovasi dalam layanan kepada masyarakat. Pertamina selaku penyedia energi pun merespons hal itu dengan menerapkan standard operating procedure (SOP) yang sesuai dengan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) juga sesuai dengan yang disarankan ketentuan kesehatan. Saat ini APD sudah menjadi hal wajib bagi para operator di SPBU dan agen distribusi LPG yang melayani kebutuhan energi secara langsung di tengah-tengah masyarakat.
Menurutnya Pertamina sudah melaksanakan penerapan tata laksana baru dalam menjalankan proses bisnis di perkantoran. Seperti mengoptimalkan sarana rapat online, membawa makan siang dan alat makan pribadi dari rumah, physical distancing di area kerja, surat izin sebagai prosedur tambahan untuk pekerja yang akan keluar-masuk kantor dalam melaksanakan aktivitas serta pengawasan berlapis untuk penerimaan tamu secara fisik di perkantoran.
Simak Pula: Corona,Pertamina Jamin Stok BBM dan LPG di Bali Aman
"Kami juga terus mendorong konsumen agar bertransaksi membeli BBM dan LPG secara non tunai melalui aplikasi MyPertamina yang terkoneksi dengan LinkAja. Selain lebih mudah dan nyaman, juga mengurangi resiko penyebaran wabah Covid-19 melalui uang tunai," tutur Rustam. []