Covid-19 Buat Rupiah Terjun Bebas Sudah Diprediksi

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terus berlanjut pada awal pekan ini sudah diprediksi oleh eks Menteri Keuangan Chatib Basri.
Karyawan menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu, 18 Maret 2020. (Foto: Antara/Aprillio Akbar/wsj)

Jakarta - Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus berlanjut pada awal pekan ini sudah diprediksi oleh Menteri Keuangan periode 2013-2014 Chatib Basri. Menurut dia masalah utama depresiasi mata uang dalam negeri itu terjadi akibat kepanikan pasar dalam merespon penyebaran pandemi corona atau Covid-19.

“Indeks finansial kita seperti rupiah dan IHSG [indeks harga saham gabung] tadinya tidak rusak sebelum Covid-19 terjadi. Ini penyebab utama dan yang paling menggambarkan kondisi market sekarang,” ujarnya dalam teleconference di Jakarta pada Minggu malam 22 Maret 2020.

Meski pemerintah melakukan berbagai upaya penyehatan sektor finansial, kata dia, sebenarnya tidak terlalu memberikan dampak yang berarti. Pasalnya, permasalahan utama yang terjadi saat ini adalah tidak ada satu pun yang mengetahui berapa lama pandemi ini akan berlangsung.

“Selama Covid-19 masih menjadi problem [kebijakan pemerintah] tidak akan efektif, karena masalah di market adalah soal confidence apakah Covid-19 bisa diselesaikan atau tidak,” kata dia.

DolarPegawai menghitung uang dolar Amerika Serikat (AS) di gerai penukaran mata uang asing PT Ayu Masagung, Jakarta, Rabu (4/3/2020).(Foto: Antara /Aprillio Akbar/hp)

Sebagai contoh, Kamis pekan lalu 19 Maret 2020, Bank Indonesia (BI) mengeluaran kebijakan pemangkasan suku buka acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin dari sebelumnya 4,75 persen menjadi 4,50 persen. Padahal, pada 20 Februari 2020 lalu, bank sentral juga sempat memotong suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen.

Artinya, telah terjadi penurunan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin hanya dalam tempo kurang dari satu kuartal. Hal yang sangat jarang dilakukan BI dalam termin pendek untuk mempertahankan nilai tukar rupiah. Akan tetapi, pelemahan rupiah masih terus berlanjut bahkan hampir menembus kisaran Rp 17.000 pada perdagangan di lima bank besar Tanah Air.

“Berbagai langkah kebijakan Bank Indonesia tersebut ditempuh dalam koordinasi yang sangat erat dengan Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan [OJK] dalam memitigasi dampak Covid-19 sehingga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Kebijakan BI lainnya yang dianggap tidak membawa dampak besar adalah keputusan memborong Rp 192 triliun Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepas asing pada sepanjang pekan lalu. Intervensi moneter tersebut dinilai hanya mampu untuk menopang valuasi SBN tetap dalam level fundamentalnya dan menyerap likuiditas di pasar uang.

“Saya melihat peran dari bank Indonesia adalah bukan untuk membuat rupiahnya kuat, tetapi untuk membuat rupiahnya stabil saja,” tutur Dede, panggilan akrab Chatib Basri.

Ilustrasi lain yang bisa menggambarkan situasi market saat ini adalah tidak berartinya strategi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang melakukan kebijakan moneter quantitative easing dengan memangkas suku bunga hingga 0 persen. 

Biasanya, pemotongan interest (bunga) di negara adidaya itu diikuti oleh keputusan investor yang menarik dana mereka untuk kemudian ditempatkan pada sejumlah negara berkembang guna mengharapkan imbal hasil yang lebih baik.

Kondisi demikikan biasanya menjadi keuntungan tersendiri bagi emerging market macam Indonesia untuk ikut mengerek nilai mata uang lokal. Akan tetapi, rupiah sama sekali tak bergeming malah melanjutkan rally pelemahan. []

Berita terkait
Terus Merosot, Jokowi Minta BI Stabilkan Rupiah
Presiden Jokowi memerintahkan BI untuk fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah gejolak pasar keuangan akibat pandemi global Covid.19.
Gerakan Rupiah Kian Liar Imbas Covid-19, Ini Kata BI
Penyesuaian aliran masuk modal aisng di pasar keuangan domestik pasca meluasnya Covid-19 menekan nilai tekan rupiah
Ada Stimulus Negara Maju, Nilai Tukar Rupiah Menguat
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 32 poin atau 0,22 persen, dari Rp 14.352 menjadi Rp 14.320.