Washington - Jumlah kematian di Amerika Serikat (AS) akibat pandemi virus corona Covid-19 berdasarkan data Rabu pagi, 1 April 2020 mencapai di atas 4.000 orang, meningkat dua kali lipat dari tiga hari sebelumnya. Menurut perhitungan Universitas Johns Hopkins, jumlah korban meninggal mencapai 4.076 orang atau lebih dari dua kali lipat yang tercatat Sabtu malam sebanyak 2.010.
Seperti diberitakan dari Channel News Asia, Rabu, 1 April 2020, lebih dari 40 persen kematian yang tercatat secara nasional berada di negara bagian New York. Pada hari Selasa, AS melampaui jumlah kematian di China, tempat pertama pandemi muncul pada Desember tahun lalu sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Baca Juga: Episentrum Covid-19 Pindah ke Amerika Serikat
Jumlah kasus yang terinfeksi virus corona yang dikonfirmasikan mencapai 189.510 orang. Ini membuat AS berada di posisi pertama jumlah kasus infeksi terbanyak di dunia, meskipun Italia dan Spanyol mencatat lebih banyak korban jiwa.
Pegawai layanan Pos Amerika Serikat mengantarkan paket ditengah mewabahnya virus corona Covid-19 di Manhattan, Kota New York, Amerika Serikat, Sabtu, 28 Maret 2020. (Foto: Antara/Reuters/Andrew Kelly)
Awalnya AS anggap remeh ancaman virus
Pada saat awal AS terjangkit virus, Presiden Donald Trump masih menganggap remeh ancaman itu. Namun melihat penyebaran yang masif, Trump kemudian mengingatkan bahayanya penyebaran virus dengan mengatakan,'Dua minggu yang sangat menyakitkan, untuk datang ke AS."
Para ahli medis Gedung Putih menyebutkan, ada sekitar 100.000 hingga 200.000 warga AS berpotensi meninggal, meskipun sejumlah kota besar sudah mengeluarkan imbauan pembatasan keluar rumah kecuali untuk kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan. Lebih dari 30 negara menerapkan larangan ke luar rumah untuk menahan penyebaran virus. Namun kebijakan itu berdampak terhadap perekonomian dan menyebabkan jutaan orang tidak mendapatkan gaji, setidaknya untuk sementara waktu.
AS jadi episentrum
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan, Amerika Serikat (AS) bisa menjadi pusat (episentrum) pandemi global virus corona Covid-19. Juru Bicara WHO, Margaret Harris mengatakan infeksi virus corona di AS meningkat pesat.

Seperti diberitakan dari Reuters, Selasa, 24 Maret 2020, sekitar 85 persen kasus baru virus corona ada negara-negara Eropa dan AS. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persen ada di AS. Berdasarkan data hingga Senin, 23 Maret yang dirilis Johns Hopkins University, virus telah menginfeksi lebih dari 46.500 orang di AS dan menewaskan sekitar 600 orang. Kasus infeksi di negara bagian New York meningkat 4.000 kasus berdasarkan data pada Minggu, 22 Maret, sehingga totalnya menjadi 21.000 kasus.
Simak Pula: Lockdown di Amerika Tidak Bikin Hancur Ekonomi
Menurut Harris, WHO saat ini melihat percepatan perkembangan kasus virus corona di AS. Hal ini membuat Negeri Paman Sam itu bisa menjadi episentrum baru. "Memang ada potensi itu," tuturnya.
Beberapa pejabat di negara bagian dan lokal AS mengecam kurangnya tindakan federal yang terkoordinasi sehingga terjadi persaingan yang tidak sehat dalam mendapatkan pasokan bahan untuk mencegah penularan virus. Presiden, Donald Trump mengakui kesulitan untuk mendapatkan pasokan. "Pasar dunia untuk masker dan ventilator adalah crazy. Kami membantu negara bagian untuk mendapatkan peralatan, tapi itu tidak mudah," ucapnya.[]