Cerita UMKM Kuliner Jaga Pelanggan Saat PSBB

Pebisnis UMKM sektor kuliner paling terdampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB), mereka harus mencari strategi agar pelanggan bertahan.
Pebisnis UMKM kuliner menjadi salah satu sektor usaha yang paling terkena dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam menekan penyebaran virus corona Covid-19. (Foto: Tagar|Istimewa).

Jakarta - Pebisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sektor kuliner paling merasakan dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta dan sebentar lagi di beberapa daerah penyangga. Hal itu diakui empat pelaku UMKM kuliner yang terdampak pembatasan sosial untuk menekan penyebaran pandemi virus corona Covid-19.

Kebijakan PSBB secara masif telah mengubah pola usaha dan perilaku pelanggan UMKM kuliner. Pelanggan tak lagi bisa menikmati hidangan di tempat seperti biasa, bahkan beberapa usaha kuliner harus membatasi jumlah pengunjung dan mengurangi jam operasional.

Baca Juga: 15 Bisnis Diprediksi Bertahan Saat Resesi Covid-19 

Transaksi makan di tempat sekarang hanya tinggal lima persen.

Muhammad Muhlis, Manager Pemasaran Wingz O Wingz, salah satu UMKM yang menjual kreasi menu daging ayam di Bandung menceritakan betapa dia dan usaha yang dikelolanya berjuang mempertahankan bisnisnya di tengah pandemi Covid-19. Dampak yang paling terasa adalah pada transaksi makan di tempat yang sekarang hanya tinggal lima persen saja.

"Sesuai imbauan pemerintah kami juga membatasi kunjungan pelanggan untuk makan di tempat dengan mengutamakan layanan take away atau order memakai aplikasi,” tutur Muhammad dalam keterangan yang diterima Tagar, Selasa, 14 April 2020.

Wingz O Wingz sudah beroperasi sejak 2011 dengan mendirikan outlet kecil. Usaha tersebut terus tumbuh dan sekarang berhasil menjadi sumber penghidupan bagi 250 orang karyawan. Biasanya omzet utama Wingz O Wingz berasal dari pelanggan yang makan di tempat serta pelanggan yang memesan secara online. "Namun sekarang kami benar-benar mengandalkan penjualan online sebagai sumber pemasukan utama," kata Muhammad.

Wingz O Wingz menggandeng GrabFood untuk pemesanan online. Menurut Muhammad, aplikasi Grab sangat membantu bisnis untuk bertahan dalam kondisi semua orang diam di rumah saja.

"Mereka tetap bisa memesan produk Wingz O Wingz lewat GrabFood. Saat ini paling saya syukuri adalah sekarang kami tidak hanya bisa terus menghidupi ratusan karyawan, tapi juga membantu para pengemudi ojek online di tengah situasi sulit ini,” tutur Muhammad.

OjolPengemudi ojek daring tertidur di atas sepeda motornya akibat sepinya orderan di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu, 8 April 2020. (Foto: Antara/Jojon/foc)

Hal yang sama diakui Edwin Sugiaurto, pengelola restoran Ayam Bakar Primarasa di Surabaya yang legendaris yang berdiri sejak 1993. Edwin yang merupakan pengelola generasi kedua menyebutkan bahwa tantangan terbesar banyak pengusaha kuliner akibat pandemi Covid19 adalah berhadapan dengan sejumlah keputusan sulit.

“Pilihannya banyak, misalnya menutup layanan makan di tempat; atau tutup total tanpa layanan makan di tempat dan take away, atau tetap beroperasi. Kita hanya bisa mengambil satu," ucap Edwin.

Ia memilih beroperasi seperti biasa agar karyawan tetap memperoleh gaji utuh setiap bulan, dengan meningkatkan standar kebersihan dan melakukan prosedur pengecekan kesehatan. Ayam Bakar Primarasa punya sekitar 100 karyawan yang tersebar di tujuh cabang.

Untuk ukuran restoran yang sudah cukup lama beroperasi, Ayam Bakar Primarasa yang menjadi Mitra Grab ini kini mengalami situasi yang menurut Edwin unik. Pendapatan bisnis utama sejak 27 tahun silam memang berasal dari pelanggan yang makan di tempat. Namun sekarang, sekitar 50 persen total transaksi datang dari pesanan online.

Sementara itu, UMKM kuliner mitra GrabFood di Makassar, MasterCheese, harus mengubah jam operasionalnya menjadi lebih singkat. Usaha yang dirintis oleh Yulianti (32) sejak 2018 ini masih buka untuk mempertahankan omzet.

Dulu sebelum corona, pesanan online porsinya 50 persen.  Sekarang pesanan online dari Grab naik sampai 80 persen. 

Untungnya walau jumlah pengunjung yang makan di tempat semakin sedikit, jumlah pemesanan online terus meningkat. Hal ini juga didorong oleh dukungan GrabFood kepada mitra merchant untuk dapat mengikuti perkembangan tren kuliner terkini melalui data-data yang dimiliki GrabFood sehingga dapat mengadaptasi tren-tren tersebut ke menu mereka untuk meningkatkan penjualan.

“Memang lewat pesanan online, tetap banyak. Dulu saja sebelum corona, 50 persen pesanannya dari Grab, sekarang pesanan online dari Grab naik sampai 80 persen. Bersyukur karena ada teknologi yang membuat kami mampu bertahan di situasi sulit ini,” ucap Yulianti.

Lain lagi cerita Erwin Susanto yang mengelola Martabak Mekar di Medan. Ia bercerita bahwa kondisi pandemi Covid-19 memang mulai terasa di Tanah Deli. Namun belum sampai di tahap membuat usahanya yang berlokasi di pusat kota menjadi sepi pembeli.

“Sebenarnya tidak banyak pengaruh. Saya masih buka seperti biasa, meski saya sudah ada rencana untuk tutup satu jam lebih cepat," tutur Erwin. Jumlah pesanan sendiri masih seperti biasa, belum terpengaruh pandemi. Apalagi pesanan memang lebih banyak dari online.

GrabOjek online Grab. (Foto: Tagar/Nuranisa Hamdan)

Muhlis, Edwin, Julia dan Erwin adalah empat pelaku UMKM yang kini tengah berjuang untuk mempertahankan bisnisnya di tengah pandemi Covid-19. Tantangan yang dihadapi berbeda-beda, tapi sama-sama dihadapkan pada situasi yang mengancam kelangsungan bisnis mereka.

Selain mengatur strategi bisnis untuk tetap dapat melayani pelanggan di tengah aturan pembatasan sosial, keempat pelaku usaha ini juga mengimplementasikan standar kebersihan tinggi. Hal ini sesuai dengan anjuran pemerintah serta standar keamanan terpadu untuk layanan pesan-antar  makanan yang diterapkan GrabFood.

Menurut Neneng Goenadi, Managing Director Grab Indonesia, mereka dapat memperoleh beragam materi edukasi yang relevan. Antara lain langkah-langkah untuk menjaga kebersihan dan standar keamanan makanan dengan mudah, cukup mengaksesnya melalui aplikasi merchant GrabFood yang mereka gunakan sehari-hari.

Simak Pula: 9 Bisnis Rumahan yang Datangkan Cuan Saat WFH 

Mereka telah mewajibkan pemakaian masker dan sarung tangan untuk seluruh karyawan. Bahkan, Edwin sudah menerapkan prosedur ini di Ayam Bakar Primarasa sejak awal Maret lalu, saat pandemi belum meluas dan belum ada kebijakan PSBB. 

"Selain itu, mereka juga kompak menerapkan pengecekan harian suhu tubuh karyawan, pelanggan dan mitra, sebagai upaya pencegahan," kata Neneng.[]

Berita terkait
Kesehatan Mental Masyarakat Rentan Saat PSBB
Psikolog klinis da Kasandra Putranto menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental di tengah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Arahan Gubernur Banten untuk PSBB di Tangerang Raya
Gubernur Banten Wahidin Halim menyatakan pihaknya bersama kepala daerah di Tangerang Raya telah sepakat untuk memberlakukan PSBB muali Sabtu.
6 Kriteria Penerima Bansos Selama PSBB di Jakarta
Ada 6 kriteria penerima bansos di Jakarta setelah diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) cegah corona.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.