Cerita Muyin, Pasien Covid-19 Sembuh di Rembang

Di Rumah Sakit Wongsonegoro saya baca salawatan terus-menerus sampai ruang isolasi. Cerita Muyin, pasien Covid-19 sembuh di Rembang, Jawa Tengah.
Mobil Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) gugus depan penanggulangan Covid-19 di depan Rumah Muyin di Desa Megal, Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Rabu, 1 April 2020. (Foto: Tagar/Rendy Teguh Wibowo)

Rembang - Siang itu panas tak begitu menyengat, sebagian langit Rembang tertutup awan mendung. Kondisi cuaca yang cukup bersahabat, mengantar Tagar menuju sebuah desa terdampak Covid-19, yaitu Desa Megal di Kecamatan Pamotan.

Letak Desa Megal berjarak 21 kilometer dari pusat Kota Rembang, atau butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke desa itu. Akses jalan menuju Desa Megal usai melintasi jalan Rembang-Blora tergolong sempit. Hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat, agak susah jika terjadi simpangan.

Rabu, 1 April 2020, hamparan hijau tanaman padi dan tebu mengiringi perjalanan melintasi pedesaan, menggunakan sepeda motor hingga sampai ke desa tujuan. Angka digital pada jam tangan menunjukkan pukul 13.40 WIB. Akhirnya Tagar sampai di gapura masuk Desa Megal.

Akses jalan masuk desa itu terlihat berbeda. Jalan Desa Megal terbuat dari susunan paving blok atau conblock yang terlihat baru saja dibangun, meski belum selesai secara keseluruhan. Berjarak kurang lebih 300 meter menyusuri jalan conblock dari gapura pintu masuk desa, Tagar sampai di sebuah balai desa dengan bangunan pendopo kecil yang tampak teduh di bawah pohon besar.

Suasana di Desa Megal sendiri masih terlihat seperti sedia kala, yakni tidak terlihat raut wajah cemas atau ketakutan dari warganya. dalam hal ini semua warga Desa Megal masih melakukan aktivitas seperti biasa dan juga terlihat beberapa anak masih bermain, bersepeda lalu lalang di sekitar rumah warga.

Dari balai desa itu, Tagar menelusuri rumah pasien Covid-19 yang diketahui bernama Muyin, 29 tahun, yang berhasil sembuh dan pulang pada 31 Maret 2020. Tidak terlalu sulit menemukan rumahnya. Wajar karena ciri-ciri rumahnya dapat diketahui dari foto yang banyak beredar di media sosial dan ramai diperbincangkan kemarin malam saat pasien pulang ke rumahnya.

Saat tiba di depan pintu masuk Rumah Sakit Wongsonegoro saya baca salawatan terus-menerus sampai ruang isolasi.

MuyinMuyin di di antara Ibu Kades (kanan) dan sekretaris desa (kiri) di ruang tamu rumahnya, menceritakan pengalamannya berurusan dengan penyakit Covid-19, Rabu, 1 April 2020. (Foto: Tagar/Rendy Teguh Wibowo)

Berjarak kurang lebih 120 meter dari balai desa, sebuah tenda biru sederhana yang berdiri di depan rumah rumah kecil tampak dari kejauhan. Setelah dihampiri, ternyata benar rumah tersebut sama persis dengan foto yang beredar di media sosial semalam saat penyambutan kedatangan dirinya dari RSUD Wongsonegoro Semarang, tempat Muyin menjalani perawatan setelah dinyatakan positif Covid-19.

Sisa kemeriahan masih terlihat saat warga desa menyambut kepulangan Muyin pada malam itu. Dari banyaknya tumpukan kursi plastik di teras rumah dan teratak masih berdiri tegak di jalan desa.

Di dengan dinding tembok dari susunan batako yang masih belum dikuliti itu, Tagar sudah ditunggu Kepala Desa Megal Ikha Pudiyanti. Karena sebelumnya Tagar telah meminta izin untuk melakukan peliputan di desanya dan pihak kepala desa bersedia mendampingi.

Ikha memanggil nama Muyin, sesaat kemudian seorang pemuda muncul di pintu, wajahnya segar. Ia mengenakan kaos hitam kombinasi lengan warna abu-abu dan bercelana pendek. Ia menyapa ramah dan mempersilakan kami masuk ke ruang tamu. 

Tidak tampak raut muka kebingungan saat media mendatangi rumahnya yang terletak disudut pertigaan itu. Wajar karena Muyin sudah tidak asing lagi dengan kedatangan media di rumahnya karena pada malam kepulangannya ke rumah, selain warga juga banyak media yang melakukan peliputan.

Di ruang tamu dengan ukuran kurang lebih 3 x 3 meter dengan meja kursi terbuat dari kayu dan beralaskan tanah, Muyin didampingi kepala desa dan sekretaris desa yang duduk di satu kursi panjang. Ia menceritakan awal mula dirinya tertular Covid-19 hingga pengalamannya dirawat usai dinyatakan positif Covid-19.

MuyinMuyin bersama Ibu Kepala Desa Megal, Ikha Pudiyanti, di teras rumahnya, Rabu, 1 April 2020. (Foto: Tagar/Rendy Teguh Wibowo)

Niat Menolong Malah Terjangkit Covid-19

Muyin bekerja sebagai kuli bangunan di sebuah proyek di Bali. Dirinya bersama pekerja lain dari berbagai daerah, tinggal di sebuah rumah kontrakan tidak jauh dari lokasi proyek. Pada 14 Maret 2020, seorang teman Muyin di kontrakan, mengeluh sakit demam. Merasa kasihan, sebagai rekan kerja yang merantau dari Jawa, Muyin mengantarkan temannya asal Jember itu pergi ke rumah sakit untuk berobat.

"Bilangnya badannya panas dingin, minta diantar ke rumah sakit. Karena kasihan ya saya antar ke rumah sakit," ucapnya.

Muyin tidak tahu temannya itu terinfeksi Covid-19, yang ia tahu penyakit temannya itu hanya demam biasa. Usai mengantarkan temannya, Muyin pulang ke kontrakannya. Sedangkan temannya masih berada di rumah sakit.

"Setelah saya antar, saya terus pulang ke kontrakan sendiri, dia masih dirawat di rumah sakit," katanya.

Keesokan harinya Muyin bersiap-siap untuk pulang ke Rembang karena sudah tiga bulan dirinya meninggalkan kampung halaman, di samping proyek yang ia kerjakan juga sudah selesai. Hanya bermodal ongkos perjalanan pulang, Muyin tetap memutuskan pulang meski belum mendapat bayaran dari proyek yang ia kerjakan.

"Karena sudah rindu keluarga di rumah, cuma bawa uang untuk sekali perjalanan ya sudah tidak apa-apa yang penting sampai rumah," ucapnya.

Ditetapkan Sebagai Pasien Dalam Pengawasan

Sesampainya di rumah, Senin pagi, 16 Maret 2020, Muyin merasa sesak napas dan badannya panas dingin. Melihat anaknya sakit, orang tua Muyin memberikan obat demam agar penyakitnya segera sembuh.

"Orang tua saya memberi obat Bodrex dan Mixagrip saat saya mengeluh sesak napas dan panas dingin," ucapnya.

Alih-alih sembuh, obat yang telah ia minum tidak bereaksi sedikitpun. Dirinya masih mengalami sesak napas dan demam tinggi. Takut terjadi apa-apa, sore harinya Muyin dibawa orang tuanya ke klinik. Setelah diperiksa, Muyin diberi surat rujukan ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Rembang.

Setelah tiba di RSUD Rembang dirinya langsung menjalani foto rontgen dan harus menunggu selama berjam-jam untuk mengetahui hasilnya. Dirinya tidak menyadari tubuhnya telah terinfeksi Covid-19, yang ia tahu hanya sakit demam biasa.

"Di Rembang itu dironsen, habis dironsen tunggu beberapa jam lagi terus dibawa ke Semarang," tuturnya.

Setelah ditetapkan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) oleh pihak RSUD Rembang, Muyin dibawa ke Rumah Sakit Wongsonegoro Semarang untuk dilakukan perawatan lebih lanjut. Dari sanalah dirinya baru mengetahui tubuhnya terjangkit Covid-19. "Saya sempat stres, depresi gara-gara itu, Mas," ucap Muyin.

Setibanya di Rumah Sakit Wongsonegoro, lantunan salawat terus ia ucapkan tanpa henti. Wajar, karena penyakit yang ia derita merupakan wabah mematikan yang saat ini telah melanda seluruh wilayah bumi Ibu Pertiwi dan dunia.

"Saat tiba di depan pintu masuk Rumah Sakit Wongsonegoro saya baca salawatan terus-menerus sampai ruang isolasi," tuturnya.

Muyin
Tampak depan rumah Muyin yang masih terdapat tumpukan kursi sisa acara penyambutannya pulang ke rumah, Rabu, 1 April 2020. (Foto: Tagar/Rendy Teguh Wibowo)

Berada di Ruang Isolasi PDP

Pada hari pertama di rumah sakit itu, Muyin ditempatkan di ruang isolasi nomor satu. Sebuah ruangan yang belum pernah ia rasakan seumur hidup. Dalam satu ruangan isolasi diisi empat pasien dengan status penyakit yang sama, yaitu PDP. Di sana ia bersama pasien laki-laki dari berbagai daerah termasuk Semarang.

Saat kebosanan menyerang, Muyin mengajak ngobrol teman satu ruangan, meski usianya jauh lebih tua darinya. Entah berbicara soal awal mula terkena Covid-19, tentang kerjaan juga keadaan keluarga di kampung halaman. Yang terpenting untuk mengurangi stres yang ia alami ketika masuk ruang isolasi.

"Karena sesama laki-laki, saya ngobrol dengan mereka, ada pasien dari Semarang, katanya gejalanya sakit maag sama tipes," tuturnya.

Pasien yang ada di ruang isolasi, kata Muyin, tidak diperkenankan keluar masuk ruangan. Pihak rumah sakit menyediakan bel di dalam ruangan yang fungsinya untuk memanggil perawat dan membawakan apa yang pasien butuhkan.

"Waktu itu ada bapak-bapak (pasien) yang keluar masuk ruangan. Harusnya dia pencet bel, kemudian dia ditegasin sama perawatnya, 'Pak, jangan keluar masuk, kalau butuh apa-apa pencet bel saja'," Muyin menirukan ucapan perawat.

Satu Ruangan dengan Pasien Wanita Semua

Setelah beberapa hari dirawat, hasil tes swab menunjukan Muyin positif Covid-19. Ia kemudian dipindahkan ke ruangan isolasi nomor dua yang isinya sesama pasien positif Covid-19.

Entah beruntung atau tidak, laki-laki desa yang keseharian mencari rumput untuk pakan sapi saat di rumah ini berada dalam ruangan yang isi pasiennya wanita semua. Pria lugu ini hanya terdiam saat melihat sekelilingnya.

"Saat dipindah dari ruangan satu ke ruangan dua, di sana pasiennya cewek semua. Saya bingung, kenapa dipindah satu ruangan dengan cewek-cewek," kata Muyin.

Hari demi hari Muyin lalui dengan menonton televisi yang menyala selama 24 jam hanya dengan satu chanel saja dan bermain ponsel yang ia bawa. Dukungan serta motivasi dari pemerintah desa dan masyarakat Megal diberikan melalui video call. Hampir setiap hari Muyin mendapat Video call.

"Kalau pagi biasanya dari Bu Kades, dari perangkat desa. Nanti kalau malam sama keluarga sama teman juga," ujar Muyin.

Meski bukan murni karena kesalahannya, Muyin juga merasa bersalah ketika 23 orang di desanya juga ikut terpapar Covid-19 saat berinteraksi dengannya dan ditetapkan sebagai orang dalam pengawasan (ODP). Melalui video call dengan keluarganya dirinya mengakui kesalahannya karena telah membuat gempar seisi desa.

"Waktu saya vidio call sama ibu, saya sampaikan, 'Pasti gara-gara saya nggih buk Megal jadi gempar'," kata Muyin dengan raut wajah bersalah.

Pihak rumah sakit, kata Muyin, secara rutin memberikan pelayanan selama 24 jam. Mulai dari pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB, dan 24.00 WIB perawat memberikan pelayanan yakni pemberian oksigen dan memberi semangat kepada semua pasien yang diisolasi di ruangan tersebut.

Pernah ada dalam benaknya untuk mencoba mengobrol dengan pasien lain untuk mengusir kejenuhan. Namun karena sifatnya yang malu-malu akhirnya dirinya memutuskan untuk diam saja.

"Isinya perempuan semua, mau ngajak ngobrol ya malu, kalau diajak bicara saya baru ngomong. Tapi kalau tidak ya tidak bicara," kata Muyin dengan wajah malu-malu.

Muyin tidak sendirian di Rumah Sakit Wongsonegoro, ia ditemani kerabatnya dari Rembang yang senantiasa menunggu di luar ruang isolasi dan memberikan keperluan Muyin. Meski mendampingi Muyin di Rumah Sakit Wongsonegoro, kerabatnya tidak diizinkan masuk ruangan bahkan hanya sekadar untuk melihat wajah Muyin.

"Kalau saya butuh sesuatu saya hubungi lewat WhatsApp, nanti waktu mau mengasihkan harus lewat perawatnya dulu, baru diberikan ke saya," ucap dia.

Selasa, 31 Maret 2020, Muyin dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan diperbolehkan kembali ke kampung halaman. Sesampainya di rumah, Selasa malam, ia disambut warga desa dengan ucapan rasa syukur karena telah dinyatakan negatif Covid-19 berdasarkan hasil tes swab terakhir. Tidak hanya itu, kegembiraan Muyin semakin bertambah ketika mendengar 23 warga Megal yang sebelumnya berstatus ODP telah dinyatakan negatif Covid-19 semuanya.

Muyin berpesan kepada pasien yang sedang berjuang melawan Covid-19 agar tetap terus berjuang dan berdoa. Jangan sampai pesimis dan takut berlebihan dalam menghadapi penyakit Covid-19.

"Sampai depan rumah saya sujud syukur di depan pintu, karena semua permasalahan yang saya alami dengan penyakit corona ini sudah selesai. Untuk teman-teman yang masih berjuang, tetap semangat dan terus berdoa meminta agar penyakit yang diderita cepat diangkat." []

Baca cerita lain: 

Berita terkait
Libur Corona, Anak Aceh Main Game di Rental Play Station
Anak-anak Aceh harus belajar di rumah sepanjang libur karena wabah corona Covid-19. Anak yang main game di rental play station ditangkap petugas.
Pasar Tradisional Bantaeng di Tengah Wabah Corona
Saldi dan Rusdi, penjual ikan di pasar sentral Bantaeng, Sulawesi Selatan. Di bawah ancaman virus corona, mereka harus keluar rumah, mencari hidup.
Bayang-bayang Corona di Stasiun Manggarai Jakarta
Sejam lebih Winarso duduk di seberang jalan Stasiun Manggarai Jakarta, tapi ponselnya tak kunjung berbunyi. Semua ini karena bayang-bayang corona.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.