Jakarta - Dokter Susana Somali baru saja sampai tempat penampungan anjing di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan. Begitu ia membuka pintu gerbang, puluhan anjing berlarian mendekatinya, sembari menggonggong dan mengibas-ngibaskan ekor.
Dokter Susana Somali merupakan pendiri Pejaten Animal Shelter yang beralamat di Jalan Pejaten Barat Nomor 45T, RT 2/RW8, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pejaten Animel Shelter merupakan salah satu tempat perlindungan hewan terbesar di Indonesia.
Pejaten Animal Shelter di kawasan elit Pejaten menjadi tempat penampungan anjing-anjing liar yang berhasil diselamatkan.
Baca Juga: Peneliti Uji Penciuman Anjing untuk Deteksi Corona
Dengan sabar, Susana membungkuk, membelai satu per satu anjing ketika hewan-hewan yang acapkali berprilaku lucu dan menggemaskan itu mengendus dan menjilati tangan dan pipinya.
Aktivis pecinta hewan ini kemudian berdiri dan melangkahkan kaki perlahan-lahan menelusuri halaman seluas 5.000 meter persegi. Begitu melihat majikannya, mereka berlarian mendekati Susana. Salah satu anjing melompat ke punggung dan menjilatinya.
Pejaten Animal Shelter yang berada di kawasan elit Pejaten menjadi tempat penampungan anjing-anjing liar yang berhasil diselamatkan. Tempat penampungan ini asri dan masih terlihat pepohonan rindang sehingga terasa sejuk.
Seperti ditulis Channel News Asia, Minggu, 21 Juni 2020, ada anjing yang tengah bermain di halaman, ada yang bersembunyi di balik semak-semak tebal dan di sepanjang jalan setapak. Beberapa anjing terlihat berbaring santai di lantai dengan, sementara yang lain tertidur di dapur, ruang kantor, duduk di sofa, bangku dan meja.
Banyak orang kehilangan pekerjaan dan tidak mampu merawat hewan peliharaannya.
Susana bercerita tempat penampungan bagi anjing terlantar didirikan pada 2009. Ia merasa kasihan anjing-anjing yang terlantar di jalan dan berinisiatif untuk merawatnya. Jumlah anjing yang ada di penampungan terus bertambah, ini juga membuat biaya perawatan dan untuk makan bertambah.
"Lebih dari seribu. Mungkin antara 1.200 dan 1.400. Tapi jelas lebih dari seribu, ” katanya kepada Channel News Asia.
Jumlah hewan dipastikan akan terus bertambah karena Susan tidak pernah menolak jika ada orang yang ingin menitipkan anjingnya karena tak mampu lagi merawat.
Sejak pandemi Covid-19 merebak, jumlah anjing di penampungan meningkat drastis. “Banyak orang kehilangan pekerjaan dan tidak mampu merawat hewan peliharaannya. Selain itu juga banyak orang yang tidak bisa pulang karena terkunci sehingga membiarkan anjingnya kelaparan di jalan. Setiap hari ada 10 anjing baru," tutur Susana.
Kondisi ekonomi yang menurun imbas pandemi membuat orang-orang yang memberikan donasi semakin berkurang. Pada saat yang sama, ibu dua anak berusia 55 tahun ini juga harus berada di garis depan melawan Covid-19 sebagai ahli patologi klinis. Dia bekerja di laboratorium yang menguji sampel untuk virus corona dan penyakit lainnya.
Susana bercerita bahwa kecintaannya terhadap hewan peliharaan sudah sejak kecil. "Orangtua saya pecinta binatang, dan itu menurun ke saya. Terima kasih kepada ayah dan ibu saya. Tapi mereka tidak punya tempat penampungan dan juga bukan aktivis seperti saya," ucapnya.
Baca Juga: Anjing Pertama Terinfeksi Corona Mati di Hong Kong
Dokter Susana menuturkan bahwa orangtuanya mengajarkan agar lebih baik mengadopsi daripada membelinya dari toko hewan peliharaan. “Orang tua juga mengajari bahwa hewan peliharaan ditinggalkan karena kelebihan populasi. Itu sebabnya mereka tidak pernah membiarkan hewan peliharaan kita berkembang biak. Jika mereka mati, kita selalu bisa menyelamatkan lebih banyak hewan,” katanya.
Ajaran orangtua melekat di hati dokter Susana. Sejak masih kecil, ia telah menyelamatkan anjing dan kucing. []